Liverpool bangkit karena ada mutualisme antara manajer, pemain, suporter, dan pemilik klub. Atmosfer saling percaya itu mendukung proses pematangan para pemain muda dengan strategi rotasi skuad di turnamen domestik.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LONDON, KAMIS – Pelatih legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson, pada 1986 silam pernah berikrar untuk melengserkan Liverpool selamanya dari singgasana kekuasaan di Inggris. Janjinya itu pun terpenuhi. Sejak era 1990-an, tidak sekali pun Ferguson memberikan kesempatan rival "Setan Merah" itu kembali berkuasa.
Liverpool seolah tenggelam dalam dominasi Setan Merah pada kompetisi domestik di Inggris. Bayangkan saja, 13 trofi juara Liga Inggris, lima Piala FA, dan empat Piala Liga diraih MU sejak masa itu hingga pensiunnya Ferguson pada 2013. Sebaliknya, “The Reds” belum sekali pun meraih satu pun trofi Liga Inggris sejak 1991 hingga detik ini.
Namun, menurut CEO Liverpool Peter Moore, ikrar Ferguson yang seolah menjadi kutukan bagi klubnya itu kini tidak berlaku lagi. “Kami kembali ke tempat teratas, seperti dulu yang sering disampaikan,” ujarnya dalam acara World Football Summit di Madrid, Spanyol, Rabu (25/9/2019).
Penampilan Liverpool di kompetisi domestik Inggris jauh melampaui pencapaian MU dalam dua musim terakhir ini. Di Liga Inggris misalnya, Liverpool kini memuncaki klasemen dengan rekor seratus persen kemenangan dari enam laga. Adapun MU terbenam di peringkat kedelapan. Di kompetisi Eropa, The Reds juga tampil lebih membanggakan. Mereka dua kali menembus final dan sekali menjadi juara di dua musim terakhir Liga Champions.
Seperti halnya MU yang “beruntung” memiliki sosok visioner seperti Ferguson, The Reds mulai memetik buah kepercayaannya atas Manajer Juergen Klopp. Kepercayaan besar itu juga terlihat di arus bawah, yaitu para pendukung loyal The Reds. Di berbagai sudut Kota Liverpool dan Stadion Anfield, tulisan mural atau spanduk “In Klopp We Trust” merajalela.
"Kepribadiannya sangatlah menular. Kharismanya tidak lagi dipertanyakan. Bahkan, ketika kalah, ia meyakinkan kita bahwa matahari bakal bersinar cerah keesokan harinya. Ia mampu memotivasi berbagai kalangan,” tutur Moore dikutip media daring Inggris, Express.
Loncatan prestasi Liverpool di Eropa maupun Liga Inggris saat ini tidak terlepas dari sikap mutualisme atas kepercayaan itu. Jika pemilik klub maupun fans sangat loyal ke Klopp, sebaliknya sang manajer juga percaya akan kemampuan para pemainnya, khususnya barisan muda. Hal ini persis yang dilakukan Ferguson di MU beberapa tahun silam.
Seperti halnya Ferguson, Klopp ngotot, bahkan kerap dianggap nekat memainkan para remaja hasil binaan akademi klubnya di kompetisi kasta kedua, yaitu Piala Liga dan Piala FA. Ia bahkan tetap bergeming ketika sejumlah pihak mempertanyakan rotasi pemain ekstrem itu dan menganggap dirinya kurang menghargai kedua turnamen domestik di Inggris itu.
Seperti saat menghadapi Milton Keynes Dones di babak ketiga Piala Liga, Kamis dini hari WIB, Klopp membongkar total skuad timnya. Tidak satu pun pemain inti Liverpool yang mengalahkan Chelsea 2-1 di Liga Inggris, akhir pekan lalu, kembali dipasang sebagai pemain mula di laga ini. Para remaja jebolan Akademi Liverpool seperti Rhian Brewster (19), Ki-Jana Hoever (17), dan Curtis Jones (18), menjadi andalan di laga kontra klub League One itu.
Hasilnya cukup menggembirakan, Liverpool menang 2-0 berkat gol Hoever dan satu pemain senior pelapis, James Milner. Piala Liga memang bak kawah candradimuka bagi para pemain muda Liverpool. Sebelum menjadi langganan tim inti, para pemain andalan The Reds saat ini seperti bek sayap Trent Alexander-Arnold, ditempa di kompetisi itu.
Jam terbang
Debut Arnold di Liverpool bahkan terjadi di laga Piala Liga, yaitu kontra Tottenham Hotspur pada musim 2016-2017. Meskipun tidak juara dan hanya menembus semifinal, para pemain muda seperti Arnold mendapatkan pengalaman dan jam terbang guna menembus skuad utama. “Piala Liga menjadi panggung para pemain masa depan Liverpool,” tulis The Telegraph.
Sedikit berbeda dari Liverpool, MU yang kini diasuh manajer Ole Gunnar Solskjaer masih mengandalkan sejumlah pemain seniornya seperti bek Marcos Rojo, penyerang Jesse Lingard, dan gelandang Paul Pogba yang baru saja pulih dari cedera. Meskipun demikian, sejumlah pemain muda seperti Mason Greenwood mendapatkan kepercayaan tampil di laga itu.
MU susah payah mengalahkan Rochdale, tim League One lainnya, lewat adu penalti di laga itu. Di babak keempat, mereka bakal menghadapi ujian hebat dari Chelsea yang pada saat sama mencukur Grimsby Town 7-1. Seperti Liverpool, Manajer Chelsea Frank Lampard menjadikan laga Piala Liga itu sebagai panggung barisan pemain akademinya seperti Reece James dan Faustino Anjorin.
Laga babak keempat atau 16 besar Piala Liga juga bakal menyajikan laga sengit lainnya, yaitu Liverpool kontra Arsenal. Adapun Manchester City menghadapi lawan yang lebih ringan, yaitu Southampton di babak itu. Babak 16 besar Piala Liga itu akan digelar pada bulan depan.