Sempat padam, kebakaran yang kembali terjadi di Gunung Merbabu belum juga bisa dipadamkan. Diperkirakan, total luas lahan terbakar mencapai 613 hektar.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·5 menit baca
Sempat padam, kebakaran yang kembali terjadi di Gunung Merbabu belum juga bisa dipadamkan. Diperkirakan, total luas lahan terbakar mencapai 613 hektar. Tidak hanya menghanguskan beragam flora, aneka fauna juga terancam. Api bahkan telah melelehkan jaringan pipa air bersih warga.
Muhammad Rivan (19), bagian dari komunitas Volunteer Merbabu, beristirahat sejenak di Pos Pelayanan Retribusi Pendakian Gunung Merbabu di jalur Selo, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (26/9/2019). Hari sebelumnya, Rabu (25/9/2019), sejak pagi hingga sore, Rivan bersama puluhan sukarelawan lain dari berbagai komunitas berjibaku memadamkan kobaran api yang melalap tajuk dan permukaan hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu di wilayah Selo.
”Kebakarannya sudah parah, apinya besar dan terus merembet. Sudah hampir sampai pos 1 pendakian jalur Selo,” katanya.
Para sukarelawan berupaya memadamkan api dengan cara manual, yaitu memukul-mukul api dengan ranting, tongkat, dan alat-alat lain seadanya. Selain itu, mereka juga membuat sekat api selebar 1,5 meter agar api tidak merembet. Sekat api dibuat dengan cangkul serta memisahkan daun dan ranting-ranting kering. ”Dari pagi sampai sore itu bisa membuat sekat api sejauh 200-an meter. Sekat api itu juga harus dijaga, tidak ditinggal,” katanya.
Api yang membakar kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu diketahui pertama kali muncul di atas Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (11/9/2019) malam. Api menjalar hingga Kecamatan Pakis dan pada Jumat (13/9/2019) siang dengan cepat merembet ke wilayah Kecamatan Selo dan Ampel, Kabupaten Boyolali, hingga Semarang, Jawa Tengah.
Kebakaran hutan di Gunung Merbabu sempat dinyatakan padam, Minggu (15/9/2019). Namun, Senin kembali muncul. Di wilayah Boyolali, upaya pemadaman melibatkan pihak Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali, TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api, Masyarakat Mitra Polhut, sukarelawan dari berbagai komunitas, pencinta alam, dan masyarakat setempat.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Junita Parjanti mengatakan, masih ada beberapa titik api terpantau di wilayah Selo dan Ampel. Api kembali muncul akibat bara sisa-sisa kebakaran tertiup angin kencang.
Kebakaran terus merembet hingga jalur pendakian Selo, Gunung Merbabu. Pihak Balai TNG Merbabu sebelumnya telah menutup seluruh jalur pendakian sejak 12 September hingga waktu yang belum ditentukan demi keselamatan pendaki. ”Di wilayah Selo, kebakaran sudah mengenai jalur pendakian,” ujarnya.
Junita menuturkan, luas total lahan yang terbakar hingga Rabu (25/9) diperkirakan telah mencapai 613 hektar (ha) dari total luas wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu yang mencapai lebih kurang 5.725 ha. Lahan yang terbakar tersebut kemungkinan akan semakin meluas jika api tidak segera bisa dipadamkan. ”Sekitar 90 persen yang terbakar adalah sabana, di situ sumbernya rumput-rumput kering,” tuturnya.
Kebakaran telah menghanguskan beragam flora yang tumbuh di Gunung Merbabu, di antaranya edelweiss (Anaphalis javanica), puspa (Schima wallichii), dan bintami (Podocarpus imbricata). Kobaran api juga mengancam habitat dan kelangsungan hidup beragam fauna, antara lain kijang, lutung atau surili (Presbytis fredericae), dan elang Jawa. ”Kami menemukan surili sudah mulai turun menuju sekitar (blok) tulangan. Di situ ada area terbuka, kami temukan ada anaknya juga, berusaha untuk menghindari api,” ujarnya.
Pantauan lapangan Balai TNG Merbabu, tidak ada satwa dilindungi yang mati akibat kebakaran Gunung Merbabu. Sementara untuk flora yang terbakar diyakininya akan tumbuh kembali. ”Eidelweiss akan bersemi kembali,” katanya.
Menurut Junita, kerugian akibat kebakaran Gunung Merbabu berupa kerusakan alam terbakarnya flora dan ancaman terhadap fauna sangat besar. Tidak bisa dihitung dengan rupiah. Pihaknya hingga kini belum mengetahui penyebab pasti terjadinya kebakaran tersebut. Hal itu masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.
Sulitnya pemadaman karena medan berat serta adanya tiupan angin kencang. Sejumlah titik api berada di lokasi tebing curam, tidak ada sumber air, serta berada di ketinggian 2.500 meter di atas permukaan air laut.
Kebakaran di Gunung Merbabu yang memiliki puncak setinggi 3.142 mdpl ini sebelumnya juga pernah terjadi pada tahun 2015 dan 2018. ”Sekarang ini yang paling berat, mungkin karena anginnya sangat kuat,” katanya.
Pihak balai taman nasional berharap ada bantuan pemadaman dengan metode pengeboman air menggunakan helikopter dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Akan tetapi, armada helikopter untuk water boombing sedang difokuskan untuk pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan.
”Hari ini kami akan menyusun laporan yang akan digunakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk meminta bantuan pemadaman menggunakan helikopter kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana,” ujarnya.
Rusak jaringan air
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali Kurniawan Fajar Prasetyo mengatakan, setidaknya 750 orang dari berbagai lembaga dan sukarelawan di Boyolali telah dikerahkan untuk membantu pemadaman kebakaran Gunung Merbabu. Untuk mempercepat langkah penanganan dampak kebakaran, Pemkab Boyolali menetapkan status tanggap darurat bencana kebakaran Gunung Merbabu. ”Kebakaran mengakibatkan jaringan pipa yang mengalirkan air bersih ke lima desa rusak,” katanya.
Enam desa di lereng Gunung Merbabu yang terdampak itu adalah Seboto, Ngaggrong, Kembang Kuning, dan Selo. BPBD Boyolali telah mengirimkan bantuan air bersih menggunakan truk-truk tangki air untuk membantu kebutuhan air bersih masyarakat di lima desa itu. ”Perbaikan pipa yang rusak akan dilakukan secepatnya setelah kondisi memungkinkan,” katanya.
Samsi Muhtarom, Ulu-ulu atau perangkat desa bidang sumber daya air Desa Seboto, menuturkan, pipa paralon sepanjang lebih kurang 2 kilometer yang mengalirkan air bersih dari mata air di lereng Gunung Merbabu rusak berat. Akibatnya, pasokan air bersih untuk warga Desa Seboto terhenti. ”Ada 750 keluarga terdampak. Karena itu, kami ini minta bantuan BPBD Boyolali mengirimkan air bersih,” katanya.
Kebakaran di Gunung Merbabu telah terjadi berulang-ulang. Peristiwa ini belum menjadi pelajaran berharga para pihak. Api kali ini belum padam, tetapi sudah tergambar kemungkinan keberulangannya.