Penampilan buruk Tottenham Hotspur masih berlanjut saat mereka dikalahkan Colchester United pada laga Piala Inggris. Satu peluang meraih trofi pada musim ini pun sudah terbuang.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
CHOLCHESTER, RABU — Empat bulan setelah kehilangan peluang juara Liga Champions musim lalu, Tottenham Hotspur kembali harus gigit jari karena kehilangan peluang menjuarai Piala Liga Inggris, Rabu (25/9/3029) dini hari WIB. Spur tersingkir pada putaran ketiga setelah kalah adu penalti dari Colchester United, tim Liga Dua atau liga kasta keempat di Inggris.
Berlaga di Stadion JobServe Community milik Colchester, Spurs tidak bisa mencetak gol selama 90 menit waktu normal. Skor imbang 0-0 itu dilanjutkan dengan adu penalti yang dimenangi tuan rumah dengan skor 4-3. Pemain kunci Spurs, seperti Christian Eriksen dan Lucas Moura, justru gagal memasukkan bola dan menyebabkan mereka tersingkir.
Kehilangan trofi di Liga Champions karena kalah dari tim kuat seperti Liverpool pada laga final masih bisa dicerna oleh Spurs. Namun, disingkirkan oleh tim liga kasta keempat, seperti Colchester, adalah kegagalan yang sangat menyakitkan, terutama bagi Pelatih Mauricio Pochettino.
Pelatih asal Argentina itu sudah mengasuh Spurs selama enam musim dan hingga kini belum berhasil mempersembahkan trofi. Bagi tim penghuni Liga Primer, seperti Spurs, trofi Liga Primer Inggris dan trofi di level Eropa, seperti Liga Champions atau Liga Europa, adalah trofi yang paling bergengsi. Jika gagal, setidaknya masih ada peluang untuk merebut trofi Piala FA atau Piala Liga Inggris.
Meraih Piala Liga Inggris menjadi ”jalan termudah” bagi Pochettino untuk merebut trofi karena lawan-lawan yang dihadapi banyak yang datang dari luar Liga Primer. Oleh karena itu, Pochettino hanya menurunkan pemain kunci, seperti Moura dan Dele Alli, dalam susunan pemain inti. Son Heung-min, Erik Lamela, dan Eriksen baru tampil pada babak kedua. Adapun sang bomber, Harry Kane, tidak ada dalam skuad karena cedera.
Namun, ada masalah lain yang menjadi perhatian Pochettino, yaitu rasa kebersamaan yang hilang. ”Mungkin permainan kami bagus, tetapi kami masih perlu tambahan lain, yaitu mental dan energi untuk bersama. Kami butuh waktu untuk membangun kebersamaan yang dibutuhkan,” katanya.
Pochettino merasa beberapa pemain memikirkan hal lain, terutama masa depan mereka. Pada bursa transfer musim panas lalu, Eriksen sudah menyatakan ingin pindah. Pemain lain, seperti Jan Vertonghen, Toby Alderweireld, dan Danny Rose, memasuki tahun terakhir kontrak mereka di Spurs.
Bagi Pochettino, tidak ada cara lain untuk memperkuat tim selain mencari pemain baru pada bursa transfer musim dingin, Januari. ”Supaya tetap berhasil di sepak bola, kami harus tampil beda di setiap musim dan mencari solusi yang berbeda,” ujarnya.
Memburuk
Penampilan di laga final Liga Champions musim lalu merupakan titik balik Spurs menuju ke fase krisis. Awal musim ini, Spurs baru memenangi dua dari enam laga Liga Inggris dan kalah dua kali. Kini, mereka masih berada di peringkat ketujuh dengan delapan poin.
Jika kondisi ini bertahan, peluang Pochettino membawa Spurs merebut trofi Liga Inggris sangat mustahil. Target untuk finis di peringkat empat besar dan kembali tampil di Liga Champion musim depan juga akan berat.
Jurnalis The Telegraph, Alistair Tweedale, menilai Spurs sedang memasuki masa sulit akibat melakukan transisi setelah tidak berbelanja pemain pada dua bursa transfer sebelumnya. Banyak perubahan yang harus dilakukan sehingga mengganggu stabilitas tim. ”Tottenham kini justru menciptakan ketidakstabilan,” kata Tweedale.
Sementara itu, Manchester City yang menjuarai Liga Inggris, Piala FA, dan Piala Liga Inggris musim lalu masih konsisten. Pada laga Piala Liga Inggris lainnya, Rabu dini hari, City melibas Preston North End, 3-0. Pelatih City Pep Guardiola memiliki skuad yang berlapis sehingga pada laga kemarin ia masih bisa memainkan Gabriel Jesus, Raheem Sterling, Bernardo Silva, David Silva, dan Ilkay Gundogan. (AP/AFP)