SMKN 1 Jakarta atau tenar dengan nama STM Boedoet memastikan tidak ada siswanya yang terlibat kerusuhan dalam unjuk rasa menolak sejumlah RUU bermasalah pada Rabu (25/9/2019).
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jakarta atau tenar dengan nama STM Boedoet memastikan tidak ada siswanya yang terlibat kerusuhan dalam unjuk rasa menolak sejumlah rancangan undang-undang bermasalah pada Rabu (25/9/2019). Para guru pun menjalankan sejumlah langkah agar siswa tetap tidak terpengaruh untuk ikut aksi hingga hari-hari mendatang.
”Tingkat kehadiran kemarin (Rabu) sampai jam pulang sekolah normal,” ujar Kepala SMKN 1 Jakarta Rahmedi, Kamis.
Jumlah siswa yang tidak hadir pada Rabu pun tergolong normal, yaitu hanya 0,03 persen dari total 1.627 siswa di sekolah itu. Data tersebut menurut dia menunjukkan siswa SMKN 1 Jakarta tetap bersekolah dan tidak ikut aksi.
Terkait kemungkinan ada siswanya yang ikut aksi dan rusuh seusai jam pulang sekolah, Rahmedi menyebutkan, pihak sekolah mencari informasi tentang siswa yang tidak masuk pada Kamis ini dan mengorek penyebabnya. Bahkan, terdapat staf yang datang langsung ke rumah sejumlah siswa untuk memastikan langsung. Jika sekolah mendapati ada yang tidak masuk karena sedang ditahan polisi, artinya terdapat siswa yang ikut aksi.
Nyatanya, lanjut Rahmedi, pihak sekolah tidak mendapati adanya siswa SMKN 1 Jakarta yang ditahan polisi. Dari 22 siswa yang tidak masuk sekolah pada Kamis, sebagian besar karena para orangtua khawatir terkait situasi saat ini sehingga menahan anak mereka untuk tidak meninggalkan rumah sama sekali.
Bahkan, SMKN 1 Jakarta diinspeksi secara mendadak oleh Badan Kepegawaian Daerah serta Inspektorat Pembangunan Kota Jakarta Pusat. Hasilnya, mereka tidak menemukan indikasi siswa SMKN 1 Jakarta terlibat kerusuhan.
”Kami menyarankan agar selanjutnya para siswa tetap bersekolah, tetapi orangtua mengantar dan menjemput. Dengan demikian, pelajaran anak tidak tertinggal,” ujarnya.
Selain itu, sejumlah guru juga memantau beberapa lokasi dalam radius 5 kilometer dari sekolah. Siswa yang diketahui berkerumun pun dengan sendirinya bakal bubar jika melihat guru mereka.