Ada satu lagi platform digital yang membuka ruang untuk menonton film resmi secara daring, yakni GoPlay. Layanan turunan dari Gojek ini ibarat Netflix dan platform video on demand lain yang jadi bioskop alternatif.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Ada satu lagi platform digital yang membuka ruang untuk menonton film resmi secara daring, yakni GoPlay. Layanan turunan dari Gojek ini ibarat Netflix dan platform video on demand lain yang jadi bioskop alternatif kawula muda. Platform ini tidak hanya menambah pilihan buat penonton, tetapi juga menambah luas kesempatan sineas buat berkarya.
Sebelumnya, GoPlay diluncurkan secara terbatas pada Juni 2019 kepada 20.000 pengguna. Saat itu statusnya masih berupa aplikasi beta. Selama lebih kurang tiga bulan hingga peluncuran resmi, pihak GoPlay mempelajari perilaku pelanggan, termasuk genre film favorit dan durasi film yang diminati.
Pengamatan itu lalu dirumuskan menjadi konten originals—konten produksi perusahaan pengembang yang hanya bisa ditonton di platform terkait—yang disebut GoPlay Originals. Konten originals tersebut salah satunya ialah Filosofi Kopi the Series. Ada juga beberapa film Tanah Air, seperti Aruna dan Lidahnya, Kulari ke Pantai, dan 27 Steps of May.
Chief Executive Officer GoPlay Edy Sulistyo mengatakan, konten audiovisual tersebut akan ditambah dalam waktu dekat. Ia bekerja sama dengan sejumlah sineas untuk membuat tiga tayangan serial: Tunnel (Shanty Harmayn), Saiyo Sakato (Salman Aristo dan Gina S Noer), dan Gossip Girl Indonesia (Nia Dinata).
”GoPlay bisa menjadi wadah untuk mendistribusikan konten para sineas lokal ke masyarakat yang lebih luas. Saya harap, suatu saat nanti film Indonesia lebih banyak ditonton daripada film asing. Kami ingin sineas dapat panggung yang layak,” kata Edy saat peluncuran GoPlay di Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Sulit bersaing
Bukan rahasia umum bahwa sineas masih harus ”megap-megap” kala bersaing dengan film luar negeri seperti Hollywood. Jumlah layar bioskop yang terbatas disebut sebagai salah satu penyebabnya.
Menurut data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), ada 1.700 layar bioskop hingga akhir 2018. Angka itu belum sebanding dengan penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta orang, terlebih persebaran layar bioskop masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Jumlah layar yang terbatas pun membuat film lokal punya jadwal penayangan yang terbatas. Tak jarang film lokal harus bersaing dengan film luar negeri—yang biaya produksinya jauh lebih tinggi—pada periode yang sama di bioskop. Penonton pun tidak punya banyak kesempatan untuk menonton semua film. Mereka harus pilih-pilih film.
Menurut data Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2018, jumlah penonton film lokal Indonesia 46,6 juta orang. Sementara jumlah penonton film asing 82,9 juta orang pada tahun yang sama.
”Di sisi lain, kami sadar bahwa film-film Indonesia kualitasnya terus meningkat setiap tahun. Kami harap GoPlay bisa menjadi solusi agar film Indonesia menjadi lebih mudah diakses. Kami harap ini juga bisa memajukan ekosistem industri film Indonesia,” tutur Co-Founder Gojek Kevin Aluwi.
Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo optimistis akan masa depan film Indonesia. Pada 2018, tercatat ada 14 judul film Indonesia yang menembus 1 juta penonton. Sepanjang Januari-September 2019, ada 11 judul film dengan prestasi serupa. Fadjar meyakini, jumlah film dengan 1 juta penonton tahun ini bisa menyentuh pencapaian tahun lalu.
Peluang terbuka
Munculnya layanan video on demand seperti GoPlay jelas membuka peluang baru buat sineas dan kreator konten untuk berkarya. Kerja sama dengan perusahaan pengembang aplikasi bisa terjalin untuk membuat konten berkualitas.
Hal serupa telah dilakukan sejumlah penyedia layanan serupa, sebut saja Netflix, Iflix, HOOQ, dan Viu. Pada Februari 2019, Grab pun bekerja sama dengan HOOQ untuk menyediakan layanan streaming video.
Tren streaming video memang menarik hati kawula muda. Selain karena praktis, streaming dinilai sebagai variasi dalam memilih tontonan berkualitas yang sesuai dengan preferensi pribadi.
Menurut data AOL State of the Video industry Report 2017, ada 83 persen masyarakat Asia Tenggara yang menonton video daring setiap hari. Tren ini diprediksi meningkat.
Munculnya layanan video on demand seperti GoPlay jelas membuka peluang baru buat sineas dan kreator konten untuk berkarya.
Berdasarkan riset firma global di bidang telekomunikasi, televisi, dan bisnis media Dataxis pada 2018, pendapatan dari langganan video on demand diprediksi meningkat 6,5 kali sehingga pendapatan sebesar 60 juta dollar AS saat ini dapat meningkat menjadi 390 juta dollar AS pada 2022.
Menanggapi hal ini, produser film Mira Lesmana beranggapan, kemunculan GoPlay dan aplikasi sejenis membuka kemungkinan baru bagi sineas untuk belajar. Kehadiran layanan atau aplikasi macam ini ia rangkul sebagai wadah berkarya yang baru.
”Kita semua harus saling menghormati (antara industri film layar lebar dan layanan streaming). Di sisi lain, layanan video on demand merupakan sarana untuk memonetisasi karya kami,” kata Mira.