Remaja aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, menjadi salah satu dari empat orang penerima penghargaan Right Livelihood Award yang juga dikenal sebagai ”Nobel alternatif”.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
KOPENHAGEN, KAMIS — Remaja aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, menjadi salah satu dari empat orang penerima penghargaan Right Livelihood Award yang juga dikenal sebagai ”Nobel alternatif”.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Thunberg karena telah ”menginspirasi dan mendesak politisi dunia untuk bertindak berdasarkan fakta ilmiah dalam merespons perubahan iklim”.
Panitia juga menambahkan bahwa remaja berusia 16 tahun yang telah dinominasikan untuk meraih penghargaan Nobel Perdamaian itu ”menjadi bukti bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk membuat perubahan. Apa yang dilakukan Thunberg telah menginspirasi dan memberdayakan orang-orang dari semua lapisan masyarakat untuk menuntut tindakan politik”.
Penghargaan Right Livelihood Award diberikan pertama kali tahun 1980 oleh Yayasan Right Livelihood sebagai penghormatan atas usaha filantrop Swedia-Jerman, Jakob von Uexkull, pendiri yayasan tersebut yang merasa diabaikan oleh Komite Hadiah Nobel. Setiap penerima Right Livelihood Award menerima 1 juta kronor atau sekitar 103.000 dollar AS (Rp 1,4 miliar).
Selain Thunberg, penghargaan Right Livelihood Award diberikan juga kepada Davi Kopenawa dan Hutukara Yanomami Association yang mewakili masyarakat adat Brasil yang telah melindungi hutan hujan Amazon dan penduduk yang tinggal di dalamnya. Penghargaan itu juga diberikan kepada aktivis Maroko, Aminatou Haidar, atas ”tindakan tanpa kekerasan yang gigih” di Sahara Barat, serta pengacara asal China, Guo Jianmei, atas memperjuangkan hak-hak perempuan di China.
Ole von Uexkull, Direktur Eksekutif Yayasan Right Livelihood yang juga keponakan dari pendiri yayasan, mengatakan, ”Kami menghormati empat visioner praktis yang kepemimpinannya telah memberdayakan jutaan orang untuk mempertahankan hak-hak mereka dan berjuang untuk masa depan yang dapat ditinggali untuk semua di Planet Bumi.”
Pemberian penghargaan ini dijadwalkan digelar di Stockholm pada 4 Desember 2019 atau enam hari sebelum penganugerahan Penghargaan Nobel.
Thunberg menyatakan, ”Kapan pun saya menerima penghargaan, bukanlah saya yang menjadi pemenang. Saya bagian dari gerakan global anak sekolah, pemuda, dan orang dewasa semua usia yang telah memutuskan untuk membela planet tempat tinggal kami.”
”Sungguh ini sebuah pengakuan atas gerakan FridaysforFuture dan aksi mogok sekolah untuk perubahan iklim,” ujar Thunberg secara tertulis.
Kapan pun saya menerima penghargaan, bukan saya pemenangnya. Saya bagian dari gerakan global anak sekolah, pemuda, dan orang dewasa semua usia yang memutuskan untuk membela planet tempat tinggal kami.
Kampanye Thunberg dimulai pada 20 Agustus 2018 ketika ia tidak masuk kelas untuk berunjuk rasa soal perubahan iklim sendirian di luar gedung parlemen Swedia. Unjuk rasa yang sama selalu ia gelar setiap hari Jumat selama berbulan-bulan. Protes solonya itu telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk mendesak para pemimpin bertindak lebih serius menghadapi perubahan iklim.
Penampilan Thunberg dengan rambut kepang dan wajah bayinya mengingatkan pada karakter buku cerita terkenal Pippi Longstocking, seorang anak yang bebas memiliki dunianya sendiri, sebuah model yang diambil dari sistem pendidikan Swedia dan tradisi membesarkan anak di sana.
”Bukanlah kebetulan kalau Greta seorang Swedia. Saya pikir ia tidak akan eksis tanpa Pippi atau Lisbeth Salander, peretas dari serial kriminalitas milenium,” kata penulis esai asal Swedia, Elisabeth Asbrink.
Seorang analis, Barrling, mengatakan bahwa ”selama berpuluh tahun kurikulum sekolah di Swedia telah memprioritaskan pemikiran kritis siswa daripada akumulasi pengetahuan”.
Fenomena Thunberg yang viral, gerakan massif yang terinspirasi olehnya, serta pujian dari para pemimpin dunia tidak selalu memuaskan bagi semua orang. Hal itu semua kian membuat pencelanya tambah gila. Para pencemoohnya pun bangkit dengan menyebut Thunberg sebagai boneka dari kelompok evagelis lingkungan.
Bagi pencemoohnya, seperti misalnya kolumnis Australia Andrew Bolt, Thunberg adalah kiamat, ”mesias yang sangat terganggu dari gerakan pemanasan global”, dengan seorang remaja autisme, merujuk pada sindrom asperger yang dimiliki Thunberg. (AP/REUTERS/AFP)