VATIKAN, KOMPAS -- Dialog antaragama akan saling mengenalkan ajaran dan pemahaman agama masing-masing, baik di tingkat elite maupun pemeluknya. Oleh karena itu, kerja sama Nahdlatul Ulama dan Vatikan perlu terus didorong agar setiap kesamaan yang ada di setiap agama dikembangkan bersama, sekaligus menghargai perbedaan di dalamnya. Sikap saling menghargai akan berdampak bagi upaya perdamaian dunia mengingat umat kedua agama mendominasi dunia.
Demikian benang merah pertemuan Khatib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, dengan Sekretaris Pontifical Council for Interreligious Dialogue (Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama) Mgr Indunil Kodithuwakku di Vatikan, Selasa (24/9/2019) sore waktu setempat. Yahya didampingi Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas; senator terpilih asal Yogyakarta, Hilmy Muhammad; Direktur Operasional Bait al-Rahmah Holland Taylor; Uskup Agung Pontianak (Kalimantan Barat) Mgr Agustinus Agus; dan Sekretaris Jenderal Real Estate Indonesia Paulus Totok Lusida.
”Kami hadir untuk menyosialisasikan hasil keputusan Munas Alim Ulama NU awal tahun ini, yang antara lain menghilangkan sebutan kafir bagi warga negara Indonesia (WNI) yang beragama non-Islam,” kata Yahya.
Uskup Kodithuwakku menyatakan, Vatikan terus membuka diri bagi upaya perdamaian dan kedamaian dunia. ”Kami ingin menjadi pencipta kedamaian, bukan perusak kedamaian,” ujarnya. Dalam pertemuan ini, Kodithuwakku didampingi Pastor Markus Solo SVD, yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sudah 12 tahun mengabdi di Vatikan.
”Kami punya sejarah hubungan dengan NU cukup lama dan kami tahu bagaimana pandangan dan pemahaman keagamaan NU. Dulu Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) biasa masuk keluar Vatikan, tetapi sudah lama tak ada pimpinan NU yang berkunjung ke sini,” kata Markus Solo.
Yahya menambahkan, setiap agama punya persoalan yang harus diselesaikan, tetapi hal itu tidak berarti menghentikan upaya menciptakan perdamaian dan kedamaian. ”Kami sadar akan hal itu. Di NU pun kami masih terus berdiskusi untuk menyamakan persepsi keagamaan kami,” ujarnya.
Audiensi umum
Yahya dan rombongan, Selasa, menghadiri audiensi umum di halaman Basilika Santo Petrus Vatikan. Yahya bertemu dan berbicara langsung dengan Paus Fransiskus. Ia mengundang Paus hadir dalam pertemuan tokoh-tokoh agama sedunia di Indonesia. ”Tadi saya juga menyerahkan hasil keputusan Munas Alim Ulama NU kepada Paus,” katanya.
Pertemuan tokoh agama sedunia itu akan digelar tahun depan. Agendanya, upaya tokoh agama mencari jalan perdamaian dan kedamaian dunia di tengah situasi global yang tidak menentu. ”Kita (tokoh agama) harus jadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Kehadiran Paus di Indonesia nanti sangat penting,” kata Yahya.