Kisah Pandawa kalah dalam permainan dadu yang diotaki oleh Patih Hastina, Sengkuni, meninggalkan goresan yang lebih pedih. Karena Yudistira tak mau kalah, ia pun mempertaruhkan semua yang ia miliki, termasuk Kerajaan Amarta sampai istrinya, Drupadi.
Di Balairung Hastina Drupadi dinistakan. Dursasana bermaksud menelanjanginya. Untunglah Sri Kresna dengan gaib menolongnya.
Inilah adegan awal pergelaran wayang orang “Begawan Ciptoning” yang Jumat (20/9/2019) malam dipentaskan oleh Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo di bawah pimpinan Luluk dan Lies Sumiarso di Gedung Kesenian Jakarta.
Sutradara wayang orang Irwan Riyadi tampaknya beruntung. Naskah yang ia tulis, tentang “Begawan Ciptoning” atau “Begawan Mintaraga”, disukai oleh produser. Setidaknya sejak tahun 2011, naskah ini sudah beberapa kali dipanggungkan dengan sejumlah variasi.
Wayang orang yang pemainnya merupakan gabungan amatir dan professional ini tetap mampu menghadirkan kegetiran yang terjadi saat Drupadi (diperankan oleh Endang Gatot Sawarno) dipermalukan Kurawa, dan Pandawa harus memalingkan wajah karena tak kuasa menahan kedukaan.
Selain hadirnya Ali Marsudi (sebagai Arjuna, Begawan Ciptoning), dan Agus Pras (sebagai Kertarupa, jelamaan Batara Guru), keduanya bintang wayang terkemuka, pemeran yang juga tampil mengesankan adalah Ayok yang memerankan Prabu Niwatakawaca yang dalam lakon ini menginginkan Dewi Supraba (diperankan Santi Dwisaputri, penari profesional).
Dari naskah Irwan ini, sebelumnya telah diulas kearifan lain dari pilihan yang diambil oleh Yudistira saat mempertaruhkan kerajaan, Pandawa beserta Drupadi, dan bagaimana ia menanggapi protes adik-adiknya. Kali ini, sisi yang tak kalah penting dari lakon ini adalah penistaan Drupadi yang membuat dirinya bersumpah untuk tidak akan menggelung rambutnya sebelum berkeramas dengan darah Dursasana, sumpah yang diremehkan oleh Kurawa namun bisa diwujudkan setelah Bima berhasil membunuh Dursasana.
Bahkan bisa ditegaskan, bahwa Perang Bharatayuda itu sendiri pecah bukan saja karena urusan tahta Hastina, tetapi karena sumpah Drupadi dan tekad Bima untuk mewujudkannya.