Hasil Penyebab Kecelakaan Lion Air Diumumkan Paling Lambat Awal November 2019
Proses penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat, pada akhir 2018, akan segera rampung. KNKT akan mengumumkan hasilnya paling lambat awal November 2019.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Proses penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat, pada akhir tahun lalu akan segera rampung. Komite Nasional Keselamatan Transportasi akan mengumumkan hasilnya antara akhir Oktober hingga Akhir November 2019.
Untuk menyempurnakan hasil investigasi itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tengah mengumpulkan komentar dan tanggapan atas draf akhir laporan penyelidikan dari sejumlah pihak yang terkait dengan kecelakaan.
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, proses penyelidikan terkait penyebab kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, akhir Oktober 2018 lalu telah memasuki tahap akhir.
Sejak sebulan lalu, KNKT telah menyerahkan draf laporan final hasil penyelidikan kepada para pihak-pihak terkait, termasuk maskapai Lion Air dan Kementerian Perhubungan. Saat ini KNKT tengah mengumpulkan dan membahas komentar serta terstimoni yang diberikan oleh pihak terkait atas draf final yang telah tersusun.
Sayangnya, KNKT belum dapat merinci komentar apa saja yang sudah diterima. "Pengumuman soal hasil laporan akan dilakukan antara akhir Oktober atau awal November 2019," ujar Soerjanto saat dihubungi Rabu (25/9/2019).
Pengumuman soal hasil laporan akan dilakukan antara akhir Oktober atau awal November 2019.
Pernyataan Soerjanto tersebut sekaligus meluruskan laporan The Wall Street Journal (WSJ) yang dirilis 22 September 2019 terkait penyebab jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Karawang. Dalam tulisan tersebut, WSJ memaparkan sejumlah faktor penyebab kecelakaan, salah satunya akibat kesalahan desain pesawat.
WSJ menyampaikan bahwa penyelidikan kecelakaan Boeing 737 Max dipusatkan pada sistem anti-stall yang disebut
Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang dirancang khusus untuk 737 MAX. Sistem ini secara otomatis mengambil alih pengendalian pesawat untuk mencegah jatuhnya pesawat. Caranya dengan menukikkan hidung pesawat di saat kecepatan rendah.
"Laporan resmi KNKT (hasil investigasi kecelakaan Lion Air PK-LQP) belum pernah kami berikan pada media manapun," ujarnya.
Proses awal investigasi oleh KNKT telah membuahkan hasil berupa dua rekomendasi untuk jajaran manajemen Maskapai Lion Air.
Pertama, Lion Air diminta untuk menjamin implementasi Operation Manual Part A Subchapter 1.4.2 dalam rangka meningkatkan budaya keselamatan dan menjamin pilot dapat mengambil keputusan untuk melanjutkan penerbangan. Kedua, Lion Air harus menjamin semua dokumen operasional diisi dan didokumentasikan dengan tepat.
Ketua Subkomite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan dari perekam data penerbangan (FDR) diketahui, pesawat tersebut terbang 385 kali dengan 6 penerbangan di antaranya mengalami kerusakan.
"Dari enam kerusakan, empat kerusakan berurutan dan telah diperbaiki sehingga laik terbang,” ujarnya.
Enam gangguan tersebut meliputi, airspeed and atitude flight atau tidak bisa mengatur kecepatan dan ketinggian pesawat, speed trim fail light, Indicated Airspeed (IAS) dan Altitude (ALT) Disagree atau kegagalan indikator kecepatan dan ketinggian pesawat, maintenance light illuminate after landing, auto trotlle arm disconnect, dan feel diff press light illuminate.