Otoritas Penerbangan Sipil Inggris mengonfirmasi perusahaan perjalanan tertua di dunia, Thomas Cook, bangkrut. Empat maskapai penerbangan perusahaan akan ditutup. Sebanyak 22.000 karyawan kehilangan pekerjaan.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·2 menit baca
”Thomas Cook UK Plc dan entitas bisnis lainnya yang terkait di Inggris telah berada dalam (status) Likuidasi Wajib dan saat ini berada di bawah kendali pihak yang berwenang. Perusahaan Inggris ini sudah menghentikan bisnisnya dan seluruh penerbangan, serta paket wisata selanjutnya ditiadakan.” Demikian bunyi laman resmi perusahaan perjalanan dan wisata Thomas Cook, Senin (23/9/2019).
Otoritas Penerbangan Sipil Inggris mengonfirmasi perusahaan perjalanan tertua di dunia—berusia 178 tahun—itu bangkrut. Empat maskapai penerbangan perusahaan akan ditutup. Sebanyak 22.000 karyawannya di 16 negara, termasuk 9.000 orang di Amerika Serikat, kehilangan pekerjaan.
Nasib konsumen Thomas Cook tidak pasti. Diperkirakan 600.000 orang tengah menggunakan jasa perseroan pada Minggu (22/9/2019). Sekitar 50.000 pelancong Thomas Cook terdampar di Yunani; 30.000 orang terjebak di Kepulauan Canary, Spanyol; 21.000 orang di Turki, dan 15.000 lainnya di Siprus.
Dalam laman resminya disebutkan bahwa layanan dukungan khusus disediakan Otoritas Penerbangan Sipil untuk membantu pelanggan yang saat ini berada di luar negeri dan mereka yang berada di Inggris dengan status telah memesan perjalanan. Sejumlah anak perusahaan dalam pembicaraan dengan otoritas-otoritas lokal agar terus beroperasi paling tidak sampai konsumen kembali ke negaranya masing-masing.
Kalah bersaing
Perusahaan itu didirikan Thomas Cook, pengusaha yang memulai usaha tahun 1841 dengan perjalanan kereta satu hari di Inggris. Terakhir perseroan mempunyai entitas bisnis di 16 negara.
Perusahaan itu telah berjuang secara finansial selama bertahun-tahun di tengah persaingan maskapai penerbangan murah dan kemudahan pemesanan akomodasi murah melalui internet. Fenomena keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) menambah ketidakpastian.
Perusahaan itu telah berjuang secara finansial selama bertahun-tahun di tengah persaingan maskapai penerbangan murah dan kemudahan pemesanan akomodasi murah melalui internet.
”Meskipun ada upaya keras berbulan-bulan dan negosiasi intens beberapa hari terakhir, kami tak dapat mencapai kesepakatan penyelamatan bisnis,” kata sang CEO, Peter Fankhauser. ”Saya tahu hasil ini menghancurkan banyak orang dan menyebabkan kecemasan, stres, dan disrupsi.”
Kepala analis pasar di CMC Markets Michael Hewson mengatakan, Thomas Cook gagal bersaing di tengah perubahan zaman. Alih-alih penawaran satu paket, konsumen kini dapat bepergian dengan beragam pilihan perjalanan dan tempat tinggal.
Ia menyebutkan, keberadaan pemain, seperti Airbnb, mengubah lanskap satu dekade terakhir. (AP/AFP)