Setelah Tak Terdengar Selama 52 Tahun, Hari Maritim Nasional Kembali Dirayakan
Setelah 52 tahun tidak terdengar gaungnya, Hari Maritim Nasional kembali dirayakan pada Senin (23/9/2019) di Komplek Candi Pulau Sawah, Sitiung, Dharmasraya, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
DHARMASRAYA, KOMPAS-Setelah 52 tahun tidak terdengar gaungnya, Hari Maritim Nasional kembali dirayakan pada Senin (23/9/2019). Hari peringatan yang ditetapkan Presiden Soekarno pada 23 September 1964 itu dihelat di Komplek Candi Pulau Sawah, Sitiung, Dharmasraya, Sumatera Barat.
Peringatan itu diawali Karnaval Arung Pamalayu. Puluhan perahu mengarungi Batang Hari sekitar 25 menit dari jembatan kabel menuju Komplek Candi Pulau Sawah. Parade perahu itu menjadi simbol penggunaan Batang Hari sebagai urat nadi transportasi dan jalur perdagangan masa lalu.
Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo Adi mengatakan, Hari Maritim Nasional terakhir kali diperingati secara kenegaraan pada masa Presiden Suharto tahun 1967. Setelah itu, gaungnya hampir tidak pernah terdengar lagi.
"Sekarang pemerintah kembali merayakan Hari Maritim Nasional untuk menjaga semangat dan membangun ekosistem budaya maritim yang nantinya mewujudkan kebudayaan untuk pembangunan berkelanjutan, dimulai dari Dharmasraya," kata Tukul, Senin.
Menurut Tukul, Hari Maritim Nasional dulu ditetapkan Presiden Sukarno agar masyarakat Indonesia kembali menguasai laut. Pada zaman dulu, orang Nusantara pernah berjaya dengan memanfaatkan sumber daya maritim.
Tukul melanjutkan, semangat untuk kembali menjadi bangsa maritim menemui dinamika naik-turun. Diperingatinya kembali Hari Maritim Nasional diharapkan menjaga semangat tersebut. Ini sejalan dengan visi besar Presiden Joko Widodo yang hendak menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengatakan, Batang Hari dipilih sebagai lokasi peringatan karena merupakan jalur penting transportasi dan perdagangan pada masa lampau. Namun, sekarang kondisinya keruh dan tercemar. Peringatan ini diharapkan menarik kepedulian semua orang untuk revitalisasi Batang Hari.
"Sungai adalah urat nadi peradaban masa lalu. Sebelum ada jalan aspal, kereta api, jalan tol, kita dihubungkan dengan sungai. Sungai adalah sumber kehidupan. Peringatan Hari Maritim Nasional juga mengingatkan kita semua untuk menjaga sungai dan lingkungan masing-masing," kata Sutan Riska.
Sungai adalah urat nadi peradaban masa lalu. Sebelum ada jalan aspal, kereta api, jalan tol, kita dihubungkan dengan sungai. Sungai adalah sumber kehidupan. Peringatan Hari Maritim Nasional juga mengingatkan kita semua untuk menjaga sungai dan lingkungan masing-masing
Sutan Riska juga mengharapkan pemerintah memberikan perhatian khusus dalam normalisasi dan revitalisasi Batang Hari. Sungai ini melalui delapan kabupaten/kota di Sumatera Barat dan Jambi. Batang Hari yang telah pulih dapat menjadi kekuatan baru bagi masyarakat baik di hulu dan hilir.
Peringatan Hari Maritim Nasional di Dharmasraya ini juga merupakan rangkaian Festival Pamalayu yang diadakan sejak 22 Agustus 2019. Puncaknya pada 7 Januari 2020 bertepatan dengan hari ulang tahun ke-16 Kabupaten Dharmasraya.
Selain Karnaval Arung Pamalayu, peringatan Hari Maritim Nasional diisi pula dengan acara bincang-bincang kemaritiman. Selain Tukul, narasumbernya adalah sejarawan Gusti Asnan, sejarawan Wenri Wanhar, Kepala Sub Direktorat Inventarisasi Penggunaan B3 Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ria Rosmayani Damopolii, dan budayawan Trie Utami.