Tidak Semua Pasien Penyakit Jantung Bawaan Tertangani
Perbaikan sarana dan prasarana dalam penanganan penyakit jantung bawaan sangat penting karena jumlah pasien yang semakin bertambah. Setiap tahun diperkirakan pasien dengan jantung bawaan meningkat 30 persen.
Oleh
Deonisia Arlinta
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS – Dari 1.000 bayi yang lahir di Indonesia setiap tahun, sembilan di antaranya mengalami kelainan jantung bawaan atau diperkirakan ada sekitar 43.200 kasus per tahun. Namun, keterbatasan fasilitas dan tenaga ahli untuk pelayanan bedah maupun intervensi nonbedah menyebabkan baru sebagian pasien yang dapat ditangani.
“Jumlah dokter yang menangani penyakit jantung bawaan di Indonesia sekitar 80 orang, sementara ada sekitar 40.000 bayi yang lahir dengan kelainan ini. Artinya, satu dokter harus menangani 500 kasus. Padahal, idealnya satu dokter menangani 250-300 kasus. Belum lagi distribusi dokter pun belum merata,” ujar Ketua Terpilih Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Radityo Prakoso di sela-sela acara 24th ASEAN Federation Cardiology Congress (AFCC) di ICE Bumi Serpong Damai, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (22/9/2019).
AFCC yang digelar untuk ke-24 kalinya ini berlangsung selama empat hari, mulai 19 September 2019-22 September 2019. Kegitan ini bertujuan untuk merangsang pertukaran ide kreatif dari para kardiolog dalam mendukung capaian target penurunan penyakit kardiovaskular sebanyak 30 persen pada tahun 2030. Sedikitnya 3.000 kardiolog dari negara-negara di Asia hadir.
Radityo menambahkan, perbaikan sarana dan prasarana dalam penanganan penyakit jantung bawaan sangat penting karena jumlah pasien yang semakin bertambah. Setiap tahun diperkirakan pasien dengan jantung bawaan meningkat 30 persen. Salah satu penyebabnya karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kondisi kesehatannya semakin meningkat di era jaminan kesehatan nasional.
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease merupakan kelainan yang terjadi pada struktur dan fungsi jantung yang didapatkan sejak dalam kandungan. Kelainan ini dapat terjadi pada dinding jantung, katup jantung, maupun pembuluh darah yang ada di dekat jantung. Akibatnya, gangguan aliran darah di dalam tubuh pasien bisa terjadi yang ditandai dengan sumbatan aliran darah atau aliran darah mengalir ke jalur yang tidak semestinya.
Keterbatasan lainnya dalam pelayanan penyakit jantung bawaan adalah minimnya pusat layananan kesehatan yang mampu menangani pasien dengan kelainan tersebut. Saat ini, intervensi transkateter atau operasi tanpa bedah untuk pasien kelainan jantung bawaan baru bisa dilakukan di Rumah Sakit Pusat Nasional Jantung Harapan Kita (Jakarta), Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (Jakarta), dan Rumah Sakit Dr Sutomo (Surabaya).
Deteksi dini
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Pusat Jantung Harapan Kita, Ario Soeryo Kuncoro, menambahkan, penyakit jantung bawaan bisa dideteksi sejak dini, bahkan ketika bayi masih dalam kandungan. Deteksi dini diperlukan untuk menentukan intervensi terbaik yang bisa diberikan untuk pasien. Dengan begitu, kegawatan dan kematian pada pasien, terutama pada awal kehidupan bayi bisa diminimalkan.
Diagnosis yang cepat serta pemberian terapi yang tepat memungkinkan pasien penyakit jantung bawaan dapat meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan. Kendala biaya pun saat ini seharusnya tidak lagi jadi masalah karena penyakit ini masuk dalam layanan yang ditanggung dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat.
Ario mengatakan, penyakit jantung bawaan bisa dicegah dengan melakukan pemeriksaan sebelum kehamilan (prenatal) dan selama kehamilan (antenatal) yang baik. Kehamilan risiko tinggi seperti pada wanita di atas usia 35 tahun, pernikahan sedarah (konsanguitas) atau dengan kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, sebaiknya melakukan pemeriksaan antenatal di dokter spesialis kandungan secara teratur.
“Selain itu, mengontrol gula darah yang baik sebelum kehamilan juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung bawaan akibat diabetes pada ibu,” ucapnya.