Pemerintah menjajaki kemunginan sumber pinjaman dari luar negeri untuk membiayai sebagian konstruksi Tol Semarang-Demak di Jawa Tengah yang menjadi porsi pemerintah.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menjajaki kemunginan sumber pinjaman dari luar negeri untuk membiayai sebagian konstruksi Tol Semarang-Demak di Jawa Tengah yang menjadi porsi pemerintah. Sebagian dari tol tersebut akan berfungsi menjadi tanggul laut Kota Semarang.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sugiyartanto, Jumat (20/9/2019), di Jakarta, mengatakan, dari panjang 27 kilometer, pemerintah akan membangun 10 km sebagai dukungan pembiayaan (VGF). Porsi pemerintah tersebut akan dibangun melalui APBN yang bersumber dari pinjaman luar negeri.
Beberapa pihak yang telah menawarkan pinjaman untuk membangun ruas Tol Semarang-Demak porsi pemerintah adalah dari China dan dari Asian Infrastructure Investment Bank. Adapun pembangunan ruas tol tersebut akan menelan dana sekitar Rp 15,3 triliun.
”Kami bandingkan dulu mana yang lebih murah, pinjaman dengan masa yang sama dengan grace period yang sama kami cari yang paling efisien. Sebab, juga berkembang kemungkinan pinjaman dari dalam negeri. Kami masih koordinasi dengan Bappenas,” kata Sugiyartanto.
Menurut Sugiyartanto, saat ini di ruas Semarang-Demak sudah ada beberapa titik lahan yang dibebaskan yang merupakan inventaris pemerintah. Kini, pemerintah akan melakukan pengukuran ulang untuk trase ruas tol tersebut. Jika memungkinkan, pengerjaan konstruksi akan dilakukan bersamaan dari kedua sisi atau dari sisi timur (Demak) terlebih dahulu. Sebab, di sisi barat, konstruksi tol akan sekaligus menjadi tanggul laut Kota Semarang.
Di sisi lain, pemerintah daerah setempat ingin agar trase tol dapat diteruskan sampai mendekati pusat Kabupaten Demak. Terkait keinginan pemda tersebut, lanjut Sugiyartanto, hal itu masih dimungkinkan dengan skema penambahan lingkup di masa mendatang.
Saat ini, pembangunan beberapa ruas tol porsi pemerintah, baik yang telah beroperasi maupun masih dalam proses konstruksi, telah menggunakan pinjaman dari luar negeri. Ruas tol tersebut antara lain Solo-Ngawi-Kertosono yang menjadi bagian Trans-Jawa, Cisumdawu, Balikpapan-Samarinda, dan Manado Bitung.
Ruas tol lain yang menurut rencana didanai menggunakan pinjaman dari China adalah Tol Serang-Panimbang. Demikian pula ruas Tebing Tinggi-Parapat juga menarik China untuk memberikan pinjaman.
Sementara pinjaman dari Jepang melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) untuk proyek jalan tol diarahkan untuk membiayai beberapa ruas tol Trans-Sumatera. Sebab, beberapa ruas tol di sana akan dibangun dengan konstruksi terowongan. Ruas yang akan dibangun dengan konstruksi terowongan dengan pinjaman dari JICA adalah ruas Padang-Pekanbaru dan Bengkulu-Palembang. Kedua ruas tersebut akan menembus Bukit Barisan.
”JICA lebih berminat untuk tol Trans-Sumatera ini dengan spesialisasi pembangunan terowongan karena mereka sudah berpengalaman membangun ratusan kilometer. Makanya, kita undang sekaligus untuk memberikan ilmunya,” ujar Sugiyartanto.
Perjanjian
Secara terpisah, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan, proses pembangunan Tol Semarang-Demak kini dalam proses penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT), perjanjian penjaminan, dan perjanjian regres sebagai antisipasi jika terjadi sesuatu di kemudian hari.
”Porsi pemerintah 10 kilometer itu merupakan bagian tanggul dan kolam retensi. Dan itu menjadi bagian dari dukungan pemerintah,” kata Danang.
Meski demikian, lanjut Danang, masih dibicarakan juga kemungkinan pembiayaan bukan dari pinjaman luar negeri, melainkan melalui skema ketersediaan layanan (availability payment). Prinsipnya, BPJT akan menjaga kepastian investasi dan operasi jalan tol agar tetap layak.
Sementara itu, Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, berpandangan, Tol Semarang-Demak diperlukan tidak hanya untuk mempersingkat waktu tempuh dan memperlancar arus orang dan barang, tetapi juga dapat mengembangkan kawasan industri di sekitarnya. Terlebih, dengan fungsinya sekaligus sebagai tanggul laut, rob yang selama ini mempersulit kehidupan warga di sana dapat dikurangi.
Tol Semarang-Demak akan terhubung dengan jalan lingkar luar Demak. Sementara di sekitar jalan lingkar luar tersebut dibangun terminal tipe A untuk menggantikan Terminal Terboyo yang ditutup. Dengan adanya tol tersebut, arus orang akan semakin lancar sehingga berpotensi untuk mengembangkan wisata religi di kawasan Demak, Kudus, Jepara, dan Pati.
Jika rob dapat dikurangi, kawasan industri di daerah Genuk, Sayung, dan Demak akan dapat dikembangkan. Potensi tersebut masih besar karena terhubung dengan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
”Jalur Semarang-Demak itu lalu lintasnya cukup tinggi yang kalau rob pasti akan terganggu meskipun jalan arterinya sudah empat lajur. Dan tol tersebut mestinya tidak banyak mengganggu lahan produktif,” kata Djoko.
Utang luar negeri Indonesia per Juli 2019 mencapai 395,309 miliar dollar AS atau setara Rp 5.542 triliun, yang terdiri dari utang pemerintah dan swasta.