Korsel Diajak untuk Terus Berinvestasi di Indonesia
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Indonesia mengajak Korea Selatan untuk meningkatkan kualitas investasi di Indonesia. Jenis investasi yang diinginkan Indonesia adalah investasi yang memberikan nilai tambah dan alih teknologi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Indonesia ingin Korsel tidak hanya berinvestasi pada industri hulu saja, yakni industri yang menghasilkan bahan baku mentah. Korsel diharapkan untuk berinvestasi pada industri antara dan hilir.
"Kini saatnya investasi kelas satu Korsel masuk ke Indonesia, bukan lagi investasi kelas dua yang hanya mengimpor bahan mentah. Investasi kelas satu berarti mengandalkan teknologi maju, memberikan alih teknologi, dan meningkatkan nilai tambah atas produk yang dihasilkan,” kata Luhut dalam forum bisnis Invest Indonesia di Seoul, Korsel, Jumat (20/9/2019), melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (21/9/2019).
Luhut melanjutkan, jenis investasi tersebut juga harus bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo pada masa pemerintahan periode 2019-2024.
Menurut dia, investasi di sektor hilir memiliki nilai tambah yang tinggi, seperti dalam industri pengolahan mineral nikel, bauksit, dan mangan. Indonesia tengah membangun kawasan industri terpadu pengolahan nikel di Morowali serta sektor hilir smelter bauksit dibuka Pemerintah Indonesia di wilayah Bulungan, Kalimantan Utara.
Ekspor nikel Indonesia sebanyak 19,25 juta ton dengan nilai sebesar 612 juta dollar AS per tahun. Jika sudah diolah menjadi stainless steel nilainya bisa naik 10,2 kali lipat sebesar 6,24 miliar dollar AS.
“Demikian pula untuk mineral bauksit, sebagai bahan baku utama aluminium, yang sangat berlimpah di Indonesia. Nilai ekspornya bertambah hampir 4 kali lipat jika diolah menjadi serbuk alumina dan 11,2 kali lipat jika diolah blok aluminium,” ujar Luhut.
Korsel merupakan salah satu dari tujuh investor asing terbesar di Indonesia dengan total investasi mencapai 7,58 miliar periode 2014-2019.
Sejumlah insentif seperti tax holiday siap diberikan oleh Pemerintah Indonesia sesuai besaran nilai investasi. Di samping itu, regulasi yang ramah investasi, kemudahan memperoleh lahan industri, dan birokrasi perizinan yang jauh lebih pendek telah diterapkan dengan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (OSS).
Korsel merupakan salah satu dari tujuh investor asing terbesar di Indonesia dengan total investasi mencapai 7,58 miliar periode 2014-2019. Mayoritas investasi terkonsentrasi di sektor sekunder, seperti permesinan dan elektronik dan pertambangan. Investasi Korsel sebagian besar berada di Pulau Jawa.
“Investor Korsel bisa menjadi nomor satu di Indonesia. Saya yakin, kita bisa meningkatkan arus investasi Korsel. Indonesia harus jadi destinasi utama penanaman modal bagi Korsel di kawasan,“ ujar Dubes RI untuk Korsel Umar Hadi.
Dalam forum bisnis itu, Menteri Luhut, Umar Hadi dan Ketua Komite Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korsel KCCI, Yoon Chun-sung menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara BKPM dengan Korea Overseas Infrastructure & Urban Development Corporation (KIND).
Kedua pihak sepakat untuk bekerja sama dalam bidang infrastruktur dan pembangunan wilayah perkotaan.