Kabut asap akibat kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat hingga Jumat (20/9/2019) belum teratasi. Hal itu memicu melonjaknya permintaan masyarakat terhadap masker untuk melindungi diri secara mandiri
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Kabut asap akibat kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat hingga Jumat (20/9/2019) belum teratasi. Hal itu memicu melonjaknya permintaan masyarakat terhadap masker untuk melindungi diri secara mandiri dari ancaman penyakit yang dipicu kabut asap yang tidak berkesudahan.
Upik Maulani, apoteker Apotek Century Kapuas Farma Gajah Mada Pontianak, Jumat (20/9/2019), menuturkan, beberapa pekan terakhir sejak kabut asap parah permintaan masyarakat terhadap masker meningkat. Masyarakat lebih banyak mencari model N 95.
“Kalau hari-hari biasa masker yang terjual hanya sekitar 10 kotak. Kini masker yang terjual mencapai 50-60 kotak per hari. Yang banyak membeli masker baik masyarakat maupun lembaga-lembaga untuk kegiatan sosial,” ujar Upik.
Senada dengan itu, apoteker Apotek Kimia Farma Tanjungpura Pontianak Mita, mengatakan, masker yang terjual tiga hari terakhir sekitar 150 kotak atau 7.500 masker. Saat kabut asap kian parah permintaan terhadap masker memang meningkat.
“Jika hari-hari biasa satu kotak saja susah habis. Kalau sekarang beberapa hari saja bisa ribuan habis. Masker yang banyak dicari yang jenis N 95. Pembeli beragam ada masyarakat, perusahaan, dan juga organisasi untuk kegiatan sosial,” ujarnya.
Kualitas udara di Kota Pontianak berdasarkan laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pontianak pada Jumat masuk pada level berbahaya. Angka PM10 sempat menyentuh 502,25 mikrogram per meter kubik pada pukul 13.00.
Jarak pandang terbatas, hanya berkisar 300 meter-400 meter. Bahkan, sejak pagi hingga sore langit Pontianak mendung. Matahari tidak muncul karena tertutup kabut asap. Bau asap menyengat. Bahkan, bau asap menempel di pakaian.
Penerbangan terganggu
Kabut asap juga masih berdampak pada penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Supadio Pontianak pada Jumat pagi. Officer In Charge Angkasa Pura II Bandara Internasional Supadio Pontianak Sulkarnaini, Jumat pagi, mengatakan, total penerbangan yang terlambat akibat kabut asap ada 17 penerbangan yang terdiri dari delapan kedatangan dan sembilan keberangkatan.
“Untuk penerbangan yang batal ada 24 penerbangan yang terdiri dari 12 keberangkatan dan 12 kedatangan. Yang batal karena operasional maskapai sebanyak 11 penerbangan yang terdiri dari lima kedatang dan enam keberangkatan,” ujarnya.
Penerbangan sejak pagi hingga pukul 10.00 tidak ada karena jarak pandang yang terbatas. Bahkan, penerbangan ditutup sementara pukul 08.15-10.00 karena jarak pandang di bandara hanya 300 meter. Normalnya mininmal 800 meter.
Hari (33) penumpang tujuan Semarang, Jawa Tengah, menuturkan, ia harusnya berangkat pukul 09.50. Namun, dialihkan ke pukul 13.35. Ia bekerja di Kabupaten Kapuas Hulu dan ingin cuti ke Semarang untuk bertemu keluarga.
Jarak dari Pontianak ke Kapuas Hulu sekitar 600 km. Ia berangkat dari Kapuas Hulu ke Bandara Internasional Supadio Pontianak menggunakan trevel jalur darat sejak Kamis (19/9/2010) pukul 19.00 dan tiba di Bandara Internasional Supadio Pontianak Jumat pukul 04.00. Setelah tiba di bandara pesawatnya tidak terbang tepat waktu.
Segala upaya telah dilakukan optimal. Modifikasi cuaca juga sudah dilakukan. Kalaupun dengan pemadaman dari udara, tidak ada jaminan asap akan hilang, mungkin hanya menghilangkan titik api. Hasil akhirnya tetap saja menunggu hujan turun
Siman (46) penumpang tujuan Surabaya, Jawa Timur, menuturkan, ia harusnya berangkat pukul 09.30 tetapi dialihkan ke pukul 12.00. Itupun belum pasti. Ia baru saja mengunjungi saudaranya di Pontianak dan ingin kembali ke Jawa Timur. “Saya baru pertama kali merasakan kabut asap di Kalbar, ternyata sesak sekali rasanya,” ujar Siman.
Gubernur Kalbar Sutarmidji, mengatakan, pada Jumat siang pihaknya dan organisasi perangkat daerah melakukan pertemuan jarak jauh (teleconference) dengan para bupati. Segala upaya telah dilakukan mulai dari provinsi hingga kabupaten. Namun, kabut asap masih ada.
“Segala upaya telah dilakukan optimal. Modifikasi cuaca juga sudah dilakukan. Kalaupun dengan pemadaman dari udara, tidak ada jaminan asap akan hilang, mungkin hanya menghilangkan titik api. Hasil akhirnya tetap saja menunggu hujan turun,” kata Sutarmidji.