Kejayaan kelapa sawit di Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Riau, meredup. Semakin banyak petani menumbangkan tanaman kelapa sawitnya dan ingin segera menggantinya dengan padi.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
SIAK, KOMPAS — Kejayaan kelapa sawit di Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Riau, perlahan meredup. Semakin banyak petani menumbangkan tanaman kelapa sawitnya dan ingin segera menggantinya dengan padi.
Ketika berada di salah satu perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Bunga Raya, Jumat (20/9/2019), Kompas melihat sendiri antusiasme warga secara swadaya menumbangkan ratusan hektar kelapa sawitnya untuk dijadikan sawah. Ada satu alat berat menumbangkan pohon kelapa sawit yang masih produktif. Sejak tahun 2018, sedikitnya 130 hektar kebun kelapa sawit telah dirobohkan dan berubah menjadi sawah.
Supardi (43), petani kelapa sawit, mengatakan, masa depan sawit di Bunga Raya sudah berakhir. Ia yakin, padi akan menjadi primadona baru yang menjanjikan untuk ekonomi keluarganya.
Supardi mengatakan sebelumnya memiliki 1 hektar kelapa sawit yang sudah berusia 15 tahun. Namun, ia hanya panen sekitar 400 kilogram per bulan. Dengan harga tandan buah segar sawit Rp 1.000 per kilogram, penghasilannya hanya berkisar Rp 400.000 sebulan.
”Hasil panen yang Rp 400.000 itu utuh karena saya bekerja sendiri yang memanen. Kalau diupahkan kepada orang lain, tidak ada lagi hasilnya buat saya,” kata Supardi.
Menurut Supardi, keinginan menumbangkan pohon kelapa sawit didorong keberadaan saluran irigasi yang disediakan Pemerintah Kabupaten Siak. Dengan alasan itu, Supardi dengan puluhan anggota kelompok tani di tempatnya langsung mengajukan permohonan bantuan penggunaan alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum Siak.
Kepala Seksi Irigasi Dinas PU Siak Ulpuadi mengatakan, permohonan warga membuat sawah segera ditindaklanjuti lewat pengajuan surat permohonan kepada Balai Wilayah Sungai III Sumatera di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hasilnya positif. Kementerian PUPR mendatangkan dua alat berat ke Bunga Raya.
”Bahan bakar alat berat untuk membuka lahan dibayar oleh warga. Setelah lahan terbuka, kami akan mengaliri air ke sawah baru itu,” ujar Ulpiadi.
Ulpuadi menuturkan, pencetakan sawah baru itu sangat memungkinkan karena terdapat pompa air irigasi yang baru selesai dibangun dengan bantuan dana Kementerian PUPR awal 2019. Pompa irigasi itu memiliki kapasitas 6 meter kubik per detik dan mampu mengairi sawah seluas 800 hektar.
”Dengan tambahan pompa air baru, keinginan warga menjadi lebih besar untuk menumbangkan kelapa sawitnya. Namun, kami kewalahan karena kendala peralatan dan dana,” ucap Ulpuadi.
Keinginan besar warga menumbangkan kelapa sawitnya memang bukan rekaan. Saat Kompas berbincang dengan Ulpuadi, seorang petani dari Desa Langsat Permai yang bernama Daroji (30) menyela pembicaraan.
Ia bertanya kepada Ulpuadi, kapan alat berat datang ke desanya. Ia mengatakan, puluhan anggota kelompok tani di desanya sudah tidak sabar menunggu kedatangan alat berat untuk menumbangkan kelapa sawit.
”Kalau sekarang alat berat datang ke desa kami, pada musim tanam bulan depan, kami akan langsung menanam padi,” kata Daroji.
Untuk mendukung keinginan warga seperti Daroji, tambah Ulpuadi, Kementerian PUPR sudah merencanakan membangun sebuah pompa baru lagi pada 2020. Hanya saja, ia belum mengetahui besar kapasitas pompa irigasi baru itu.
Kalau sekarang alat berat datang ke desa kami, pada musim tanam bulan depan, kami akan langsung menanam padi.
Kepala Dinas PU Siak Irving Kahar mengatakan, Kecamatan Bunga Raya merupakan sentra penghasil beras terbesar di Riau. Luas sawah yang sudah ditanam mencapai 2.500 hektar. Sedangkan total lahan yang tersedia, baik kelapa sawit maupun sawah, mencapai 8.400 hektar. Pemkab Siak menargetkan sawah di Bunga Raya akan berkembang menjadi 5.000 hektar dalam lima tahun mendatang.
”Kami selalu mengakomodasi keinginan warga membangun sawah baru dengan bekerja sama dengan dinas pertanian. Pekerjaan kami terutama membantu membangun saluran irigasi ke sawah warga,” kata Irving.
Sekarang, dengan saluran irigasi yang lebih baik, petani Bunga Raya sudah dapat menanam dua kali dalam setahun. Saluran irigasi primer di Bunga Raya mencapai 38.500 meter dan saluran sekunder 140.650 meter. Produksi padi sudah mampu menembus angka 8 ton per hektar.
Sukarno, Ketua Gabungan Kelompok Tani Bunga Raya, mengatakan, 1 hektar sawah dapat menghasilkan rata-rata Rp 5,5 juta per bulan. Jumlah itu jauh jika dibandingkan dengan penghasilan petani sawit yang tidak sampai Rp 1 juta per bulan. Sebagai perbandingan, di Bunga Raya, harga jual pasaran lahan sawit hanya sekitar Rp 100 juta per hektar, sedangkan sawah sudah di atas Rp 200 juta per hektar.