Forum “Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) Dialogue Forum 2019” antara pemerintah, pelaku usaha, sekolah vokasi, industri, dan organisasi pembangunan, Kamis (19/9/2019), di Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS - Penerapan revolusi industri keempat atau industri 4.0 di Indonesia memerlukan sumber daya manusia dengan keterampilan masa kini. Keterampilan yang dibutuhkan antara lain terkait penguasaan terhadap teknologi digital sesuai kebutuhan di masing-masing sektor.
Hal itu terungkap dalam “Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) Dialogue Forum 2019” antara pemerintah, pelaku usaha, sekolah vokasi, industri, dan organisasi pembangunan, Kamis (19/9/2019), di Jakarta. Dialog tersebut merupakan rangkaian kerja sama pemerintah Indonesia dan pemerintah Jerman dalam program ISED yang dimulai 2017 sampai 2021.
Deputi Direktur Pariwisata Kementrian PPN/Bappenas Istasius Angger Anindito mengatakan, kebutuhan tenaga kerja untuk bersaing di era industri 4.0 mesti dijawab melalui pelatihan teknis maupun pendidikan kejuruan. Agar dapat diterapkan, pelatihan atau pendidikan mesti disesuaikan dengan permintaan industri.
“Kalau tidak disesuaikan dengan sisi permintaan, maka pelatihan tidak bisa diterapkan. Perlu dibuat pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan permintaan industri,” kata Angger.
Menurut Manajer Sumber Daya Manusia PT Nutrifood Indonesia, Veronica AD Shinta, transformasi digital tidak bisa dihindari oleh industri, seperti industri makanan dan minuman. Menurut Shinta, hampir semua pelaku industri manufaktur telah mengadopsi teknologi dalam mendukung pertumbuhan produktifitas perusahaan.
Menghadapi perubahan tersebut, pihaknya sejak tiga tahun lalu telah membuat tim serta menyusun cetak biru untuk peningkatan kapasitas tenaga kerja internal. Penyesuaian teknis melalui otomasi mesin atau penyesuaian sistem kontrol merupakan hal yang mesti dilakukan.
KOMPAS/NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
Forum “Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) Dialogue Forum 2019” antara pemerintah, pelaku usaha, sekolah vokasi, industri, dan organisasi pembangunan, Kamis (19/9/2019), di Jakarta.
Namun demikian, yang paling penting adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, para pimpinan pun dipilih dari mereka yang dinilai mampu dan mau beradaptasi dengan perubahan yang tengah terjadi.
Training Development Supervisor PT Niramas Utama (Inaco), Fifi Novalita Sari, menyampaikan pendapat senada. Menurut Fifi, usia pekerja yang berbeda-beda merupakan tantangan tersendiri dalam meningkatkan kapasitas mereka. Kebutuhan pelatihan bagi mereka yang sudah cukup lama bekerja berbeda dengan mereka yang relatif masih muda.
Demikian pula perbedaan latar belakang pendidikan juga memerlukan penyesuaian yang mesti didapatkan dari pelatihan. “Kita harus berubah dengan perkembangan yang ada karena kalau tidak berubaha kita akan ketinggalan,” kata Fifi.
General Manager Golden Palace Lombok, Ernanda Agung Dewobroto berpendapat, di industri pariwisata, khususnya jasa perhotelan, yang saat ini banyak diperlukan adalah tenaga terampil yang dapat menangani pemasaran secara digital. Sebab, melalui pemasaran secara digital, pelaku usaha dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
“Ada pelaku usaha yang tahu digital ada yang belum. Sementara Lombok mengalami percepatan pariwisata dengan menjadikan lombok sebagai pariwisata berskala internasional. Kami butuh tenaga-tenaga yang mengerti e-commerce,” ujar Ernanda.
Perlunya peningkatan keterampilan yang mengikuti perkembangan jaman juga menjadi kesadaran di dunia pendidikan. Pengajar dari SMK St Mikael, Surakarta, Sagana Mulyanta, mengatakan, di tengah beban kurikulum yang sangat padat, pendidikan vokasi dituntut untuk memasukkan keterampilan terkini bagi siswa.
Menurut Team Leader dan Senior Advisor ISED Project Ch Dian Vitriani, dua sektor yang menjadi proyek percontohan adalah industri pariwisata serta industri makanan dan minuman. Di industri pariwisata, yang saat ini diperlukan adalah tenaga kerja yang mengerti e-dagang untuk menangani proses pemesanan semuanya dapat dilayani secara dalam jaringan (daring).