Harga-harga saham di Asia menanjak pada awal perdagangan, Jumat (20/9/2019), terangkat sentimen stimulus ekonomi di seluruh dunia yang diharapkan meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Harga-harga saham di Asia menanjak pada awal perdagangan, Jumat (20/9/2019), terangkat sentimen stimulus ekonomi di seluruh dunia yang diharapkan meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Namun, pada saat yang sama, harga minyak mentah kembali naik di tengah kekhawatiran bahwa serangan pada akhir pekan lalu terhadap kilang dan fasilitas pengolahan minyak di Arab Saudi masih menimbulkan risiko terkait pasokan.
Indeks Nikkei Jepang naik 0,34 persen di tengah kenaikan bursa-bursa lain di Asia. Bursa saham Asia cukup tertekan dalam beberapa bulan terakhir. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang menderita penurunan pertama mingguan dalam lima pekan terakhir. Pada awal Jumat ini, indeks MSCI naik tipis 0,08 persen.
Pada Kamis waktu Amerika Serikat (AS), Indeks S&P 500 berakhir datar, bertahan kurang dari 1 persen di bawah rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada Juli. Adapun indeks FTSEurofirst 300 Eropa juga menanjak tahun ini. Pelonggaran moneter oleh The Federal Reserve di AS pekan ini dan oleh Bank Sentral Eropa pekan lalu mendukung sentimen investor.
Data ekonomi terbaru AS pun meredakan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi terbesar di dunia itu. Jumlah orang Amerika Serikat yang mengajukan tunjangan pengangguran memang naik, tetapi angkanya masih di bawah proyeksi sebelumnya. Pada saat yang sama, data penjualan rumah naik ke level tertinggi dalam kurun 17 bulan pada Agustus.
”Investor mulai mempertimbangkan kemungkinan akselerasi kembali dalam ekonomi global tahun depan. Sejauh ini pada bulan ini China telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung ekonomi dan bank sentral AS dan Eropa melonggarkan kebijakan,” kata Nobuhiko Kuramochi, kepala strategi di Mizuho Securities.
”Ada harapan kesepakatan perdagangan sementara atau parsial antara China dan AS karena Presiden AS melihat perlunya menopang perekonomian tahun depan sebelum pemilihan presiden,” ujar Kuramochi.
Wakil perunding perdagangan AS dan China memulai kembali perundingan tatap muka untuk pertama kalinya dalam hampir dua bulan pada Kamis. Negosiasi kembali itu mencoba meletakkan dasar pembicaraan tingkat tinggi pada awal Oktober.
Harapan terhadap tercapainya kesepakatan begitu kuat sehingga pasar mengabaikan laporan media bahwa seorang penasihat perdagangan Trump mengatakan Presiden AS siap menaikkan tarif hingga 50 atau 100 persen. Sementara itu, The Fed New York terus menyuntikkan sejumlah besar uang tunai di pasar uang untuk menghadapi tekanan atas dana sejak awal pekan.
Di pasar mata uang, pound sterling Inggris terus naik setelah Ketua Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan bahwa kesepakatan Brexit bakal terjadi dan kemungkinan perbatasan Irlandia yang ingin dihilangkan Pemerintah Inggris dapat diganti dengan alternatif. Pound sterling diperdagangkan pada 1,2525 per dollar AS, naik 0,02 persen. Mata uang itu mencapai nilai tertinggi dalam dua bulan di level 1,2560 per dollar AS pada Kamis.
Euro berada di level 1,104 per dollar AS. Adapun yen diperdagangkan mendatar di level 108,03 per dollar AS. Posisi yen naik tipis dari level terendahnya dalam kurun 1,5 bulan terakhir pada level 108,48 per dollar AS, Rabu lalu. Mata uang real Brasil turun 1,4 persen pada Kamis, menjadi 4,167 per dollar AS setelah bank sentral Brasil memangkas biaya pinjaman ke level terendah sepanjang masa dan mengisyaratkan untuk melakukannya lagi dalam beberapa bulan mendatang.
Kenaikan harga minyak
Di pasar komoditas, harga minyak bangkit kembali di tengah kekhawatiran terus-menerus tentang stabilitas pasokan minyak. Hal itu terjadi di tengah ketegangan antara Arab Saudi dan Iran setelah serangan akhir pekan terhadap instalasi pengolahan minyak di Arab Saudi.
Pasukan pimpinan Saudi pada Jumat melancarkan operasi militer di Yaman utara terhadap apa yang digambarkan sebagai ”target militer yang sah”, sebuah insiden yang dapat memperburuk ketegangan regional.
Washington mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya sedang membangun koalisi untuk mencegah ancaman Iran. Sementara Teheran telah memperingatkan Trump agar tidak terseret ke dalam perang di Timur Tengah. Teheran menyatakan siap merespons tindakan ofensif apa pun dengan langkah yang tidak kalah sigap. (REUTERS)