Bursa saham di kawasan Asia naik tipis pada awal perdagangan Kamis (19/9/2019), mengikuti beberapa kenaikan bursa saham Wall Street setelah bank sentral Amerika Serikat, The Fed, memangkas suku bunga.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Bursa saham di kawasan Asia naik tipis pada awal perdagangan Kamis (19/9/2019), mengikuti beberapa kenaikan bursa saham Wall Street setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, memangkas suku bunga seperti yang diharapkan. Meski demikian, sinyal beragam pada pelonggaran suku bunga berikutnya membuat investor berhati-hati.
Kurva timbal hasil US Treasury melandai ketika Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan sinyal tipis atas kemungkinan pelonggaran suku bunga lebih lanjut. Pada saat yang sama, divisi di antara para bank sentral telah meningkatkan ketidakpastian tentang seberapa jauh suku bunga lebih lanjut akan diturunkan.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,03 persen. Indeks Nikkei Jepang naik 0,46 persen sementara bursa saham Australia naik 0,23 persen. Yen diperdagangkan mendekati level terendah tujuh pekan versus dollar AS sebelum pertemuan Bank of Japan pada Kamis ini. Para pembuat kebijakan di BOJ diharapkan mempertahankan kebijakan keuangan mereka.
Yen berada di level 108,42 per dollar AS, hanya beberapa poin dari level tertingginya sejak 1 Agustus 2019. Investor akan mengamati dengan cermat konferensi pers seusai keputusan Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda untuk melihat bagaimana ia menilai risiko terhadap prospek ekonomi Jepang.
Bank-bank sentral di seluruh dunia telah melonggarkan kebijakan untuk melawan risiko inflasi rendah dan resesi. Kebijakan moneter yang lebih mudah umumnya mendukung ekuitas.
Namun, beberapa analis berpendapat bahwa reli pada pasar obligasi sudah terlalu jauh, mengatakan imbal hasil turun terlalu cepat dan kurva terlalu rata. Pada saat yang sama ada juga pelaku pasar yang khawatir tentang meningkatnya jumlah utang negara dengan imbal hasil negatif.
”Ini adalah hal yang positif, tetapi tipis sifatnya bagi harga saham, selama tidak ada resesi,” kata Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors di Sydney. ”Satu-satunya masalah adalah pemangkasan (suku bunga The Fed) 25 basis poin itu sudah diharapkan dan komentar serta perkiraan selanjutnya tidak sesederhana yang diharapkan pasar. Saya pikir Fed harus memotong lagi. Masih ada beberapa risiko dari imbal hasil surat utang.”
Futures bursa saham AS turun 0,06 persen di Asia pada Kamis. Indeks S&P 500 membalikkan kerugian hingga berakhir 0,03 persen lebih tinggi setelah Powell mengatakan ia tidak melihat resesi yang akan terjadi atau berpikir The Fed akan mengadopsi suku bunga negatif.
The Fed memotong suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini menjadi 1,75 -2,00 persen. Namun, The Fed mengisyaratkan penurunan suku bunga lebih lanjut tidak mungkin karena pasar tenaga kerja yang tetap kuat.
Pemotongan suku bunga secara luas diharapkan, tetapi jajak pendapat telah menimbulkan beberapa kekhawatiran tentang memprediksi jalan masa depan kebijakan moneter.
Dari 17 analis dan ekonom yang disurvei, 7 mengharapkan pemotongan suku bunga ketiga tahun ini, 5 melihat pemotongan suku bunga saat ini sebagai yang terakhir untuk 2019, dan 5 yang tampaknya telah menentang langkah terbaru The Fed.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS naik 0,03 persen menjadi 58,13 dollar AS per barel. Pasar minyak telah stabil setelah serangan di Arab Saudi selama akhir pekan memicu kejutan sekaligus kekhawatiran atas pasokan dan mengakibatkan lonjakan harga. Volatilitas masih berisiko terjadi karena ketegangan Timur Tengah tetap tinggi. Washington menyalahkan Iran atas serangan itu, tetapi hal tersebut dibantah Teheran. (REUTERS)