Perusahaan Induk Perkebunan Nusantara Dapatkan Suntikan Dana Rp 5,5 Triliun
Perusahan Induk PT Perkebunan Nusantara (Persero) mendapatkan pinjaman modal dari perbankan sebesar Rp 5,5 triliun. Permodalan sebesar itu akan digunakan untuk menopang transformasi korporasi dan modal kerja.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Perusahan Induk PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN III mendapatkan pinjaman modal dari perbankan sebesar Rp 5,5 triliun. Permodalan sebesar itu akan digunakan untuk menopang transformasi korporasi dan modal kerja.
Pendanaan itu berasal dari pinjaman sindikasi perbankan yang terdiri dari 19 pihak. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) turut menjadi anggota sindikasi tersebut.
Pinjaman modal itu terutama akan dimanfaatkan anak-anak usaha PTPN III. PTPN III akan menggunakan modal tersebut untuk pengembangan pada lahan perkebunan (on-farm) dan pengolahannya (off-farm). Pada tahap on-farm, upaya yang akan dilakukan berupa pemupukan dan perawatan, sedangkan off-farm melalui revitalisasi pabrik.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PTPN III Seger Budiarjo mengatakan, melalui upaya-upaya itu, PTPN III menargetkan untuk mendapatkan benchmark industri perkebunan nasional pada 2023 atau tahun sebelumnya.
"Kami ingin menjadi menjadi acuan bagi industri nasional di sektor perkebunan. Ada empat komoditas unggulan yang kami miliki, yakni, tebu, teh, karet, dan kelapa sawit," kata Seger di dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Kami ingin menjadi menjadi acuan bagi industri nasional di sektor perkebunan
Hasil akhir pengolahan produk teh, tebu, dan kelapa sawit PTPN masuk dalam kelompok industri makanan dan minuman. Adapun hasil olahan karet masuk dalam kelompok industri karet, barang dari karet, dan plastik.
Badan Pusat Statistik mencatat, sepanjang 2018, industri makanan tumbuh 7,4 persen sedangkan industri minuman tumbuh 16,04 persen secara tahunan. Sementara industri karet, barang dari karet, dan plastik tumbuh 11,29 persen secara tahunan.
Butuh Rp 15 triliun
Untuk mengembangkan kinerja perusahaan, PTPN II sebenarnya membutuhkan dana Rp 15 triliun. Hal itu telah masuk dalam dokumen perencanaan keuangan yang disetujui Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Saat ini, PTPN III telah mengantongi sekitar Rp 9 triliun.
Head of Structured Finance Wholesale Banking Group PT BTPN Tbk, Rullianto Hadinoto mengatakan, total pinjaman dari BTPN dan SMBC sebesar 80 juta dollar AS atau Rp 1,2 triliun.
"Kami percaya dengan perkembangan proyek perkebunan yang digarap PTPN sehingga kami nyaman memberikan pinjaman," katanya.
PTPN III memiliki lahan perkebunan seluas 1,18 juta hektar. Menurut Rullianto, PTPN III memiliki kemampuan pembayaran kredit karena aspek rasio utang terhadap pendapatan (DSR) perusahaan itu bagus.
Meskipun PTPN III mendapatkan sentimen buruk terkait kasus korupsi, Rullianto mengatakan, hal itu tidak berpengaruh. "Kasus itu tampaknya menyangkut pribadi. Secara korporasi, kami nyaman dengan PTPN III," ujarnya.