Hingga hari kedua, upaya pencarian pesawat Rimbun Air yang mengangkut empat orang belum membuahkan hasil.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Hingga Kamis (19/9/2019), tim pencari dan penyelamat gabungan belum menemukan pesawat milik Maskapai Rimbun Air yang hilang kontak sejak Rabu (18/9). Pencarian masih difokuskan di daerah perbatasan antara Kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak, Papua.
Kepala Kantor Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Timika Monce Brury saat dihubungi dari Jayapura pada Kamis sore mengatakan, hingga saat ini pesawat belum ditemukan. Pihaknya telah menerjunkan tiga pesawat dan 10 personel untuk mencari pesawat Rimbun Air dengan nomor registrasi PK-CDC.
Pesawat Rimbun Air lepas landas dari Bandar Udara Moses Kilangin, Timika, pukul 10.36 WIT. Pesawat terbang menuju Bandara Aminggaru Illaga, Kabupaten Puncak, dengan membawa muatan beras seberat 1.600 kilogram dan diperkirakan tiba di Ilaga pukul 11.09 WIT.
Pesawat ini membawa empat orang, yakni Kapten Dasep Sobirin sebagai pilot Yudha Tutuco selaku kopilot, Ujang sebagai teknisi, dan satu penumpang, Bharada Hadi Utomo dari satuan Brimob.
”Pencarian pesawat Rimbun Air difokuskan sejauh 50 nautical mil atau berjarak 92,6 kilometer dan diperluas hingga 5 nautical mil. Dari pantauan terakhir, pesawat hilang kontak pada jarak tersebut setelah lepas landas dari Bandara Moses Kilangin,” papar Monce.
Ia menuturkan, tim SAR gabungan akan kembali mencari pesawat Rimbun Air melalui udara di lokasi yang sama pada Jumat (20/9/2019). ”Kami akan memperluas lokasi pencarian pesawat Rimbun Air dan menambah jumlah pesawat agar segera mengetahui keberadaan pesawat Rimbun Air,” tambahnya.
Staf Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua Norbert Tunyanan berpendapat, kasus kecelakaan pesawat di Puncak tak hanya faktor cuaca saja, tetapi juga faktor kompetensi awak pesawat. ”Pilot yang menentukan apakah pesawat layak untuk terbang dari satu daerah ke daerah lainnya. KNKT akan menerjunkan tim investigasi pascapesawat ditemukan,” tutur Norbert.
Pilot yang menentukan apakah pesawat layak untuk terbang dari satu daerah ke daerah lainnya. (Norbert Tunyanan)
Total sudah terjadi dua insiden pesawat hilang kontak di Papua dalam empat bulan terakhir. Sebelumnya helikopter milik TNI Angkatan Darat dengan nomor registrasi HA-5138 lepas landas dari Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, ke Jayapura pada 28 Juni 2019 pukul 11.44 WIT. Helikopter itu dilaporkan hilang kontak pukul 11.49 WIT pada ketinggian 7.800 kaki dan belum ditemukan hingga kini.
Seharusnya, helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 WIT.
Penumpang helikopter terdiri atas tujuh awak helikopter dan lima anggota Batalyon Infanteri 725/Waroagi. Tujuh awak helikopter terdiri dari Kapten CPN Aris, Letnan CPN Ahwar, Kapten CPN Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Personel Yonif 725 terdiri dari Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.