Balap sepeda Tour de Siak berlangsung dalam kondisi udara tidak sehat akibat kabut asap pembakaran lahan. Sejumlah tim memutuskan tidak mengikuti balapan.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
SIAK, KOMPAS – Pebalap asing merajai etape pertama lomba balap sepeda Tour de Siak di Siak, Riau, Kamis (19/9/2019) sore. Pebalap Malaysia, Nur Amirull Fakhruddin dari Trengganu Cycling Team meraih posisi pertama disusul Mohammad Gajkhaniou (Iran, Tim Sepahan) di posisi kedua, dan Stephan Bakker (Belanda, Tim GCH) di posisi ketiga.
Adapun pebalap Indonesia Selamat Juangga dari Tim KFC hanya mampu menduduki posisi ke-10 dalam lomba yang sudah masuk dalam kalender organisasi sepeda internasional (UCI) itu. Ia berada dalam rombongan ke-4, dengan selisih waktu dengan pemenang pertama mencapai 67 detik.
Balapan Tour de Siak pada tahun ini, mengalami kendala kabut asap yang berada dalam level tidak sehat. Menurut Direktur Lomba, Sondi Sampurno, etape pertama yang semestinya ditempuh sejauh 114 kilometer, dipangkas hampir setengahnya menjadi 60 kilometer.
Semula, kata Sondi, rute etape pertama direncanakan dimulai dari garis start di Kota Siak memutari Gedung Tangsi Belanda di Mempura, menuju Dayun dan kembali ke Kota Siak, sebanyak dua putaran. Namun udara yang memburuk pada saat menjelang start, sehingga etape pertama disepakati hanya satu putaran saja. Pada pagi hari, udara Siak justru lebih baik.
Akibat pemangkasan jarak, gaya bertanding para atlet menjadi berbeda. Para pebalap sejak awal start sudah memacu sepedanya dengan kekuatan lebih besar. Di jarak setengah lomba, setidaknya sudah terdapat pemisahan pebalap menjadi tiga rombongan dan semakin membesar menjelang garis finis.
Tiga kilometer menjelang finis terdapat rombongan kecil dengan delapan pembalap di garis depan. Namun kemudian, dua diantaranya tidak mampu mengejar dan tercecer.
Meski finis dalam satu rombongan, Nur Amirull menjadi pebalap pertama yang menyentuh garis akhir berdasarkan foto finis. Ia diberi bonus waktu 10 detik, Adapun pebalap Iran diganjar bonus 8 detik, dan pebalap Belanda mendapat bonus 7 detik.
Pebalap Australia, Bryce Lanigan seusai lomba mengatakan, baru pertama kali mengikuti balap dalam kondisi udara buruk. Ia mengatakan, saat lomba nafasnya terasa lebih berat. Meski demikian, Bryce yang berasal dari tim Velovit Australia tidak terlalu mengeluh, karena seluruh pebalap mengalami hal yang sama. Bryce finis di posisi ke-25.
“Lomba ini sangat berat dalam kondisi seperti ini,” tutur Bryce.
Nasib nahas dialami oleh pebalap Jerman Robert Muller. Pebalap dari tim NEX ini mencapai finis di urutan ke-38. Hanya saja, begitu selesai lomba, ia terhuyung-huyung dan nyaris jatuh. Rekannya segera membawa Robert ke ambulans yang disediakan panitia. Setelah diberikan oksigen, Robert terlihat kembali segar. Ia pun segera bergabung dengan anggota timnya.
“ Pebalap Jerman itu mengalami kelelahan dan ditambah lagi dengan terpapar asap. Tadi dia sempat diberi oksigen selama sekitar 10 menit dan dia mengatakan merasa lebih baik. Di negaranya tidak ada asap, jadi dia mesti menyesuaikan diri,” kata Dini, dokter perlombaan yang bertanggung jawab terhadap penanganan pertama atlet yang bertanding.
Sondi mengatakan, kondisi udara buruk di Riau dalam pelaksanaan Tour de Siak, sudah dibicarakan dengan UCI. Selanjutnya UCI memberi kebebasan terhadap panitia dan peserta untuk menentukan sikap dalam perlombaan.
“UCI mengatakan dalam kondisi cuaca ekstrem, ada dua hal yang dapat dilakukan. Pertama mengurangi panjang rute atau kedua menghentikan perlombaan. Dalam pembicaraan teknis dengan seluruh peserta, diambil kesimpulan lomba tetap dilanjutkan. Kepada peserta diberi kebebasan mau ikut melanjutkan atau mengundurkan diri. Ada tiga tim yang mundur sebelum lomba,’’ kata Sondi.
Untuk pertandingan hari kedua, Jumat (20/9/2019), kata Sondi, mereka akan tetap memperhatikan kondisi udara. Apabila levelnya masih sama seperti hari Kamis, lomba akan dikurangi separuh panjang rute. Etape dua dimulai dari Kota Siak sampai Sungai Apit.
“Tidak ada protes dari peserta karena tidak ada pemaksaan dan keharusan untuk ikut berlomba. Kami tetap memikirkan keselamatan pebalap,” papar Sondi.