Anthony Sinisuka Ginting sempat dijuluki ”Pembunuh Raksasa” setelah menjuarai China Terbuka 2018. Namun, tahun ini, tunggal putra Indonesia itu masih berjuang untuk menemukan performa terbaiknya.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
CHANGZOU, SELASA - Setahun lalu, Anthony Sinisuka Ginting menjadi perbincangan komunitas bulu tangkis dunia ketika menjuarai China Terbuka dengan mengalahkan lima pemain top secara beruntun. Tak tampil sebaik 2018 menjelang China Terbuka tahun ini, mempertahankan gelar juara menjadi tantangan berat bagi Anthony.
China Terbuka, di Olympic Sports Center Gymnasium, Changzou, 17-22 September, adalah salah satu dari tiga turnamen BWF World Tour 1000, kejuaraan Level II tertinggi dalam struktur turnamen BWF. Untuk kejuaraan individu, hanya Kejuaraan Dunia dan Olimpiade yang berada di atasnya. Dua turnamen setara China Terbuka adalah All England dan Indonesia Terbuka.
Dalam perjalanan menuju podium juara yang terjal pada 2018, Anthony melewati Lin Dan (China), Viktor Axelsen (Denmark), Chen Long (Tiongkok), Chou Tien Chen (Taiwan), dan Kento Momota (Jepang). Kecuali Chou, yang lainnya adalah para juara dunia. Anthony pun dijuluki “pembunuh raksasa”.
Anthony harus ekstra fokus. Jangan terpengaruh masalah di luar lapangan
Sebelum menjuarai China Terbuka 2018, Anthony menjuarai Indonesia Masters dan meraih medali perunggu Asian Games Jakarta Palembang 2018. Pada Asian Games, dia menghentikan Momota dan Chen Long, sebelum kalah dari Chou pada semifinal.
Tahun ini, pemain berusia 23 tahun ini belum juara meski tampil pada final Singapura dan Australia Terbuka. Pada kejuaraan besar, yaitu All England, Indonesia Terbuka, dan Kejuaraan Dunia, Anthony kalah, masing-masing, pada babak pertama, kedua, dan ketiga. Selain All England, dia juga gagal pada laga pertama di Malaysia Terbuka dan Kejuaraan Asia.
Dikatakan Taufik Hidayat, sebagai Ketua SGS PLN Bandung (klub asal Anthony), menjelang akhir Agustus, fokus Anthony terganggu karena masalah kontrak dengan sponsor. Namun, PP PBSI menyatakan, kasus tersebut telah selesai.
Anthony pun dituntut kembali fokus pada pertandingan, apalagi sejak akhir April 2019 hingga April 2020 adalah masa kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Setiap atlet harus mencari poin sebanyak mungkin untuk menentukan kuota maksimal setiap negara pada setiap nomor pada Tokyo 2020.
Ditempatkan sebagai unggulan ketujuh, tantangan mempertahankan gelar juara akan berat sejak awal. Mengawali penampilannya di Changzou pada Rabu (18/9/2019), dia akan melawan Kenta Nishimoto (Jepang). Kedua pemain berbagi dua kemenangan, termasuk masing-masing satu kemenangan pada 2019.
Jika mampu melewati Nishimoto, lawan pada babak kedua adalah Brice Leverdez (Perancis) atau Parupalli Kashyap (India). Calon lawan pada perempat final adalah Shi Yuqi (China/unggulan ketiga), lalu Chou atau finalis Kejuaraan Dunia, Anders Antonsen (Denmark/8).
“Anthony harus ekstra fokus. Jangan terpengaruh masalah di luar lapangan. Pengaturan strategi harus lebih detail. Ada tanggung jawab besar yang diemban untuk mempermudahnya ke Olimpiade,” ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti.
Pelatih tunggal putra Hendry Saputro Ho juga mengingatkan Anthony untuk bisa kembali fokus pada pertandingan dengan menjaga pola pikir positif. Dia juga diingatkan agar tak sering membuat kesalahan yang membuahkan poin gratis bagi lawan.
Berat sejak awal
Babak pertama, yang berlangsung Selasa, diwarnai tiga persaingan “kelas berat”, salah satunya ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon melawan finalis Kejuaraan Dunia, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang). Dengan hanya delapan unggulan dalam undian yang terdiri atas 32 wakil, itu menjadi laga “terpanas” pada babak pertama ganda putra. Kevin/Marcus berada di puncak peringkat dunia, sementara Hoki/Kobayashi di urutan kesembilan.
Kevin/Marcus memenangi laga itu, 21-17, 21-15. Mereka mengikuti langkah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang juga lolos ke babak kedua setelah mengalahkan Bodin Isara/Maneepong Jongjit (Thailand), 21-14, 21-11.
Persaingan “kelas berat” juga terjadi pada babak awal tunggal putra dengan pertemuan juara dunia dalam dua tahun terakhir, Momota, dan lima kali juara dunia, Lin Dan. Momota memenangi laga itu, 21-14, 21-14, dalam waktu 49 menit.
Pertemuan antara dua pemain yang pernah menjadi juara dunia juga terjadi di tunggal putri. Pemain Jepang, Nozomi Okuhara (juara dunia 2017) ditaklukkan tiga kali juara dunia, Carolina Marin (Spanyol), 16-21, 18-21.
Ini menjadi penampilan kedua Marin sejak tampil di final Indonesia Masters, Januari. Berhadapan dengan Saina Nehwal (India), saat itu, Marin mundur saat unggul 10-4 pada gim pertama karena cedera lutut. Pekan lalu, dia bertanding kembali dengan memilih tampil pada turnamen level rendah, BWF Super 100 di Vietnam, namun kalah pada babak pertama.
Ajang China Terbuka juga menjadi momen kembalinya tunggal putra peringkat ketujuh dunia, Axelsen (Denmark) setelah cedera punggung. Namun, Axelsen, yang istirahat sejak Juni, langsung tersingkir setelah dikalahkan Kanta Tsuneyama (Jepang), 21-10, 14-21, 16-21.
Shi Yuqi (China/3) juga seharusnya kembali ke arena pertandingan di China Terbuka setelah cedera engkel kiri pada Indonesia Terbuka, Juli. Namun, pada akun Instagram-nya, juga seperti diberitakan dalam laman resmi BWF, dia membatalkan keikutsertaannya karena belum diizinkan dokter untuk bertanding.