Gangguan Listrik di Jaringan Angkutan Umum Perlu Diantisipasi
Operasional layanan angkutan umum masih bisa terjadi karena terputusnya aliran listrik. Mitigasi sebelum terjadinya gangguan menjadi penting agar dampak buruk dapat dikurangi.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Perusahaan Listrik Negeri (Persero) mengingatkan bahwa fenomena terputusnya tegangan listrik masih dapat terjadi kapan pun. Gangguan listrik terjadi akibat kejadian alam di luar dugaan, seperti sambaran petir, badai, ataupun pohon tumbang. Karena itu, perlu antisipasi lebih awal agar dampak buruknya bisa dikurangi.
”Fenomena kedip listrik ini bisa terjadi kapan saja, seperti ketika ada sambaran petir atau kejadian tak terduga lainnya. Di Jakarta, kerawanan itu tidak terlalu terjadi. Kadang-kadang terjadi di area Cibinong atau Bogor,” kata General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya M Ikhsan Asaad, ketika dihubungi pada Rabu (18/9/2019), di Jakarta.
Gangguan aliran listrik kembali terjadi pada Selasa (17/9/2019) pagi. Gardu Induk PLN CSW mengalami kedip tegangan listrik selama 1,3 detik sekitar pukul 05.00. Meskipun berlangsung singkat, dampak dari insiden itu mengganggu operasional beberapa stasiun moda raya terpadu (MRT) dan rute kereta rel listrik (KRL). Kedua angkutan umum itu kembali beroperasi normal kurang lebih 30 menit setelah listrik putus beberapa saat.
Gangguan lebih parah terjadi pada 4 Agustus 2019 hingga keesokan harinya. Saat itu wilayah Jabodetabek serta sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah mengalami pemadaman listrik yang melumpuhkan kegiatan sehari-hari masyarakat. Selain peralatan elektronik rumah tangga yang tidak bisa dinyalakan, MRT dan KRL juga tidak beroperasi, layanan telekomunikasi tidak stabil atau mati total, penyediaan air bersih tidak jalan, bahkan lampu lalu lintas tidak berfungsi.
”Fenomena putus listrik itu ada, tetapi kemungkinannya kecil sekali. Kejadian pada 4 Agustus lalu itu langka. Selama 20 tahun saya kerja di PLN, baru pertama kali saya merasakan kejadian itu,” kata Ikhsan.
Terkait gangguan listrik pada Selasa kemarin yang mengganggu operasional MRT dan KRL, pihak PLN telah bertemu dengan MRT di Lebak Bulus untuk membicarakan solusi mengatasi gangguan listrik. ”Ada beberapa peralatan (MRT) yang perlu re-setting (diatur) ulang,” ucap Ikhsan.
Ia menjelaskan, beberapa tempat, seperti rumah sakit, tidak mengalami gangguan akibat kedip listrik Selasa kemarin karena mereka ada pasokan listrik dari UPS (uninterrupted power supply). Di stasiun MRT belum ada UPS. ”Mungkin kita akan pasang UPS juga di stasiun MRT,” kata Ikhsan.
Untuk itu, tambah Ikhsan, pihaknya masih perlu berkoordinasi dengan kontraktor. ”Masih akan ada pembicaraan lebih lanjut. Kami baru menyampaikan usulan kami,” tambahnya.
Sementara itu, Muhamad Kamaluddin, Kepala Divisi Corporate Secretary MRT Jakarta, menjelaskan, semua stasiun MRT telah disediakan genset sehingga ketika terjadi pemadaman listrik, operasional MRT dapat terus berjalan berkat pasokan listrik dari genset itu. Agar sistem listrik itu lebih efisien ke depan, MRT akan melakukan perbaikan. ”Kami akan melakukan penguatan prosedur standar operasi (SOP) supaya lebih cepatnya switch-nya (pasokan listrik dari PLN ke genset MRT),” kata Kamal.
Peralatan PLN
Selain perbaikan sistem kelistrikan angkutan umum, Ikhsan mengakui, beberapa peralatan PLN juga perlu diganti. Sebab, gangguan listrik Selasa kemarin, menurut dia, diakibatkan oleh gangguan peralatan PLN di wilayah Karet, Jakarta Selatan, yang tidak jauh dari Gardu Induk CSW. Salah satu peralatan itu adalah current transformer atau alat listrik perubah arus. ”Ada peralatan yang terganggu di area Karet. Tetapi, hal itu langsung terkoreksi berkat circuit breaker (alat yang mencegah gangguan listrik meluas),” kata Ikhsan.
Sementara itu, pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa menyatakan, kedip tegangan listrik merupakan fenomena yang lazim selama itu tidak sering terjadi. ”Frekuensinya juga tidak boleh terlalu sering. Batas toleransi yang bisa diterima adalah 0,1 hingga 7 persen dari tegangan nominal pada frekuensi kurang dari 25 Hertz,” katanya.
Jika gangguan listrik itu sering terjadi, artinya, menurut Fabby, ada masalah pada sistem kelistrikan. ”Solusinya salah satunya adalah memperbaiki kualitas penghantar dan koordinasi relay (yang memiliki fungsi proteksi pada gardu induk), serta memperbanyak sumber pasokan ke gardu. Regulator harus memantau juga, sebagai bagian dari pemantauan kualitas pasokan listrik,” tutur Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) itu.