ICAC dikenal menjadi lembaga antikorupsi paling disegani di dunia. Salah satu keberhasilan ICAC yang paling mentereng adalah menumpas korupsi di kepolisian Hong Kong.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·5 menit baca
Ada ungkapan belajarlah ilmu sampai ke negeri China, yang artinya pergilah mencari ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke China. Kalau urusan ilmu antikorupsi, belajarlah ke Hong Kong.
Negara pulau ini punya Independent Commission Against Corruption alias ICAC yang dikenal sebagai lembaga antirasuah paling disegani di dunia. Salah satu keberhasilan ICAC yang paling mentereng adalah menumpas korupsi di kepolisian Hong Kong. Hingga saat ini, karena keberhasilan itu, polisi Hong Kong menjadi salah satu institusi kepolisian terbersih di dunia.
”Inspektur, ini uang agar Anda membantu mengamankan bisnis saya,” ujar seorang pengusaha sambil menyodorkan koper penuh uang kepada seorang kepala polisi.
”Tentu saja bisa dibantu,” ujar polisi itu.
Duk! Tiba-tiba saja pintu didobrak. Buru-buru seorang petugas masuk sambil mengacungkan sebuah lencana dan menggenggam sebuah pistol.
”Jangan bergerak! Ini ICAC! Kalian telah tertangkap tangan memberikan suap dan menerima suap!” ujar petugas itu.
Demikianlah sepotong adegan dalam film berjudul I Corrupt All Cops (2009) yang jika dibikin akronim menjadi ICAC. Film yang tayang di layar lebar besutan sutradara kawakan Hong Kong, Jin Wong, ini berkisah tentang awal pendirian ICAC atau KPK-nya Hong Kong.
Mengambil latar tahun 1974, film ini mengisahkan aparatur negara dan aparat penegak hukum di Hong Kong yang penuh korupsi. Pengusaha berkongkalikong dengan aparat untuk memuluskan bisnis kotornya. Pemerintah Hong Kong jengah dan menghendaki aparatur negara dan aparat penegak hukum bisa bersih. Mereka kemudian memutuskan membentuk ICAC.
Keberadaan awal ICAC pun sempat disanksikan oleh publik Hong Kong. Praktik korupsi dalam sektor publik di Hong Kong pada 1960-an dan 1970-an, sebagaimana dikutip dari laman resmi Icac.org.hk, disebut merajalela. Misalnya saja, kru ambulans disebut akan menuntut diberikan ”uang teh” sebelum menjemput orang sakit.
Di laman tersebut juga dituliskan bahwa korupsi juga telah menjadi persoalan serius di satuan kepolisian. Pada saat itu, hukum dan ketertiban berada di bawah ancaman. Konflik dengan institusi kepolisian pada masa-masa awal ICAC juga cenderung terjadi. Kondisi tersebut mirip dengan apa yang dialami KPK di Indonesia.
Namun, ternyata, ”misi yang hampir mustahil” pada saat awal ICAC didirikan itu berhasil dicapai. Saat ini Hong Kong memiliki indeks persepsi korupsi yang cukup memuaskan. Pada 2018, Hong Kong berada di peringkat ke-14 dari 180 negara dengan indeks 76.
Indonesia sendiri menduduki posisi ke-89 dengan indeks 38. Padahal, dalam empat tahun ini, IPK Indonesia ditargetkan dapat melampaui skor 40.
Teladan
Dalam banyak kesempatan, ICAC juga kerap bertandang ke KPK. Paling anyar ketika Komisioner ICAC Simon YL Peh menyambangi gedung KPK pada Senin (25/2/2019). Pertemuan itu antara lain menajamkan pengetahuan soal metode baru kejahatan terkait korupsi, khususnya di sektor swasta.
”ICAC punya banyak pengalaman menangani korupsi di sektor swasta, seperti tindak kriminal canggih yang melibatkan sektor bank, pencucian uang, dan institusi keuangan,” kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif (Kompas, 26/2/2019).
ICAC punya banyak pengalaman menangani korupsi di sektor swasta, seperti tindak kriminal canggih yang melibatkan sektor bank, pencucian uang, dan institusi keuangan.
Adapun Komisioner ICAC Simon YL Peh mengatakan, mereka juga bermaksud menguatkan kolaborasi bilateral mencegah dan menangani korupsi. Salah satu yang akan lebih digiatkan adalah kerja sama penegak hukum dalam menindak tindak pencucian uang di luar negeri.
”Ini perlu fokus dari setiap penegak hukum, baik lokal maupun internasional. Sering kali kita harus melacak uang di luar negeri dan, untuk itu, kami membutuhkan kerja sama internasional,” ujar Peh.
Mantan Ketua KPK Abraham Samad dalam artikel berjudul ”Jangan Menyerah Lawan Korupsi” yang terbit di buku Jangan Bunuh KPK karangan Denny Indrayana (2016) meyakini bahwa korupsi di Indonesia bisa diberantas. Salah satu keyakinannya bersumber dari keberhasilan ICAC dalam memberantas korupsi yang ada di Hong Kong.
Dalam sebuah diskusi pada 2012, Abraham bertemu dengan mantan komisioner ICAC bernama Bertrand de Speville. Bertrand mengungkapkan, Indonesia memiliki kemiripan dengan Hong Kong empat dekade silam.
Sebelum ICAC terbentuk, polisi Hong Kong memang menjadi salah satu yang paling korup di dunia. Betapa mudahnya polisi Hong Kong bekerja sama dengan organisasi kejahatan, seperti triad, tergambar jelas dalam film-film Hong Kong.
Beberapa kali sineas Hong Kong membuat film tentang kisah salah satu polisi paling korup dalam sejarah negeri itu, Lui Lok. Lok adalah mantan sersan detektif pada kepolisian Hong Kong. Dia menjadi terkenal karena perbuatan korupsinya selama tahun 1960-an hingga 1970-an. Lok menjadi polisi paling dicari oleh ICAC.
Karakter Lok diperankan dengan baik oleh megabintang Hong Kong, Andy Lau, dalam film berjudul Lee Rock. Film lain yang juga menggambarkan kerja sama Lok dengan triad dan bagaimana kolaborasi di antara mereka berjalan langgeng karena polisi Hong Kong begitu korup tergambar jelas dalam film Chasing The Dragon. Andy Lau masih berperan sebagai Lui Lok.
Keberadaan ICAC akhirnya bisa menumpas kerajaan polisi korup Hong Kong yang dipimpin Lui Lok. Sayangnya, Lui Lok berhasil kabur ke Kanada sebelum ditangkap ICAC.
”ICAC sendiri merupakan rujukan dalam membentuk KPK 2002 silam,” ujar Abraham.
Dukungan
Abraham menilai, salah satu faktor penentu yang berperan besar dalam keberhasilan ICAC adalah adanya dukungan politik dan anggaran dari pemerintah. Kepemimpinan yang ditopang dengan dedikasi serta loyalitas personel membuat ICAC mampu melewati berbagai rintangan yang ada.
”Terbebasnya Hong Kong dari korupsi berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Investor aktif menanamkan investasinya tanpa khawatir diperas oknum pemerintah dan penegak hukum,” ujar Abraham.
Sepertinya, pemberantasan korupsi sesuai juga dengan visi Presiden Jokowi untuk mendorong perekonomian dan mendatangkan investasi. Mari kita belajar memberantas korupsi dari Hong Kong.