Kilang Aramco Diserang Houthi
Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Aramco saat Arab Saudi menyiapkan penawaran saham perdana perusahaan tersebut.
DUBAI, SABTU —Serangkaian serangan dilancarkan pesawat- pesawat nirawak (drone) terhadap dua kilang minyak Aramco di Arab Saudi. Kelompok Houthi yang berbasis di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Menurut keterangan Kementerian Penerangan Arab Saudi, serangan pada Sabtu (14/9/2019) pagi itu terjadi di kilang minyak di Provinsi Abqaiq dan Khurais. Kilang Abqaiq merupakan pengolahan minyak mentah terbesar di dunia dan mampu menghasilkan 7 juta barel minyak setiap hari. Kilang ini sebelumnya beberapa kali menjadi sasaran serangan.
Serangan pada Sabtu tersebut terjadi ketika Arab Saudi sedang menyiapkan penawaran saham perdana (IPO) Aramco yang ditunggu dengan penuh antusias oleh dunia internasional. IPO Aramco merupakan bagian dari program reformasi yang digelar Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yang didukung penuh sang ayah, Raja Salman.
Otoritas Saudi hanya mengeluarkan informasi terbatas mengenai serangan tersebut. Tidak dijelaskan apakah ada korban. Total kerugian pun belum diketahui karena media tidak diizinkan mendekati lokasi kejadian.
Dalam sebuah video terlihat asap hitam tebal beserta kobaran api dengan latar belakang suara tembakan di kilang Abqaiq. Kantor berita Al Arabiya menyiarkan video yang memperlihatkan kobaran api besar di kawasan kilang tersebut.
Juru bicara militer Houthi, Yahia Sarie, dalam video pendek yang disiarkan kantor berita Houthi Al Masirah, mengatakan, kelompok itu telah melakukan serangan terkoordinasi dengan menggunakan 10 pesawat nirawak.
Sarie mengingatkan bahwa serangan akan semakin keras jika peperangan terus berlangsung. ”Satu-satunya pilihan bagi Pemerintah Saudi adalah menghentikan serangan terhadap kami,” katanya.
Bulan lalu, Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan di fasilitas gas alam Aramco di Shaybah, dekat perbatasan Uni Emirat Arab. Dalam serangan tersebut, tidak ada korban jiwa.
Pesawat-pesawat nirawak Houthi juga menyerang dua stasiun pompa minyak pada Mei lalu yang menyebabkan fasilitas ini ditutup selama beberapa hari.
Sejak 2015
Koalisi yang dipimpin Saudi berperang melawan milisi Houthi di Yaman sejak Maret 2015. Houthi kini menguasai ibu kota Yaman, Sana’a, dan beberapa wilayah lain di negara itu. Perang di Yaman memicu krisis kemanusiaan berupa kelaparan dan sekitar 90.000 orang meninggal, yang kebanyakan warga sipil.
Houthi menggunakan pesawat nirawak sebagai alat perang sejak beberapa tahun terakhir. Menurut telaah ahli persenjataan, pesawat nirawak yang dipakai Houthi identik dengan model nirawak Iran. Namun, sampai sekarang, Iran menolak tuduhan telah memasok persenjataan kepada Houthi.
Adapun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Barat, dan negara-negara Teluk meyakini hal sebaliknya. Para investigator dari PBB dalam laporan mereka menyebutkan, pesawat nirawak Houthi terbaru, yaitu UAV-X, yang ditemukan dalam perang di Yaman, memiliki jangkauan serangan sampai 1.500 kilometer sehingga dapat mencapai Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Houthi ditengarai meluncurkan pesawat-pesawat nirawak ke arah radar-radar Patriot milik Arab Saudi. Setelah radar dilumpuhkan, Houthi menembakkan rudal-rudal yang tak bisa lagi diantisipasi oleh Saudi. Kelompok ini melancarkan serangan, antara lain, dengan sasaran jaringan pipa Timur-Barat yang krusial untuk mengalirkan minyak mentah.
Ketegangan di Teluk meningkat sejak Mei lalu, antara lain, dipicu perseteruan antara Amerika Serikat dan Iran. Washington, Juni, membatalkan serangan ke Iran setelah pesawat nirawaknya ditembak jatuh oleh pasukan Garda Revolusi Iran di lokasi yang diklaim negara tersebut sebagai wilayah kedaulatannya, tetapi diklaim Washington sebagai wilayah internasional.
Baik AS maupun Arab Saudi juga menuduh Iran berada di belakang sejumlah serangan terhadap tanker-tanker di perairan Teluk. (AP/AFP/MYR)