Kusno Waluyo (45) memetik hasil kerja kerasnya merintis usaha telur herbal. Produk yang diberi merek ”Sekuntum Herbal” ini jadi solusi bagi konsumen yang alergi saat menyantap telur ayam.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Kusno Waluyo (45) kini memetik hasil kerja kerasnya merintis usaha telur herbal. Telur ini dihasilkan oleh ayam dengan pakan dan obat herbal. Produk usaha yang diberi merek ”Sekuntum Herbal” ini dinilai menjadi solusi bagi konsumen yang kerap alergi saat menyantap telur ayam.
Penikmat telur kini tak perlu khawatir bakal alergi saat memakan telur ayam. Produk telur herbal yang tidak mengandung antibiotik kimia ini bisa menjadi pilihan.
Usaha peternakan telur ayam ras itu sebenarnya dirintis orangtua Kusno tahun 1980. Di tangan Kusno, peternakan ayam itu semakin berkembang dengan inovasi produk telur herbal.
Di lahan seluas 14 hektar, Kusno memelihara sekitar 60.000 ayam petelur. Produksi telur herbalnya rata-rata mencapai 3 ton per hari. Dengan usaha itu, Kusno telah mempekerjakan 114 karyawan.
Ide awal beternak telur herbal ini muncul tahun 2005. Ketika itu, Kusno penasaran karena ada beberapa tetangganya yang tidak bisa mengonsumsi telur ayam ras. Setiap kali makan telur, tetangganya selalu mengalami gejala alergi berupa gatal-gatal di tangan dan kaki.
Kusno yang merupakan sarjana peternakan dari Universitas Gadjah Mada pun melakukan uji coba. Dia mengganti obat-obatan kimia dan antibiotik dengan jamu herbal untuk ayam-ayam peliharaannya.
Jamu untuk ayam dibuat dari tanaman di sekitar kandang ayam di Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, Provinsi Lampung. Tanaman alami diracik menjadi ramuan herbal, antara lain buah mengkudu, sereh merah, laos merah, kayu manis, daun salam, sambiloto, dan tanaman obat lainnya.
Tanaman yang digunakan merupakan tanaman obat tradisional yang biasa digunakan untuk membuat jamu yang biasa dikonsumsi manusia. Sebelum diberikan pada ayam, Kusno juga kerap mencoba sendiri jamu itu. Dia juga berkonsultasi pada ahli pengobatan herbal.
Setidaknya dibutuhkan waktu dua tahun untuk menghasilkan formula herbal yang cocok untuk ayam petelur. ”Awalnya, ramuan herbal yang diberikan justru menurunkan produktivitas ayam,” kata Kusno mengenang masa-masa sulit saat meramu formula herbal untuk ayam peliharaannya, Kamis (8/8/2019).
Namun, Kusno tak menyerah. Setelah berulang kali mencoba, dia menemukan formula herbal yang cocok untuk ayam peliharannya. Kini, ramuan herbal itu yang diberikan dengan cara dicampur pada pakan ayam. Setiap tiga hari sekali, ayam juga diberi minuman yang telah dicampur ramuan herbal.
Kusno juga bekerja sama dengan perusahaan pakan ayam untuk menyediakan konsentrat non-antibiotik. Ini dilakukan untuk menjaga agar ayam sama sekali tidak terpapar antibiotik. Ayam juga diberikan probiotik produk pabrikan untuk mendukung kesehatan usus ayam dan vaksin secara teratur.
Ternyata, telur herbal yang dihasilkan menyerupai ayam kampung. Warna kuning telur yang dihasilkan lebih pekat dan putih telurnya lebih jernih. Selain itu, cangkang telur juga tidak mudah pecah.
Setelah dicoba, telur ini juga aman dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat. Tidak adanya residu antibiotik membuat telur aman dikonsumsi, termasuk untuk konsumen yang kerap alergi saat menyantap telur.
Saat ini, telur herbal ini hanya didistribusikan di sejumlah kabupaten di Lampung. Harga jual telur herbal di tingkat konsumen Rp 25.000 per kemasan (isi 10 butir).
Kontrol kualitas
Dalam menjalankan usaha, Kusno mengutamakan kenyamanan bagi karyawan dan ayam peliharaannya. Dia menerapkan biosecurity tiga zona sesuai standar Food and Agriculture Organization (Organisasi Pangan dan Pertanian). Peternakan itu juga telah mendapatkan Srtifikat Nomor Kontrol Veteriner sebagai jaminan produk yang dihasilkan aman dan sehat.
Di zona merah, pengunjung yang akan masuk dalam area peternakan harus melewati ruang penyemprotan cairan disinfektan untuk membunuh bakteri yang mungkin menempel pada pakaian atau tubuh. Di zona kuning, pengunjung dalam melihat aktivitas pengemasan produk.
Pengunjung yang ingin masuk ke zona hijau atau kandang ternak harus kembali melewati ruang penyemprotan. Pembersihan dengan cairan disinfektan secara berulang ini dilakukan untuk mencegah paparan virus atau bakteri. Zona berlapis ini dilakukan demi menjaga kualitas telur herbal.
Untuk meyakinkan konsumennya, Kusno melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan dan komposisi telur. Dia meminta bantuan Guru Besar Peternakan dari UGM Sri Harimurti sebagai pengawas. Penelitian terkait senyawa protein yang terkandung dalam telur herbal dilakukan pada 2018. Setelah diteliti, telur itu ternyata mengandung protein baik dan senyawa antioksidan. Selain itu, telur herbal juga rendah kolesterol.
Kini, Kusno tidak sekadar ingin meneruskan dan mengembangkan usaha peternakan keluarganya. Lebih dari itu, dia mempunyai mimpi untuk selalu memproduksi bahan makanan yang sehat bagi masyarakat.
Dia berharap, telur herbal ini bisa menjadi alternatif telur sehat yang bisa dinikmati kalangan bawah, menengah, hingga kalangan atas. Sebab, Kusno yakin, kesehatan adalah hak semua kalangan.