Suku Bunga dalam Tren Menurun, Pasar Modal Tetap Lesu
Tren penurunan suku bunga belum mendorong minat investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Ketidakpastian global membuat investor masih sangat berhati-hati.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren penurunan suku bunga belum mendorong minat investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Ketidakpastian global membuat investor masih sangat berhati-hati.
Direktur Utama PT Bahana Sekuritas Feb Sumandar menuturkan, biasanya investasi di pasar modal akan marak saat suku bunga memasuki tren menurun. ”Investor tampaknya masih khawatir terhadap volatilitas yang ada, yang lebih banyak diakibatkan oleh faktor eksternal,’’ katanya di Jakarta, Sabtu (14/9/2019).
Masih gelapnya masa depan ekonomi global, lanjut Feb, membuat sejumlah emiten yang tadinya berencana menerbitkan saham ataupun surat utang juga memutuskan untuk menahan diri. Emiten khawatir apabila penerbitan instrumen portofolio mereka tidak mampu diserap pasar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), mulai dari awal tahun hingga awal September, terdapat 33 perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana (IPO).
Emiten terakhir yang melakukan IPO adalah PT Kencana Energi Lestari Tbk. Emiten berkode saham KEEN ini melepas 733 juta lembar saham seharga Rp 396 per lembar saham. Dari aksi ini, Kencana Energi Lestari menargetkan penghimpunan dana mencapai Rp 290 miliar.
Adapun penerbitan obligasi teranyar diterbitkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. Lembaga Eximbank tersebut menerbitkan obligasi berkelanjutan Indonesia Eximbank IV senilai Rp 1,01 triliun dan sukuk Mudharabah berkelanjutan Indonesia Eximbank I 2019 senilai Rp 150 miliar.
Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat hingga awal bulan ini mencapai 73 emisi dari 41 emiten dengan total nilai emisi mencapai Rp 86,1 triliun.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, per akhir September 2018 tercatat total emisi obligasi dan sukuk mencapai 63 emisi dari 41 perusahaan dengan total dana Rp 77,71 triliun.
”Pada periode yang sama, penghimpunan dana tahun ini hanya lebih tinggi Rp 8 triliun-Rp 9 triliun dari tahun lalu. Padahal, tahun lalu bank sentral tengah melakukan pengetatan moneter secara bertahap demi menjaga defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman,” tutur Feb.
Tahun ini Bank Indonesia (BI) mengambil langkah pelonggaran moneter dengan menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin (bps) dalam dua bulan terakhir. Suku bunga acuan BI 7-Day Reserve Repo Rate (7DRRR) yang saat ini berada di level 5,5 persen diharapkan dapat mendorong pertumbuhan konsumsi sehingga meningkatkan produk domestik bruto (PDB).
Instrumen alternatif
Di tengah lesunya penerbitan saham baru dan obligasi, Feb merekomendasikan instrumen alternatif di tengah kondisi saat ini untuk tetap meraih nilai pendanaan yang diinginkan, seperti penerbitan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) ataupun kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA).
”Dalam kondisi ini, sangat diperlukan adanya instrumen pembiayaan alternatif yang membangkitkan kepercayaan diri investor. Pada akhirnya diharapkan daya serap pasar meningkat meski kondisi pasar keuangan sedang diliputi volatilitas,’’ ujar Feb.
Adapun pekan lalu Bank Bukopin telah mencatatkan KIK EBA Bahana Bukopin Kumpulan Tagihan Kredit Pensiunan yang Dialihkan Kelas A1, dengan nilai emisi mencapai Rp 480,40 miliar dan tingkat bunga sebesar 9,25 persen.
Data perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan kedua September 2019 ini ditutup positif. Nilai kapitalisasi pasar modal selama satu minggu terakhir juga mengalami peningkatan menjadi Rp 7.269,245 triliun dari sebelumnya Rp 7.238,803 triliun.
Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono menyebutkan, nilai kapitalisasi pasar selama sepekan naik sebesar 0,42 persen menjadi Rp 7.269,245 triliun dari penutupan perdagangan minggu lalu.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami peningkatan sebesar 0,41 persen pada posisi 6.334,843 dari 6.308,950 pada penutupan perdagangan pekan sebelumnya.
Nilai kapitalisasi pasar selama sepekan naik sebesar 0,42 persen menjadi Rp 7.269,245 triliun dari penutupan perdagangan minggu lalu.
Seiring dengan peningkatan IHSG, rata-rata perdagangan harian BEI juga ditutup meningkat pada pekan ini. Peningkatan paling tinggi terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian sebesar 12,97 persen menjadi 602.460 kali transaksi dari 533.291 kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Peningkatan tersebut diikuti oleh rata-rata volume transaksi harian yang mencatatkan peningkatan sebesar 1,39 persen dari pekan sebelumnya 14,354 miliar unit saham menjadi 14,554 miliar unit saham sebelumnya.
”Sepanjang tahun 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 56,806 triliun,” ucapnya.