PB Djarum belum memastikan kelanjutan audisi umum beasiswa bulu tangkis untuk 2020 dan selanjutnya. Kesepakatan yang dicapai pada Kamis baru diterapkan untuk audisi 2019.
Oleh
Denty Piawai Nastitie/ADITYA PUTRA PERDANA
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kelanjutan audisi umum beasiswa bulu tangkis untuk menyeleksi bibit-bibit atlet yang akan ditempa di Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum masih samar. Audisi 2019 yang menyisakan penyelenggaraan di tiga kota tetap bergulir. Namun, untuk audisi 2020 dan selanjutnya, PB Djarum masih akan membahasnya secara internal.
”Ganti nama dari Audisi Umum Beasiswa PB Djarum 2019 menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis. Tanpa embel-embel. Ini, kan, tidak bisa hilang (sambil menunjuk kaus yang dia pakai, tulisannya PB Djarum). (Tahun ini) peserta tidak pakai, pelatih dan panitia tidak masalah (memakai). Kita enggak mau dihilangi semua. Tahun 2019 tetap dipakai panitia, wasit, hakim garis, semua pakai, kecuali anak-anaknya. Tahun depan belum tahu, format juga belum tahu. Kami harus konsolidasi dulu di antara tim internal,” tutur Pengurus PB Djarum Lius Pongoh, di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Mantan atlet bulu tangkis itu menyampaikan hal tersebut seusai pertemuan antara PB Djarum, Kementerian Pemuda dan Olahraga, PP PBSI, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), di kantor Kemenpora.
Pertemuan itu untuk mencari solusi terkait tudingan eksploitasi anak dalam audisi bulu tangkis karena ada logo, merek, dan brand image yang dinilai terkait produk rokok. Tudingan dari KPAI dan Yayasan Lentera Anak sejak 2018 itu berujung pada keputusan PB Djarum menghentikan audisi bulu tangkis mulai 2020.
Dalam pertemuan yang dipimpin Menpora Imam Nahrawi itu, PB Djarum sepakat mengubah nama Audisi Umum Beasiswa PB Djarum 2019 menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis, tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum. Sementara KPAI setuju untuk mencabut surat tanggal 29 Juli 2019 tentang permintaan pemberhentian audisi Djarum.
PB Djarum sepakat mengubah nama Audisi Umum Beasiswa PB Djarum 2019 menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis, tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum.
Selanjutnya, Kemenpora, KPAI, dan PBSI memberikan kesempatan kepada PB Djarum untuk konsolidasi internal membahas kelanjutan audisi pada 2020 dan seterusnya.
”Semoga, PB Djarum bisa melanjutkan audisi umum pada 2020,” ujar Menpora.
Imam Nahrawi menegaskan, audisi bulu tangkis masih dibutuhkan karena berkontribusi bagi proses pembibitan atlet bulu tangkis nasional. ”Ketersediaan atlet bulu tangkis muda sangat dibutuhkan. Apalagi, cabang bulu tangkis masih menjadi penyumbang utama perolehan medali pada kejuaraan internasional, termasuk Olimpiade,” ujarnya.
Belum memutuskan
PB Djarum belum memutuskan apakah tahun depan akan melanjutkan audisi atau mengubah format perekrutan atlet-atlet muda. ”Saya harus berbicara dulu dengan pemilik. Tetapi, tiga lokasi audisi masih akan terus berlanjut tahun ini, yaitu Solo, Surabaya, dan Kudus,” ujar Lius.
Ia menegaskan, pihaknya tetap menolak mengganti nama klub karena PB Djarum tidak sama dengan perusahaan rokok PT Djarum.
”Kami adalah Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum. Kami tidak mungkin mengubah nama karena ini adalah entitas yang menempel dengan kami sejak lama. Sampai kapan pun, nama itu ada dan tidak mungkin berubah jadi PB Angin Ribut,” ucap Lius dengan tegas.
Kami adalah Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum. Kami tidak mungkin mengubah nama karena ini adalah entitas yang menempel dengan kami sejak lama. Sampai kapan pun, nama itu ada dan tidak mungkin berubah jadi PB Angin Ribut.
Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin di Kudus, Jawa Tengah, juga belum memberikan kepastian penyelenggaraan audisi pada 2020 dan selanjutnya. Namun, pihaknya berharap audisi tersebut dapat terus berlanjut untuk pembinaan atlet-atlet bulu tangkis.
”Agar Indonesia tetap superior di bulu tangkis,” ujar Yoppy saat mendampingi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang mengunjungi GOR Djarum di Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Moeldoko mengatakan, kegiatan di PB Djarum searah dengan rencana pemerintah. Ia pun meminta audisi umum terus berlanjut. ”Setelah saya diskusi, ini bagian dari apa yang dilakukan pemerintah, yaitu membangun talenta nasional. Saya tak membela Djarum. Yang saya bela ialah keinginan anak-anak menjadi juara,” ujarnya.
”Saya biasa berbicara dengan KPAI dan nanti akan dibicarakan dengan baik. (Perlu) diluruskan definisi yang benar agar jangan ada pernyataan yang akhirnya membingungkan semua orang,” lanjut mantan Panglima TNI tersebut.
Ketua KPAI Susanto menuturkan, polemik yang berkembang belakangan ini bukanlah terjadi antara PB Djarum dan KPAI. ”Semoga publik menyadari bahwa ada atau tidak ada KPAI, peraturan pemerintah tetap mengikat. Harapan menumbuhkan bulu tangkis harus seiring dengan upaya perlindungan terhadap anak karena saat ini paparan anak terhadap zat adiktif semakin tinggi. Dengan ini, semoga perdebatan di warung-warung kopi dan di antara kelompok masyarakat bisa berakhir,” tuturnya.
Format audisi
Terkait dengan format audisi selama ini yang diselenggarakan di sejumlah kota, Lius Pongoh menjelaskan, audisi umum bulu tangkis mempunyai banyak kelebihan, seperti memudahkan anak-anak untuk menjadi peserta.
”Kalau kami meminta mereka, (misalnya) pemain dari Papua datang ke Kudus, akan memakan waktu dan biaya. Kami mendatangi mereka di daerah-daerah untuk memudahkan siapa pun ikut serta,” ujar Lius.
Selain itu, audisi juga membuat banyak anak-anak senang berlatih dan bermain bulu tangkis. Berbeda dengan perekrutan atlet melalui turnamen bulu tangkis. Dalam turnamen, biasanya anak-anak yang terlibat hanya mereka yang sudah punya permainan matang. Selain itu, peserta dalam turnamen bulu tangkis juga bermain mewakili klub masing-masing.
”Kalau ada yang bagus, tidak mungkin begitu saja kami comot. Mereka sudah bermain mewakili klub,” kata Lius.
Audisi juga membuat banyak anak-anak senang berlatih dan bermain bulu tangkis. Berbeda dengan perekrutan atlet melalui turnamen bulu tangkis.
Salah satu anggota tim pencari bakat PB Djarum, Hastomo Arbi, saat ditemui di Kudus, menuturkan, melalui audisi umum, pihaknya bisa menjemput bola ke sejumlah daerah. Potensi-potensi muda yang ada di sejumlah daerah pun bisa terpantau.
”Dengan audisi umum, anak-anak bisa mengikuti audisi di tempat terdekat dengan daerah asalnya. Kalau tak ada audisi umum, mereka yang punya uang bisa saja jauh-jauh datang ke Kudus, tetapi yang tak punya uang tidak bisa ikut. Padahal di sana ada potensi,” ucap Hastomo.
Adapun PB Djarum telah berdiri setengah abad dan telah melahirkan sejumlah atlet kelas dunia, seperti Liem Swie King, Christian Hadinata, Hariyanto Arbi, dan Liliyana Natsir. Sementara itu, penggemar bulu tangkis ”zaman now” lebih familiar dengan Kevin Sanjaya dan Mohammad Ahsan.
Sekretaris Jenderal PBSI Achmad Budiharto mengatakan, keterlibatan swasta sangat dibutuhkan karena kemampuan PBSI dan pemerintah dalam mengembangkan potensi atlet-atlet usia dini sangat terbatas.
”Saya berharap agar peristiwa ini dapat mengetuk hati pengusaha-pengusaha lain untuk berkontribusi mengembangkan bulu tangkis di tingkat dunia,” ujarnya.
Menurut Budiharto, audisi bulu tangkis berdampak positif membangun ekosistem bulu tangkis di daerah-daerah, perekrutan bibit pemain berkualitas, dan menunjang pemassalan bulu tangkis.
”Saya pribadi inginnya agar audisi bebas lagi seperti sebelumnya, jadi seru. Tapi, untuk mencapai kesepakatan itu sulit tarik-ulur, tidak gampang,” katanya.
Budiharto menyebutkan, dalam pertemuan di Kemenpora, KPAI masih mempunyai persepsi bahwa PB Djarum adalah produk rokok. Padahal, PB Djarum berada di bawah Djarum Foundation, mempunyai fokus pembinaan yang menunjang perekrutan dan pembinaan atlet bulu tangkis.
”Dengan ada kesepakatan ini, kami belum puas. Kami masih menunggu bagaimana reaksi PB Djarum selanjutnya, terutama untuk perekrutan atlet 2020. Kami ingin agar keputusan yang diambil bisa memberi efek positif untuk PBSI,” kata Budiharto.