Pertumbuhan Penetrasi Asuransi Jiwa Tak Diikuti Pemahaman Masyarakat
Penetrasi asuransi jiwa terhadap masyarakat Indonesia terus meningkat. Kendati demikian, peningkatan penetrasi itu belum sejalan dengan pengetahuan terkait produk asuransi secara menyeluruh.
Oleh
kelvin hianusa
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penetrasi asuransi jiwa terhadap masyarakat Indonesia terus meningkat. Kendati demikian, peningkatan penetrasi itu belum sejalan dengan pengetahuan terkait produk asuransi secara menyeluruh. Khususnya dalam menghentikan polis di tengah jalan.
Rilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, jumlah tertanggung asuransi pada triwulan II-2019 sebanyak 59,59 juta jiwa atau meningkat 11,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan itu disumbangkan oleh tertanggung perorangan dan kumpulan.
Tertanggung perorangan bertumbuh 3,2 persen menjadi 17,99 juta jiwa. Sementara itu, tertanggung kumpulan bertumbuh cukup signifikan sebesar 16,1 persen menjadi 41,6 juta jiwa.
Kepala Bidang Operasional dan Perlindungan Konsumen AAJI Freddy Thamrin mengatakan, kenaikan jumlah tertanggung menjadi sinyal positif. “Menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap asuransi jiwa semakin meningkat,” kata Freddy, Jumat (13/9/2019), kepada Kompas.
Hingga pertengahan 2019, penetrasi asuransi jiwa di Indonesia menyentuh 6,7 persen dari total jumlah penduduk. Jumlah itu naik tipis dari periode sama tahun sebelumnya 6,5 persen.
Kendati meningkat tipis, pengetahuan masyarakat terhadap produk asuransi masih rendah. Pemegang polis masih sering menyudahi jasa di tengah jalan.
Pengetahuan masyarakat terhadap produk asuransi masih rendah. Pemegang polis masih sering menyudahi jasa di tengah jalan.
Pada triwulan II-2019 pertumbuhan nilai tebus (surrender) tumbuh 3,7 persen menjadi Rp 36,07 triliun. Klaim ini memberikan porsi terbesar dalam pembayaran klaim dan manfaat, sebesar 54,8 persen.
Ketau Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI Wiroyo Karsono menilai, seharusnya polis tersebut tidak perlu dihentikan. Pemegang polis bisa menarik sebagian. Dengan itu, mereka masih bisa terus melanjutkan polisnya.
“Ini pekerjaan rumah asuransi, bahwa kesadaran belum cukup. Seharusnya tidak perlu surrender. Kalau butuh uang yang besar, cukup penarikan sebagian,” sebut Wiroyo.
Menurut Wiroyo, klaim nilai tebus melonjak karena banyak nasabah yang membutuhkan uang tunai dalam jumlah besar. Kebutuhan uang itu berkaitan dengan libur hari raya Idul Fitri dan tahun ajaran baru sekolah.
Luskito Hambali, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia mengatakan, Prudential dan mitra bancassurance saling berkomitmen terus meningkatkan penetrasi dan inklusi asuransi. Hal ini kami capai dengan memperkuat solusi perlindungan jiwa dan pengelolaan aset (health and wealth proposition).
“Salah satunya melalui proses identifikasi dan seleksi (underwriting) yang lebih cepat dan fasilitas pengajuan polis dengan batas pemeriksaan medis yang kompetitif. Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan manfaat kepada masyarakat dengan memberikan produk asuransi,” katanya.
Director & Chief Marketing Officer Manulife Indonesia menjelaskan, Manulife juga sedang berencana mempercepat kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia. Caranya dengan memproduksi program-program pendidikan dan hiburan (edutainment).
"Program-program itu disiarkan di televisi dengan tujuan memberikan literasi keuangan kepada lebih banyak lagi masyarakat untuk semakin sadar berasuransi,” pungkasnya.