Audisi umum adalah langkah awal menjaga prestasi bulu tangkis Indonesia. Polemik yang terjadi jangan sampai menghentikan pembibitan atlet muda.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses pembibitan dan pembinaan pemain bulu tangkis usia dini tidak boleh berhenti. Polemik yang saat ini berkembang, melibatkan Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, jangan sampai menghambat pembinaan atlet muda.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Indonesia Wiranto pada konfrensi pers turnamen bulu tangkis YUZU Indonesia Masters 2019 di Jakarta, Rabu (11/9/2019). Wiranto mengatakan, apabila proses pembibitan terhambat, dampaknya akan terasa.
”Masalah ini harus diselesaikan secepatnya. Sekarang memang belum terasa, tetapi kalau pembibitan atlet berhenti, prestasi Indonesia bisa terpuruk lima tahun lagi,” kata Wiranto.
Wiranto mengatakan, proses pencarian bakat melalui seleksi atau audisi di daerah merupakan langkah pertama mencetak juara dunia. Kalau audisi umum 13 tahun terakhir dinilai telah mengeksploitasi anak, perlu dicari jalan keluar agar hal itu tak terjadi, tetapi jangan menghentikan audisi.
”Saat ini masih panas karena publik sudah terlibat. Tetapi, dalam waktu dekat harus ada jalan keluar yang tidak boleh merugikan ajang pencarian bakat atlet. Kalau pencarian bakat ini berhenti, saya siap berhenti dari Ketua Umum PBSI,” kata Wiranto.
Menurut Wiranto, cabang olahraga bulu tangkis seharusnya mendapat dukungan besar karena sudah berjasa menyumbang prestasi untuk Indonesia. Masalahnya, saat ini belum ada proses seleksi yang tepat sehingga masih mengandalkan audisi umum untuk mencari bibit atlet.
Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiarto mengatakan, PBSI tidak memiliki kemampuan melatih pemain dari usia dini. ”Kecuali nanti pemerintah memberikan dana Rp 100 miliar per tahun, kita bisa menangani pemain usia dini. DPR sudah menyatakan tidak memiliki anggaran itu,” katanya.
Oleh karena itu, menurut Budiarto, penting untuk melibatkan swasta dalam proses penjaringan dan pembinaan atlet usia dini. ”Swasta yang mampu banyak, yang melebihi Djarum banyak, tetapi yang mau membina ada atau tidak? Syaratnya ada dua, mampu dan mau,” katanya.
Menurut dia, audisi bulu tangkis memberikan dampak pada ekosistem bulu tangkis, yaitu perekrutan dan menunjang pemasalan bulu tangkis. Budiarto menjelaskan, lima puluh persen pemain nasional Indonesia berasal dari PB Djarum. ”Saya mendukung audisi berjalan dengan format yang sudah ada agar suplai pemain terjaga. Selain itu, publikasi dan putaran ekosistem di daerah juga memberikan keuntungan,” katanya.
Maksimal
Pebulu tangkis ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mengatakan akan tampil maksimal dalam turnamen Indonesia Masters 2019. ”Kami tampil sebagai unggulan pertama, yang penting optimistis. Sebelum bertanding di Indonesia Masters, kami akan bermain di China dan Korea. Kami ingin fokus pada satu per satu pertandingan,” kata Fajar.
Fajar/Rian mempunyai ambisi untuk memenangi laga agar bisa mendekati pencapaian senior mereka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. ”Kami sudah ketinggalan poin (Olimpiade) dari Hendra/Ahsan. Selama ini kami bermain kurang konsisten. Jadi, kami ingin bermain maksimal agar bisa mengejar poin,” katanya.
Indonesia Masters 2019 akan digelar di GOR Ken Arok, Malang, Jawa Timur, 1-6 Oktober 2019. Ajang ini termasuk rangkaian turnamen BWF World Tour Super 100. Turnamen ini termasuk tiga turnamen elite yang tahun ini diselenggarakan di Indonesia setelah Daihatsu Indonesia Masters dan Blibli Indonesia Open.
Indonesia Masters 2019 diikuti 302 pemain dari 15 negara, antara lain China, Jepang, Thailand, dan India. Tim ”Merah Putih” menargetkan dapat mengulang pencapaian tahun lalu, yaitu meraih dua gelar. Pada Indonesia Masters 2019, gelar juara diraih tunggal putra Ihsan Maulana Mustofa dan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas. (DNA)