Ruang pamer seni dalam Asia Regional Youth Festival 2019, festival bagi perempuan muda di Asia Tenggara dan Asia Selatan, di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Kamis (12/9/2019) terlihat ramai.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·5 menit baca
Ruang pamer seni dalam Asia Regional Youth Festival 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Kamis (12/9/2019) terlihat ramai. Dua perempuan muda melangkahkan kaki mengunjungi meja-meja pameran peserta festival tersebut: Malaysia, Indonesia, Thailand, Myanmar, Filipina, Nepal, India, Pakistan, Bangladesh, dan Hong Kong.
Dua perempuan muda tersebut adalah Hannah Yeoh Tseow Suan (40), Wakil Menteri Perempuan Malaysia, dan Teo Nie Ching (38), Wakil Menteri Pendidikan Malaysia. Keduanya didampingi Direktur Eksekutif Asian-Pacific Resource and Research Centre for Woman (ARROW), penyelenggara festival bagi perempuan muda di Asia Tenggara dan Asia Selatan itu.
Di meja tersebut dipajang poster-poster tentang ”Teen Mom” yang bercerita mengenai kisah 15 ibu remaja yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. Kedua wakil menteri itu banyak bertanya dan mendengar bagaimana para ibu remaja itu mengatasi segala persoalan hidup yang membelit mereka di usia muda.
Dalam sambutannya, sebelum membuka resmi festival tersebut, Hannah Yeoh mengatakan, saat ini begitu banyak lembaga swadaya masyarakat yang berkampanye untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Kucuran dana yang bisa digunakan untuk menggarap isu-isu populasi juga sangat banyak.
”Mungkin dalam dua-tiga tahun ke depan kita belum mendapatkan hasilnya. Meskipun kita tidak langsung melihat hasilnya, janganlah kita berhenti melakukan kampanye SDGs ini. Kita juga perlu mengidentifikasi pihak-pihak yang bisa mendukung kampanye kita, misalnya kita perlu melobi anggota DPR dan kalangan bisnis agar membantu kita,” tutur Hannah Yeoh.
Menurut dia, orang muda dan aktivis yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan haruslah menjaga energi dan saling bekerja sama antarlembaga swadaya masyarakat.
”Kita harus bertindak dan berpikir kreatif. Ada banyak tantangan yang kita hadapi, karena itu kita harus inovatif untuk mencari solusi. Untuk isu kehamilan remaja, kita sampaikan pesan kepada orang muda lewat beragam kampanye,” ucap Hannah Yeoh.
Menurut dia, bersama lembaga swadaya masyarakat dan program CSR, kita bisa kreatif mencari tempat anak-anak muda berekreasi, seperti di sinema. ”Jadi sebelum pemutaran film, kita sampaikan pesan untuk menghindari kehamilan remaja,” lanjutnya.
Ada banyak cara untuk mencapai target kampanye, misalnya dengan menempel poster-poster di toilet publik. ”Jika kita kreatif berkampanye saat ini, 20 tahun lagi kita akan memperoleh hasil,” kata Hannah Yeoh.
Adapun Teo Nie Ching mengharapkan agar lembaga swadaya masyarakat bersama pemerintah memastikan anak-anak muda di kawasan ini mendapatkan informasi dan pendidikan yang memadai, khususnya informasi kesehatan seksual dan reproduksi.
”Kita harus mencapai 17 tujuan SDGs. Kita rencanakan, monitor dan implementasikan SDGs ini. Kita harus mendidik anak-anak sejak kecil agar mereka memperoleh pengetahuan dan skill kepemimpinan karena mereka nantinya menjadi masa depan bangsa. Kerja sama anak muda regional yang digalang oleh ARROW seperti ini sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama kita,” tutur Teo Nie Ching.
Saling memahami
Pada hari ketiga pelaksanaan festival ini, Kamis pagi, puluhan peserta dari 10 negara dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, dengan satu kelompok berisi 9 peserta festival. Jika sebelumnya mereka mengenal nama dan asal negara masing-masing, pada kesempatan ini mereka lebih mengenal teman sekelompok tak hanya nama dan asal negara, tetapi juga etnik mereka, bahasa yang mereka gunakan, lokasi tempat tinggal, kualifikasi atau pendidikan mereka, usia, juga apa yang mereka sukai.
Dengan demikian, para peserta bisa makin kenal satu sama lain. Upaya untuk memahami diri dan rekan lain terus berlanjut. Sebanyak 10 peserta dari sejumlah negara diminta maju ke depan dan berdiri berjajar di garis yang sama. Panitia pun membacakan pernyataan satu demi satu yang diikuti dengan tindakan maju selangkah.
Pernyataan-pernyataan tersebut antara lain: jika Anda tidak khawatir saat apply visa, silakan maju selangkah. Jika Anda tinggal di area konflik, silakan maju selangkah. Jika Anda tidak pernah khawatir soal air bersih, listrik, dan internet, silakan maju selangkah. Jika Anda tidak pernah mendapat pelecehan ras, silakan maju selangkah. Ternyata setelah beberapa pernyataan dilontarkan, 10 peserta itu berdiri di titik yang berbeda. Ada yang tertinggal di belakang.
Peserta melakukan introspeksi bahwa kita sebagai manusia dilahirkan dalam kondisi yang sama sebagai manusia, mengawali di titik atau garis yang sama. Namun, dalam perjalanan hidup, semua orang merasakan pengalaman yang berbeda. Semua manusia memiliki tantangan hidup masing-masing. Karena itu, manusia perlu memahami satu sama lain dan saling membantu agar tercipta dunia yang harmoni.
Sementara itu, ada pertunjukan seni seperti pembacaan puisi oleh Ari Setiawan dari Youth Interfaith Forum on Sexuality (YIFoS) Indonesia. Dia menunjukkan budaya penari ngremo dalam pentasan ludruk di Jawa Timur.
Peserta dari Bangladesh, Najia Muray Jarin, membawakan puisi tentang gadis remaja 14 tahun yang tak mengenal siapa dirinya karena dia dinikahkan di usia remaja tanpa pernah mengenal lebih dahulu calon suaminya. Gadis remaja yang tak siap jadi ibu.
Sore hari para peserta diajak untuk melihat pemutaran film. Laila Kapoor, gadis India yang mengalami disabilitas lumpuh kaki, tetapi punya talenta sebagai penulis lirik lagu. Dia memperoleh beasiswa di Universitas New York, Amerika Serikat (AS). Bersama ibunya, Laila berangkat ke AS. Di sana, Laila mendapatkan seorang teman, gadis berdarah campuran Pakistan-Bangladesh bernama Khanum yang tunanetra, tetapi sangat mandiri dan percaya diri. Dari Khanum, Laila belajar untuk lebih mandiri.
Bhakti, peserta dari India, menyatakan keikutsertaannya di festival orang muda Asia ini sangat penting bagi tugasnya yang mendampingi perempuan-perempuan muda India agar bisa mandiri dan tak menggantungkan hidup hanya kepada suami. ”Banyak ide yang saya dapatkan, yang bisa saya terapkan sepulang dari acara ini,” kata Bhakti.
Selain berbagi pengalaman dan informasi, peserta pun pada Jumat (13/9/2019) juga akan mendapatkan pelatihan kepemimpinan. Setidaknya apa yang mereka dapatkan dari festival ini bisa menjadi bekal untuk gerak dan aksi mereka di masa depan.