Pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pascagempa yang melanda kawasan itu tahun lalu mulai pulih. Tempat wisata unggulan seperti Senggigi di Lombok Barat, kawasan Tiga Gili, dan pendakian Rinjani kembali ramai.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sektor pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pascagempa yang melanda kawasan itu tahun lalu mulai pulih. Hal ini terlihat dari kembali ramainya tempat wisata unggulan seperti Senggigi di Lombok Barat, kawasan Tiga Gili di Lombok Utara, serta pendakian Gunung Rinjani dari empat pintu gerbang.
Berdasarkan pantauan Kompas, di kawasan Tiga Gili, ramainya wisatawan tidak hanya terlihat dari penyeberangan menggunakan kapal umum (public boat) dari Pelabuhan Bangsal, tetapi juga kapal wisatawan dari Bali. Kapal dari Bangsal didominasi wisatawan domestik, sedangkan dari Bali oleh wisatawan asing.
Pendakian Rinjani yang dibuka sejak Juni 2019 juga demikian. Setelah ditutup hampir setahun pascagempa bumi 2018, para pendaki, baik dalam maupun luar negeri, mulai berdatangan.
Dari data Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, hingga 10 September 2019 sudah ada 9.430 orang yang mendaki Rinjani. Dari jumlah tersebut, 7.470 orang merupakan wisatawan mancanegara dan 1.960 wisatawan domestik. Sebagian besar naik dari pintu pendakian Senaru, Lombok Utara, sisanya dari Sembalun dan Timbanuh (Lombok Timur) serta Aik Berik, Lombok Tengah.
Munawir Gazali (29), pemilik Tukang Holiday, jasa perjalanan wisata yang melayani wilayah Nusa Tenggara (Lombok, Flores, Sumba), Rabu (11/9/2019), mengatakan, tamu yang menggunakan jasanya sudah mencapai 90 persen.
”Kalau September tahun lalu paling banyak 30 persen. Itu karena baru sebagian obyek yang dibuka, antara lain Tiga Gili, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, dan gili di Lombok bagian selatan,” kata Munawir.
Ia menambahkan, jumlah wisatawan meningkat dibandingkan dengan tahun lalu karena selain obyek wisata sudah dibuka kembali, kendaraan juga beroperasi, baik darat maupun laut. ”Oktober tahun lalu, kondisi belum normal. Kalau Oktober tahun ini, paket perjalanan saya sudah penuh,” ujar Munawir.
Sementara itu, menurut Ifan Abdillah dari #Wonderfullombok—jasa perjalanan wisata yang salah satunya menyediakan paket wisata menyelam—sektor pariwisata Lombok memang belum pulih sepenuhnya. ”Tetapi sudah semakin membaik. Saat ini, tamu saya didominasi wisatawan mancanegara, berkisar 65-70 persen. Kalau September tahun lalu sepi. Apalagi masih ada gempa-gempa susulan,” tuturnya.
Menurut Ifan, pada masa puncak (high season) seperti saat ini, wisatawan yang dominan ke Lombok memang wisatawan mancanegara, sedangkan domestik belum banyak. Jumlah wisatawan domestik baru sekitar 45 persen.
”Sejauh ini, wisatawan domestik belum banyak karena persoalan harga tiket dan bagasi,” ucap Ifan yang mengatakan pada bulan Oktober sudah mendapat beberapa tamu.
Baik Munawir maupun Ifan optimistis kondisi akan membaik. Oleh karena itu, mereka juga mengimbau masyarakat atau wisatawan agar tidak takut berkunjung ke Lombok. ”Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lombok sudah aman,” kata Munawir.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lombok sudah aman.
Menurut Ifan, pihaknya juga terus membangun komunikasi dengan tamu atau jaringan di sejumlah negara, terutama tamu-tamu yang pernah menggunakan jasa mereka. Komunikasi menggunakan surat elektronik atau media sosial itu termasuk menginformasikan kondisi Lombok yang sudah kembali pulih.
Pemulihan sektor pariwisata yang menjadi salah satu andalan NTB memang terus dilakukan, idak hanya oleh pelaku pariwisata seperti usaha perjalanan, tetapi juga pegiat, masyarakat, dan juga pemerintah.
Akhir Agustus lalu, misalnya, komunitas Bandini Jazz World Music menggelar Mataram Jazz 2019 yang menghadirkan musisi nasional dan NTB. Acara tersebut mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat yang datang ke lokasi acara sejak pagi hingga malam.
Pendiri Bandini Jazz World Music, Imam Sofian, mengatakan, acara tersebut selain untuk memasyarakatkan musik jazz juga menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Lombok sudah aman dan siap menyambut kembali wisatawan.
”Dengan semangat itu, kami ingin agar sektor pariwisata yang sempat lesu bisa bergairah kembali dengan hadirnya acara ini,” kata Imam.
Simposium Keenam Jaringan Taman Bumi Asia Pasifik yang berlangsung di Lombok pada 31 Agustus-7 September 2019, selain untuk memperkenalkan Gunung Rinjani yang telah ditetapkan menjadi taman bumi global oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), juga untuk mempromosikan NTB yang sudah kembali pulih.
”Ini momen untuk menunjukkan NTB itu kuat. Tahun lalu, kami dilanda gempa lebih dari dua ribu kali. Namun, masyarakat NTB mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bisa bangkit,” kata Gubernur NTB Zulkieflimansyah.