Kondisi pasar modal yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu menjadi penyelamat di tengah perlambatan pertumbuhan premi bisnis baru.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil investasi masih menjadi penopang pendapatan industri asuransi jiwa pada triwulan II-2019. Kondisi pasar modal yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu menjadi penyelamat di tengah perlambatan pertumbuhan premi bisnis baru.
Rilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Selasa (11/9/2019), di Jakarta, menyebutkan, hasil investasi pada triwulan II-2019 sebesar Rp 22,84 triliun. Jumlah itu naik 373,4 persen dari kondisi minus Rp 8,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hasil investasi yang positif itu berhasil memacu pertumbuhan total pendapatan industri asuransi jiwa yang mencapai Rp 118,32 triliun atau naik 31,9 persen secara tahunan. Tren pertumbuhan ini terus terjadi sejak awal 2019.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, pertumbuhan kinerja hasil investasi dipengaruhi oleh kondisi pasar modal yang menguat, khususnya penguatan Indeks Harga Saham Gabungan pada awal 2019.
”Kondisi market jauh lebih positif dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, meski premi terlihat menurun, premi lanjutan bertumbuh. Premi lanjutan bagian investasinya lebih banyak. Karena itu, peningkatannya signifikan,” kata Budi dalam acara rilis tersebut.
AAJI juga melihat adanya pergeseran portofolio investasi dari reksa dana dan deposito menjadi saham dan surat berharga negara (SBN). Meski begitu, reksa dana masih menjadi kontributor tertinggi dalam investasi, yakni 34,2 persen.
Menurut Budi, pergeseran portofolio investasi menyesuaikan fokus dari produk yang dijual. Terlihat ada pergeseran dari produk unit link menjadi tradisional. Hal itu membuat pilihan investasi diputuskan oleh perusahaan.
”Karena perubahan portofolio produk sehingga investasi berubah. Porsi SBN meningkat, ada peralihan dari deposito dan giro. Mungkin perusahaan melihat yield bagus atau memang waktu terbaik untuk membeli. Itu keputusan masing-masing anggota AAJI,” ujarnya.
Ketua Bidang Marketing & Komunikasi AAJI Wiroyo Karsono mengatakan, investasi positif tahun ini disebabkan oleh penurunan tahun lalu. Banyak perusahaan mengambil keputusan menambah investasi saat pasar modal sedang bergejolak.
”Pada saat turun industri asuransi justru membeli lagi dan menambah investasi. Hasilnya, ada peningkatan signifikan saat pasar modal kembali positif tahun ini,” ucap Wiroyo.
Sebelumnya, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia Ni Made Daryanti mengatakan, investasi akan semakin baik pada semester II-2019. Peluang mencetak kinerja yang lebih baik cukup terbuka meski tetap harus mempertimbangkan isu global dan kondisi ekonomi Indonesia.
Premi lesu
Hasil investasi berhasil menutupi lesunya pendapatan premi industri. Adapun pendapatan premi menurun 3,6 persen secara tahunan menjadi Rp 90,25 triliun.
Total pendapatan premi disumbang dua faktor, yakni premi bisnis baru dan premi lanjutan. Premi bisnis baru mengalami perlambatan 8,8 persen, sedangkan premi lanjutan bertumbuh 5,8 persen.
Budi menjelaskan, pendapatan premi terpengaruh oleh melambatnya kinerja saluran distribusi bancassurance sebesar 16,8 persen dan saluran keagenan sebesar 8,6 persen. Kedua saluran itu berkontribusi 78,3 persen terhadap total premi.
”Kami melihat ada pergeseran dari single premium menjadi regular premium. Jadi, memang turun, tetapi kalau single premium, kan, sekali bayar di depan, kalau regular premium setiap bulan walaupun sedikit-sedikit. Secara jangka panjang lebih bagus, tetapi memang nilainya jadi terlihat menurun,” jelas Budi.
Di sisi lain, jumlah agen pemasaran berlisensi industri asuransi jiwa melambat 0,9 persen atau berkurang dari 603.605 orang menjadi 598.029 orang. AAJI melihat penurunan ini terjadi karena perusahaan menekan jumlah tenaga pemasar dengan lebih mengutamakan kualitas agen.
”Tenaga pemasar berlisensi turun. Tentunya ini menimbulkan pertanyaan. Kami lihat banyak asuransi melakukan terminasi karena mereka sedang fokus meningkatkan kualitas agen. Jadi, secara kuantitas menurun, tetapi secara kualitas meningkat,” sebut Kepala Bidang Operasional dan Perlindungan Konsumen AAJI Freddy Thamrin.