Mario Ginanjar Anti Menawar jika Membeli Karya Seni

DIANA VALENCIA UNTUK KOMPAS

Mario Ginanjar

Jika kegiatan jual beli identik dengan proses tawar-menawar, hal ini tak berlaku dalam kamus hidup penyanyi Mario Ginanjar. Ia mengaku sangat anti menawar harga barang, terutama yang berhubungan dengan karya seni. Sebagai sesama pekerja seni, Mario lebih mampu berempati soal apresiasi jerih payah di balik penciptaan sebuah karya.

”Misalnya batik tulis atau kain lurik, itu kalau kita sudah tahu cara membuatnya, pasti kita tak akan tega menawar. Prosesnya memakan waktu dan pastinya tenaga, ya. Sama seperti membuat musik,” tutur Mario saat ditemui dalam acara jumpa media Batik Music Festival di Jakarta, pekan lalu.

Sang vokalis band Kahitna tersebut memang sering membeli dan mengoleksi kain batik dan kain adat dari sejumlah daerah di Indonesia. Usaha ini merupakan salah satu caranya memberdayakan budaya Indonesia di tanah sendiri. Ia bahkan memiliki satu tempat istimewa untuk menyimpan koleksi kain-kainnya.

”Kebetulan di rumah saya ada satu lemari khusus untuk menyimpan kain-kain itu. Ya, jangan sampailah budaya kita diklaim negara lain terlebih dahulu baru kita peduli,” ucapnya.

Mario merasa masyarakat Indonesia memang sudah mencintai batik, tetapi mencintai saja tak cukup. Batik harus dilekatkan dengan kehidupan masyarakat agar tetap hidup. Pengolahan batik menjadi pakaian yang nyaman dan sesuai dengan tren masa kini, menurut dia, mampu mendorong batik sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (***)