Orangtua Sayangkan Penghentian Audisi Umum Djarum 2020
Sejumlah orangtua yang mengantar anak-anaknya mengikuti Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 di GOR Satria, Purwokerto, menyayangkan rencana penghentian audisi tersebut pada 2020.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sejumlah orangtua yang mengantar anak-anaknya mengikuti Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 di GOR Satria, Purwokerto, menyayangkan rencana penghentian audisi tersebut pada 2020. Audisi bulu tangkis dari PB Djarum dinilai penting mewadahi bakat anak-anak serta demi regenerasi atlet muda Indonesia.
”Sayang banget kalau audisi ini dihentikan. Ini buat mencari bibit-bibit pebulu tangkis dan buat semangat serta motivasi anak-anak,” kata Oryza Sativa (45), ibunda dari Yusuf (6) yang mengikuti audisi di GOR Satria, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (8/9/2019).
Oryza berasal dari Cilacap dan berangkat ke Purwokerto pukul 05.00 demi mengantar putra ketiganya yang sejak kecil sudah mengidolakan Anthony Ginting. Yusuf selalu suka melihat pertandingan bulu tangkis di televisi dan sudah bergabung dengan Klub Kopama Cilacap sejak Januari lalu.
”Kalau bisa audisi jangan dihentikan kecuali pemerintah ada wadahnya. Sayang sekali potensi anak-anak ini. Audisi ini jadi ajang untuk melatih mental. Kalau audisi tidak ada, nanti Indonesia tambah kalah dengan negara-negara lain,” tutur Oryza.
Hal senada disampaikan Kiryanto (36) yang mengantarkan kedua anaknya dari Kaligua, Pandansari, Paguyangan, Bumiayu, Brebes. ”Saya kurang setuju kalau audisi ini dihentikan. Kalau dihentikan harus ada ajang-ajang lainnya yang bisa menjaring bakat, itu tidak masalah,” tutur ayah dari Muhammad Refy (10) dan Zahira (8).
Kiryanto berangkat pukul 06.00 dari Kaligua menggunakan sepeda motor. Mereka bersemangat mengikuti audisi ini setelah tahun lalu ikut dan belum lolos audisi. ”Kalah tidak masalah, yang penting ada interaksi dengan pihak luar, cari pengalaman,” katanya.
Refy dan Zahira telah bergabung dengan Klub PB Buniwang Bumiayu sejak 2 tahun lalu. Menurut Kiryanto, dirinya sebagai orangtua tetap mendukung apa yang jadi pilihan anak. ”Dengan ikut audisi ini, anak-anak bisa mendapat teman baru dan kebersamaan terjalin. Audisi ini membuat anak berlatih dengan semangat karena ada tujuannya,” katanya.
Kiryanto mengatakan, meskipun diselenggarakan PB Djarum, tetapi audisi ini tidak berkaitan dengan rokok. ”Kan, anak-anak tidak ditawari rokok. Yang menonjol adalah olahraga, kesan rokok tersingkirkan,” ujarnya.
Seperti diberitakan Kompas.id, Sabtu (7/9), Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin menyampaikan, audisi tahun 2019 ini tetap digelar meski sebelumnya terjadi polemik dari sejumlah pihak lantaran dugaan potensi iklan produk tembakau serta eksploitasi anak saat audisi.
Kalau bisa audisi jangan dihentikan kecuali pemerintah ada wadahnya. Sayang sekali potensi anak-anak ini. Audisi ini jadi ajang untuk melatih mental.
Untuk mengatasinya, pada saat audisi, peserta tidak lagi mengenakan kaus bertuliskan ”Djarum Badminton Club” serta menghilangkan kata ”Djarum” pada judul audisi menjadi ”Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019”. Atas polemik tersebut, lanjut Yoppy, pihaknya akan menghentikan sementara audisi umum pada 2020 sampai batas waktu tidak ditentukan.
Audisi kali ini difokuskan pada dua kelompok usia, U-11 (di bawah usia 11 tahun) dan U-13 (di bawah usia 13 tahun), baik putra maupun putri. Total ada 904 peserta yang mengikuti audisi di GOR Satria Purwokerto. ”Ini rekor karena jumlahnya terbanyak sepanjang sejarah audisi. Tahun lalu, jumlah paling banyak ada 882 peserta saat audisi di Cirebon,” kata Yoppy.
Selain orangtua, sejumlah pihak juga menyayangkan penghentian audisi ini. Ketua PBSI Pengurus Kabupaten Banyumas Eko Prijanto mengatakan, audisi ini tidak ada gantinya. ”Harapan kita di PBSI ke depan yaitu cerita-cerita audisi ini harus ada sebetulnya karena betul-betul dirasakan bagi pembinaan atlet di Banyumas khususnya. Inilah ajang untuk mencari bibit-bibit pemain bulu tangkis,” papar Eko.