Kebakaran Gambut Membentang Radius 15 Kilometer di Jambi
Kebakaran gambut hingga Minggu (8/9/2019) terus merambat di sejumlah areal restorasi vegetasi serta konsesi yang dikelola korporasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS - Kebakaran gambut hingga Minggu (8/9/2019) terus merambat di sejumlah areal restorasi vegetasi serta konsesi yang dikelola korporasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Bara api pada bentangan luas itu sulit dikendalikan karena telah terjadi di hamparan gambut dalam yang kering.
Citra Landsat 8 menunjukkan kebakaran itu membentang luas dalam radius hampir 15 kilometer hamparan kebun dan hutan, mulai dari wilayah Kabupaten Muaro Jambi hingga Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
https://youtu.be/FEpmDReBmm0
Sejak akhir pekan lalu, sebaran titik-titik api kedua wilayah itu bertemu. Kondisi itu mengakibatkan api kian sulit dikendalikan.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Bestari, mengatakan tim gabungan masih terus berupaya memadamkan api. Upaya sejauh ini masih terkendala oleh kondisi cuaca kering dan angin. “Tim masih berjuang di lapangan menahan api jangan sampai tambah meluas,” katanya.
Terkait kebakaran yang turut melahap areal restorasi gambut di wilayah Londerang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Bestari mengaku belum mendapatkan laporan. Pihaknya akan menelusurinya setelah kebakaran di wilayah itu berhasil dipadamkan. “Kalau kondisi sudah terkendali, kami segera evaluasi sebab kebakarannya,” jelasnya.
Tim masih berjuang di lapangan menahan api jangan sampai tambah meluas, kata Bestari
Pantauan Kompas, sekat-sekat kanal yang ikut terbakar itu dibangun pada 2017. Areal restorasi vegetasi dan sekat kanal yang terbakar antara lain berlokasi di Desa Kota Kandis Dendang. Sekat kanal dibangun pada 2017 oleh WWF.
Di sana, api tak hanya menghanguskan hamparan revegetasi dan sekat kanal, tetapi juga lokasi alat pemantau kebakaran (EWS).
Adapun, sekat kanal terbakar yang dibangun BRG terletak di Desa Rawasari. Api menghanguskan 2 dari 8 sekat kanal yang dibangun kelompok masyarakat setempat saat menyambut kedatangan Presiden Jokowi tahun 2017 lalu.
Kepala Sub Kelompok Kerja BRG Jambi, Zulfikar Ali, memperkirakan kebakaran itu akibat rambatan dari wilayah lain. Sewaktu api merambat tidak langsung dipadamkan, akibatnya jadi meluas dan sulit dikendalikan. Sejauh ini, upaya pemadaman masih diupayakan masyarakat pada areal sekitar sekat kanal.
Menurutnya, keberadaan sekat efektif menahan air keluar dari kanal. Namun, evaporasi tak terbendung akibat kemarau panjang. Tinggi muka air kanal akhirnya menyusut.
Menurut Kepala Desa Kota Kandis Dendang, Imam Barokah, hujan tidak turut selama berbulan-bulan di wilayah itu. “Sudah lebih dari 2 bulan. Bisa dibayangkan seperti apa dampak kekeringannya,” jelasnya.