Pencapaian India di ruang angkasa akan menjadi simbol negara tersebut sebagai salah satu kekuatan dunia. India juga berupaya untuk mengamankan posisinya di pasar satelit komersial.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
BANGALORE, SABTU — Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) kehilangan kontak dengan wahana pendarat dalam misi ruang angkasa Chandrayaan-2 pada Sabtu (7/9/2019). Insiden ini menjadi kemunduran bagi rencana India untuk menjadi negara pertama yang menyelidiki kutub selatan di Bulan.
Ketua ISRO Kailasavadivoo Sivan mengatakan, waktu 15 menit sebelum pendaratan merupakan momen kritis. Hal ini karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti kompleksitas dari medan, debu, dan gravitasi Bulan.
”Komunikasi dari wahana pendarat ke pusat kontrol saat ini hilang. Data sedang dianalisis,” kata Sivan di kantor ISRO, Bangalore, India.
Wahana pengorbit Chandrayaan-2 atau Kendaraan Bulan 2 berangkat dari pusat ruang angkasa Satish Dhawan di Sriharikota, Andhra Pradesh, India, pada 22 Juli 2019 pukul 14.43 waktu setempat. Selama beberapa pekan, wahana ini bergerak menuju Bulan dan memasuki orbit Bulan pada 20 Agustus 2019.
Pada 2 September 2019, wahana pendarat bernama Vikram berpisah dari wahana pengorbit. Vikram kemudian dicatat melakukan rangkaian manuver pengereman untuk turun dan mendarat. Waktu pendaratan ditargetkan pada pukul 01.55 waktu setempat.
Sivan melanjutkan, Vikram beroperasi secara normal hingga pada ketinggian 2,1 kilometer dari atas permukaan Bulan. Namun, komunikasi dari pendarat ke stasiun di Bumi kemudian terputus pada penurunan tahap kedua.
Siaran langsung dari kantor ISRO menunjukkan wajah para ilmuwan berubah tegang ketika Vikram berhenti mengirim data. Nasib Vikram belum diketahui, apakah menabrak atau telah mendarat di Bulan.
Adapun kondisi pesawat Chandrayaan-2 saat ini dilaporkan berfungsi normal sehingga akan melanjutkan tugas untuk mengelilingi Bulan selama satu tahun.
Amerika Serikat, Rusia, dan China menjadi negara yang pernah mendarat di Bulan. Aksi yang terbaru adalah China mendaratkan Chang’e-4 pada 3 Januari 2019. Adapun Israel gagal mendaratkan Beresheet pada April 2019.
Diyakini mengandung air
Kali ini, India menjadi negara berikutnya yang mencoba mendarat di Bulan, tepatnya kutub selatan, menggunakan Chandrayaan-2. Total dana yang dikucurkan sebesar 140 juta dollar AS (Rp 1,97 triliun).
Kutub selatan diyakini mengandung air karena sebagian besar kawah di wilayah tersebut tidak terpengaruh oleh suhu Matahari yang tinggi. ISRO mendeteksi keberadaan es di kutub selatan Bulan menggunakan wahana pengorbit Bulan Chandrayaan-1 pada 2008.
Jika Vikram berhasil mendarat, ISRO akan meluncurkan sebuah kendaraan pengelana bernama Pragyan atau Kebijaksanaan untuk mencari es tersebut.
”Konfirmasi keberadaan air di Bulan sangat penting untuk menentukan apakah manusia suatu waktu dapat menghabiskan waktu yang lama di Bulan,” kata Mathieu Weiss, perwakilan badan antariksa Perancis (CNES) untuk India.
Hal ini berarti Bulan dapat menjadi pemberhentian dalam perjalanan menuju Mars. Perjalanan menuju Mars belakangan merupakan tujuan pemerintah sejumlah negara dan pihak swasta.
Tetap optimistis
Perdana Menteri India Narendra Modi turut hadir di kantor ISRO untuk meninjau perkembangan Chandrayaan-2. Meskipun belum ada berita resmi, Modi menyatakan, wahana pendarat kemungkinan telah melakukan perjalanan dengan kecepatan yang lebih tinggi sehingga gagal mendarat.
”Ada naik dan turun dalam kehidupan. Apa yang Anda semua capai bukan pencapaian kecil. Dengan bangga saya dapat mengatakan bahwa upaya ini sepadan dan begitu pula prosesnya,” kata Modi kepada para ilmuwan.
Dalam siaran televisi, tampak Modi menghibur Sivan yang terlihat sangat kecewa. Keduanya berpelukan sebelum Modi meninggalkan kantor ISRO.
Modi pernah menyatakan, pencapaian India di ruang angkasa akan menjadi simbol negara tersebut sebagai salah satu kekuatan dunia. India juga berupaya untuk mengamankan posisinya di pasar satelit komersial. (REUTERS/AP/AFP)