Kabut asap dari kebakaran lahan gambut telah mengancam keselamatan penerbangan di Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Upaya pemadaman belum efektif.
PONTIANAK, KOMPAS Kabut asap pekat di Pontianak, Kalimantan Barat, sudah mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Supadio, Jumat (6/9/2019) pagi. Pendaratan pesawat terpaksa dialihkan ke bandara lain karena jarak pandang di Bandara Supadio terhalang kabut asap dari kebakaran lahan gambut.
Pelaksana Tugas Manajer Operasi dan Layanan Angkasa Pura II Bandara Supadio Andry Felanie mengatakan, jarak pandang di landasan pacu kemarin pagi berkisar 500-700 meter. Kondisi itu membahayakan keselamatan penerbangan karena jarak pandang ideal untuk pendaratan minimal 800 meter.
Akibatnya, pesawat Garuda Indonesia GA 500 dari Jakarta yang dijadwalkan mendarat di Pontianak pukul 06.44 dialihkan ke Batam, Kepulauan Riau. Sementara pesawat Nam Air IN 239 dari Yogyakarta yang dijadwalkan mendarat pukul 07.08 dialihkan ke Palembang, Sumatera Selatan.
Jarak pandang berangsur normal sekitar pukul 08.00. Dua pesawat tersebut akhirnya dapat mendarat di Bandara Supadio. Maskapai penerbangan pun rugi karena mengeluarkan ekstra bahan bakar, sedangkan penumpang dirugikan dari sisi waktu.
Selain mengganggu penerbangan, kabut asap juga membuat kualitas udara di Pontianak tergolong tidak sehat pukul 09.00-11.00. Data Indeks Standar Pencemaran Udara dengan konsentrasi partikulat PM10 pada laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan 203,32 mikrogram per meter kubik. Padahal, batas konsentrasi polusi udara yang masih ditoleransi maksimal 150 mikrogram per meter kubik.
Ternyata, kemarin di Kalbar berdasarkan citra satelit, ada 3.116 titik panas. Titik panas terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang dengan 1.019 titik panas. Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik mengatakan, upaya pemadaman terus dilakukan. Data sementara, lahan gambut di Kalbar yang terbakar periode Januari-31 Agustus 2018 mencapai 2.326 hektar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalbar Lumano mengatakan, kebakaran masih terjadi di daerah-daerah yang belum turun hujan, terutama di Ketapang dan Kayong Utara. Pemadaman dilakukan tim di darat ataupun dari udara dengan helikopter.
Kebakaran area konsesi
Kebakaran lahan melanda 8.168 hektar gambut di Jambi. Analisis Citra Satelit Lansat TM9 yang diolah tim pemetaan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi menunjukkan titik panas tersebar pada 11 konsesi hutan tanaman industri dan hak pengusahaan hutan, serta kebun sawit korporasi. Sebaran ada di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, hingga Tanjung Jabung Barat.
”Kebakaran masih meluas hingga saat ini,” kata Direktur KKI Warsi Rudi Syaf. Dari pemetaan, ada sejumlah kesamaan lokasi lahan dalam kebakaran gambut tahun 2019 dan 2015. Berulangnya kebakaran kali ini terjadi pada tujuh konsesi, yakni di areal PT ATGA, KU, WKS, CIN, PHL, PBP, dan PDI.
Kondisi ini, menurut Rudi, menandakan perusahaan itu tidak mampu mengelola gambut secara berkelanjutan. Ia pun mendesak pemerintah meninjau ulang izin yang telah diterbitkan di areal gambut. Selain itu, penegakan hukum juga lebih diperkuat.
Kepala Subkelompok Kerja Badan Restorasi Gambut Jambi Zulfikar Ali mengatakan, kebakaran juga menghanguskan sekat kanal dan sekitar alat pemantau kebakaran (EWS). (ESA/IDO/ITA)