Pertemuan filosofi sepak bola Jerman dan Belanda selalu mendidihkan arena. Dua rival bebuyutan itu akan kembali bertemu di Hamburg, Sabtu dini hari.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
HAMBURG, KAMIS — Pertemuan tim nasional sepak bola Jerman kontra Belanda acap kali menyajikan laga sengit, dramatis, dan hujan gol. Tidak heran, legenda timnas Jerman, Franz Beckenbauer, pernah menyebut duel itu sebagai ”sepak bola dalam bentuk termurninya”.
”Saya tidak ingin melewatinya untuk apa pun. Laga-laga ini (Jerman kontra Belanda) selalu mengembuskan napas, emosi, dan ketegangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, sepak bola dalam bentuk sejatinya,” ungkap Beckenbauer seperti dikutip penulis Simon Kuper dalam bukunya berjudul Football Against The Enemy (2011).
Jerman akan menjamu Belanda dalam lanjutan penyisihan Grup C di kualifikasi Piala Eropa 2020, Sabtu (7/9/2019) pukul 01.45 WIB, di Hamburg, Jerman. ”Duel kontra Belanda selalu besar. Laga-laga ikonik. Anda tampil di lapangan dan selalu berpikir, ini laga keren,” tutur Marco Reus, gelandang Jerman, menyambut duel tersebut.
Laga ini bakal menjadi pertemuan keempat mereka dalam 12 bulan terakhir. Tiga duel sebelumnya selalu berlangsung panas, mengejutkan, dan berakhir dramatis. Ketiga duel yang juga disebut ”derbi Eropa” itu menghasilkan total 12 gol. Sebagian gol-gol itu bahkan terjadi di menit-menit akhir laga, salah satunya saat Belanda menjamu Jerman di Amsterdam, Maret lalu.
Pada laga kualifikasi Piala Eropa 2020 itu, Jerman, di luar dugaan, menang 3-2 atas tim ”Oranye” berkat gol dramatis Nico Schulz di menit ke-90. Kemenangan itu menjadi pembalasan Jerman atas kekalahan 0-3 di tempat yang sama pada ajang Liga Nasional Eropa, Oktober 2018. Dua dari tiga gol di laga itu juga terjadi di 4 menit terakhir. Kekalahan dari Belanda itu memaksa Jerman, juara dunia 2014, terdegradasi ke kasta kedua, yaitu Liga B, di kompetisi dua tahunan yang baru dibentuk UEFA itu.
Bara dendam belum sepenuhnya padam di duel ini. Motivasi khusus itu bakal diusung Belanda, tim yang tengah bertranformasi di era Pelatih Ronald Koeman. Selain membalaskan dendam kekalahan di Amsterdam, Maret lalu, Oranye mengejar kemenangan di Jerman untuk menjaga kans lolos ke babak utama Piala Eropa 2020. Seperti halnya empat tahun lalu, yaitu kualifikasi Piala Eropa Perancis 2016, Belanda kini dalam kondisi bahaya.
Mereka saat ini tertahan di peringkat ketiga Grup C dengan koleksi tiga poin dari dua laga. Mereka tertinggal sembilan poin dari pemuncak klasemen, Irlandia Utara, yang tampil sempurna di empat laga terakhir penyisihan grup. Belanda juga tertinggal enam poin dari tim ”Panser”, julukan timnas Jerman, yang mengumpulkan sembilan poin dari tiga laga. Grup itu dihuni dua tim lainnya, Belarus dan Estonia.
Dengan demikian, persaingan di Grup C itu hingga akhir kualifikasi, November 2019, bakal sangat sengit. Hanyalah dua tim teratas yang berhak lolos ke babak utama Piala Eropa 2020. Meskipun demikian, seolah ingin melepas jerat beban psikologis dari para pemainnya, Koeman berkata, duel kontra Jerman bukan penentu ”hidup dan mati”. Belanda dua kali absen di turnamen besar, yaitu Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018 Rusia, akibat tampil buruk di kualifikasi.
”Laga melawan Jerman tidaklah krusial. Kami harus mengemas 12 poin dari laga-laga (kandang dan tandang) kontra Estonia dan Belarus serta meraih lebih banyak poin ketimbang Irlandia Utara di dua laga menghadapi mereka,” tutur Koeman saat ditanya soal kans timnya lolos ke babak utama Piala Eropa 2020.
Duel di Hamburg akan menguji pertahanan Belanda yang diisi barisan bek terbaik di dunia saat ini, Virgil van Dijk dan Matthijs de Ligt. Van Dijk sejauh ini tampil konsisten bersama klubnya, Liverpool. Pekan lalu, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Eropa 2019. Ia bakal menjadi andalan Belanda menghentikan ketajaman Jerman, tim yang mengemas rata-rata 4,3 gol di tiga laga terakhirnya.
Meragukan
Namun, di sisi lain, tandemnya di belakang, De Ligt, tampil meragukan sejak hijrah ke klub barunya, Juventus. Mantan bek Ajax Amsterdam itu melakukan dua kesalahan fatal pada debutnya di Liga Italia saat Juve menang 4-3 atas Napoli, akhir pekan lalu. Meskipun demikian, Koeman tidak cemas dengan penampilan De Ligt yang masih beradaptasi dengan kultur sepak bola Italia.
Ia kemungkinan besar tetap memainkan De Ligt sebagai pemain mula. ”Saya bisa menunjukkan kliping debut saya di Barcelona, yaitu kalah 0-2. Saya ingin memberikan para pemain saya kepercayaan diri. Itu tidak akan berubah, termasuk tentang De Ligt. Ia akan tampil sebagai bek tengah kanan,” ujar Koeman yang sempat membela Barca.
Di lain pihak, duel ini juga akan menjadi ujian Jerman tanpa Leroy Sane, penyerang sayap tertajamnya. Sane bakal absen karena menderita sobek ligamen di lututnya. Padahal, ia menjadi aktor utama kebangkitan Jerman pasca-kegagalan di Piala Dunia Rusia. Sane selalu mencetak gol di lima dari enam laga terakhir Jerman, termasuk saat mengalahkan Belanda, Maret lalu.
Posisinya kemungkinan bakal diisi penyerang muda Jerman, Timo Werner. ”Leroy membuka banyak ruang (serangan) dan sangat penting bagi tim. Namun, kami punya banyak pemain berkualitas untuk menggantikannya,” tutur Reus.(AFP)