Keberadaan sumur-sumur bor di Kalimantan Tengah perlu dievaluasi. Di Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, warga mendapati sumur bor yang dibuat asal-asalan. Padahal, sumur-sumur itu diandalkan untuk membasahi lahan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Keberadaan sumur-sumur bor di Kalimantan Tengah perlu dievaluasi. Di Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, warga mendapati sumur bor yang dibuat asal-asalan. Padahal, sumur-sumur itu diandalkan untuk membasahi lahan gambut saat terjadi kebakaran.
Dari pantauan Kompas di Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, sumur bor dibuat asal-asalan. Salah satunya sumur bor di dekat kanal bekas proyek Pengembanganan Lahan Gambut (PLG) 1 juta hektar tahun 1995. Tepatnya di Kilometer 69 Jalan Tjilik Riwut, Kabupaten Pulang Pisau.
Salah satu sumur bor fiktif itu berjarak sekitar 1 kilometer dari bibir kanal ke dalam hutan yang terbakar. Ujung pipa sumur bor itu meleleh, sedangkan badan pipa terbuat dari besi.
Saat diangkat, kedalaman sumur bor itu tidak lebih dari 2 meter. Beton semen (pengecoran) di permukaan tanah pun rusak.
Saat diangkat, kedalaman sumur bor itu tidak lebih dari 2 meter. Beton semen (pengecoran) di permukaan tanah pun rusak. Warga juga menemukan sedikitnya 14 plang sumur bor yang diduga dibuang ke semak-semak.
”Ini bukan sumur, hanya ditanam pipanya seperti ini. Bagaimana mau dipakai untuk membasahi lahan,” ungkap Sekretaris Desa Henda Siel di Pulang Pisau, Jumat (6/9/2019).
Sumur bor merupakan salah satu infrastruktur untuk membasahi lahan gambut. Sumur dibuat agar masyarakat mudah membasahi atau memadamkan api kebakaran hutan dan lahan yang sampai saat ini terus terjadi.
Plang-plang yang dibuang disimpan warga di Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Rabu (4/9/2019).Siel menambahkan, sedikitnya dirinya mendapati tiga lokasi sumur bor fiktif. Selain itu, ia juga menemukan 14 plang yang dibuang begitu saja di semak-semak. Menurut dia, plang itu seharusnya ditanam di samping sumur bor sebagai penanda agar mudah dicari orang.
Pada plang itu tertulis TRGD-UMP dan nomor plang berwarna merah yang luntur terbakar. Meskipun sebagian besar plang terbakar, tulisan timbul itu masih terlihat jelas.
Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Henda Wideni mengungkapkan, pihaknya membuat sumur bor sejak 2017. Menurut dia, plang itu dibuat oleh kelompok masyarakat lain pada 2018 sesuai dengan data pada plang.
”Ini bukan sumur bor yang kami buat karena plangnya berbeda. Kami juga sudah memeriksa semuanya dan berfungsi,” ungkap Wideni.
Dia juga mengaku pernah mendapati sumur-sumur bor fiktif itu dan telah melaporkannya kepada aparatur desa. ”Di saat kebakaran seperti ini sumur bor sangat penting,” ujarnya.
Pada 2018, semua pembangunan infrastruktur ataupun paket revitalisasi ekonomi Badan Restorasi Gambut (BRG) RI dilaksanakan oleh Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD). TRGD Provinsi Kalteng dibentuk dengan struktur pegawai dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Mereka pun membuat kerja sama swakelola bersama Universitas Palangka Raya (UPR) dan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMP).
Menanggapi penemuan sumur bor fiktif itu, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran DLH Kalteng, yang juga anggota TRGD, Arianto, mengaku baru mendengar informasi tersebut. Dia menyebut pelaksana program itu adalah Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) UMP.
”Terima kasih infonya. Nanti kami akan periksa lagi. Tetapi, memang saat ini kami sedang lakukan sensus semua (sumur bor) yang sudah dibuat tahun lalu untuk masuk dalam sistem informasi,” kata Arianto.
Arianto mengklaim, dalam waktu kurang dari setahun, pihaknya selesai membangun 3.225 sumur bor, 1.250 sekat kanal, dan 62 paket revitalisasi ekonomi dari total anggaran Rp 84 miliar. Anggaran itu berasal dari APBN.
Selain TRGD, BRG juga sudah membangun sumur bor 8.875 unit pada 2017-2018. Selain itu, mereka juga membuat 2.534 sekat kanal pada periode yang sama. Adapun paket revitalisasi ekonomi yang sudah diberikan kepada masyarakat berjumlah 92 paket.
Jadi, selama 2017-2018, total terdapat 12.100 sumur bor, 2.784 sekat kanal, dan 154 paket revitalisasi ekonomi di Kalimantan Tengah. ”Sumur bor dari BRG maupun TRGD itu bentuk dan spesifikasinya sama, jadi harganya sama. Sekitar Rp 3 juta satu sumur bor,” ungkap Arianto.
Selama 2017-2018, total terdapat 12.100 sumur bor, 2.784 sekat kanal, dan 154 paket revitalisasi ekonomi di Kalimantan Tengah.
Sementara itu, Kepala LPPM UMP Nurul Hikmah Kartini mengungkapkan, pihaknya sangsi jika ada sumur bor fiktif atau dibuat asal-asalan. Pasalnya, pihaknya sudah selesai diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Kalteng.
”Kalau ada kesalahan sedikit saja akan dikembalikan. Makanya tidak mungkin ada yang begitu,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya di UMP.
Nurul menjelaskan, minimal ada tujuh pipa yang ditanam dan disambung hingga mendapatkan air. ”Tahun 2018 itu kami membuat 900 sumur bor,” ujarnya.