Kekuatan pikiran menjadi senjata Bianca Andreescu untuk melangkah jauh di Amerika Serikat Terbuka. Petenis 19 tahun itu pun bersiap menjemput gelar pertamanya di ajang Grand Slam.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
NEW YORK, RABU — Bianca Andreescu, remaja 19 tahun asal Kanada, menjalani debut dalam Grand Slam Amerika Serikat Terbuka pada 2017. Dalam dua partisipasi pertamanya, Andreescu tersingkir pada babak pertama kualifikasi. Tahun ini, dia melahirkan keajaiban bagi negaranya, yakni lolos ke semifinal pada debut dalam babak utama di Flushing Meadows, New York.
”Gila. Setahun lalu, saya bermain di babak kualifikasi. Ketika itu, saya sangat menderita karena cedera punggung. Tahun ini, dengan apa yang saya raih hingga sekarang, saya sulit untuk berkata-kata. Saya perlu seseorang untuk mencubit saya. Apakah ini nyata?” kata Andreescu di hadapan penonton di Stadion Arthur Ashe, Rabu (4/9/2019) waktu setempat.
Komentar itu disampaikan Andreescu setelah mengalahkan Elise Mertens (Belgia) dalam perempat final, dengan skor 3-6, 6-2, 6-3. Kemenangan itu mengantarkannya pada pertemuan dengan Belinda Bencic (Swiss) dalam semifinal, Kamis malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia. Semifinal lain mempertemukan dua petenis yang lebih berpengalaman, yaitu Serena Willams dan Elina Svitolina.
Andreescu pun menyamai Chris Evert, Pam Shriver, dan Venus Williams sebagai petenis yang lolos hingga ke semifinal pada debut mereka di babak utama AS Terbuka. Petenis yang mengidolakan Simona Halep ini menjadi petenis putri Kanada ketiga yang menembus semifinal AS Terbuka setelah Lois Moyes (1909) dan Carling Bassett (1984).
Petenis Kanada perempat finalis AS Terbuka 1992, Patricia Hy-Boulais, yang mengenal Andreescu selama lima tahun terakhir menilai, petenis muda itu semakin pintar dalam menerapkan taktik di lapangan. ”Dia bisa mengubah posisi bertahan menjadi menyerang dengan cepat, juga menyerang ke depan net saat dibutuhkan,” ujar Hy-Boulais yang saat ini menjadi analis tenis, pelatih mental, dan konsultan bagi orangtua yang anaknya bermain tenis.
Pelatih Andreescu, Sylvain Bruneau, mengatakan, muridnya itu memiliki kelebihan tak punya rasa takut kepada siapa pun lawan, termasuk petenis top dunia. Bruneau, yang bekerja untuk Tennis Canada selama 30 tahun, pertama kali melihat kelebihan itu ketika Andreescu membela Tim Fed Kanada pada 2017.
Saat Kanada mengalahkan Venezuela, Bolivia, Paraguay, dan Chile dalam persaingan di Zona Amerika, Andreescu hanya kehilangan 14 gim. Dia juga turut mengantarkan Kanada promosi ke Grup Dunia II.
”Saya selalu kagum dengan keberaniannya meski melawan petenis top dan di stadion besar. Dia tak pernah terlihat terintimidasi meski berusia 15 atau 16 tahun. Dia terlahir sebagai kompetitor,” ujar Bruneau, dalam laman resmi WTA, yang melatih Andreescu sejak Maret 2018.
Selain latihan fisik dan teknik, yang lazim dilakukan semua petenis, keberhasilan Andreescu, terutama pada 2019, dipengaruhi oleh latihan meditasi dan visualisasi setiap pagi. ”Saat bisa mengontrol pikiran, saya bisa mengontrol situasi yang dihadapi. Ketika bermain melawan petenis top di stadion besar, misalnya, saya bisa mengatasi situasinya karena hanya fokus pada diri sendiri,” tutur kepada New York Times.
Momentum
Sebelum tampil di Flushing Meadows, Andreescu mencatat statistik menang-kalah 38-4 yang menjadikannya sebagai petenis dengan persentase kemenangan terbaik. Statistik itu menghasilkan gelar juara WTA Premier Indian Wells, gelar juara terbaiknya sejak bersaing di arena profesional, dua tahun lalu.
Dua pekan sebelum bertanding di AS Terbuka, dia juga menjuarai WTA Premier Toronto. Itu mengantarkannya pada peringkat ke-14 dunia—saat ini peringkat ke-15—jauh lebih baik dari posisi ke-209, setahun lalu.
Perjalanan itu, membuat Hy-Boulais, seperti disebutkan dalam media Kanada, Sportsnet, menilai, Andreescu memiliki momentum untuk meraih gelar pertamanya di arena Grand Slam.
Namun, Andreescu sendiri menyadari, perjalanan belum selesai. ”Saya senang dengan hasil ini, tetapi turnamen belum selesai. Bencic adalah lawan yang akan sulit dikalahkan, tetapi saya pikir saya bisa melaju lebih jauh,” katanya.
Bencic, petenis putri terbaik Swiss, juga menjalani musim yang baik. Dia menjuarai WTA Dubai dan menjadi semifinalis di Indian Wells. Mereka juga memiliki persamaan sebagai anak dari imigran. Orangtua Andreescu berasal dari Romania, sementara Bencic memiliki orangtua dari Slowakia.
”Saya berlatih bersama Bencic di Toronto. Dia selalu memukul bola lebih awal dan agresif. Servis dan pergerakannya bagus. Saya pikir, siapa pun bisa memenangi kejuaraan ini, apalagi semifinal lain melibatkan atlet yang lebih berpengalaman,” tutur Andreescu.
Bruneau juga tak ingin publik terlalu berlebihan memuji muridnya. ”Perjalanannya masih panjang, dia masih muda. Semuanya harus dilakukan selangkah demi selangkah dan dia harus rendah hati,” katanya.
Dalam usia 19 tahun, Andreescu menjadi salah satu keajaiban tenis Kanada selain Felix Auger-Aliassime (19) dan Denis Shapovalov (20). ”Kanada punya energi baru,” kata Bassett. (AFP)