Target Tuntas 2020, Penyelesaian Tol Cisumdawu Masih Terkendala Pembebasan Lahan
Jalan Tol Cisumdawu sepanjang 60,47 km dibangun untuk memangkas waktu tempuh Bandung-Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. Dengan adanya tol ini, waktu tempuh 2,5 jam dapat dipangkas menjadi tinggal 45 menit.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Persoalan pembebasan lahan masih menjadi kendala utama dalam pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu. Meski demikian, penyelesaian pembangunan diyakini tetap bisa dituntaskan pada 2020.
Jalan Tol Cisumdawu sepanjang 60,47 kilometer (km) dibangun untuk memangkas waktu tempuh Bandung-Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dengan adanya tol ini, waktu tempuh yang awalnya 2,5 jam dapat dipangkas menjadi tinggal 45 menit.
Pembangunan Tol Cisumdawu dibagi menjadi enam seksi. Pembangunan Seksi 1 dan Seksi 2 digarap oleh pemerintah, sedangkan Seksi 3, 4, 5, dan 6 dikerjakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), yaitu PT Cipta Karya Jabar Tol (PT CKJT).
Seksi 1 sepanjang 10,57 km menghubungkan Cileunyi hingga Ranca Kalong. Sementara Seksi 2 terbagi ke dalam dua fase, yaitu Fase I sepanjang 6,35 km yang menghubungkan Ranca Kalong hingga Sumedang dan Fase II sepanjang 10,7 km menghubungkan Ciherang sampai Sumedang. Adapun Seksi 3 sepanjang 4,05 km dari Sumedang hingga Cimalaka.
Selanjutnya, Seksi 4 sepanjang 8,2 km dari Cimalaka hingga Legok. Seksi 5 memanjang 14,9 km dari Legok sampai Ujung Jaya. Adapun Seksi 6 sepanjang 6,07 km dari Ujung Jaya sampai Dawuan.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yusrizal Kurniawan menyampaikan, realisasi pembangunan Seksi 1 mencapai 39,34 persen, melebihi rencana pembangunan 33,44 persen. Namun, pembebasan lahan baru mencapai 72,9 persen.
Sementara Seksi 2 Fase I sudah selesai dibangun. Namun, untuk Seksi 2 Fase II realisasi pembangunan baru 72,19 persen dari rencana 94,55 persen.
”Ini terjadi karena masih banyak permasalahan pembebasan lahan, lintasan kritis, sehingga konstruksi harus bertahap sehingga kami usulkan pekerjaan ditambah satu tahun dan ditargetkan selesai pada September 2020,” kata Yusrizal, Rabu (4/9/2019) malam, di Bandung.
Yusrizal menyampaikan paparan ini dalam pertemuan bersama PT CKJT untuk membahas sejauh mana perkembangan pembangunan Jalan Tol Cisumdawu. Pertemuan ini sebelum kegiatan tinjauan lapangan proyek Tol Cisumdawu dan Bandara Kertajati, hari ini.
Dalam pertemuan tersebut hadir pula, antara lain, Direktur Teknik BUJT PT CKJT Bagus Medi, Direktur SDM dan Lahan PT CKJT Ahmad Zaki, Kepala Dinas Perhubungan Jabar Hery Antasari, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, serta Deputi I Kepala Staf Kepresidenan Darmawan Prasodjo.
Beberapa permasalahan di Seksi 2 Fase II yaitu pembebasan lahan 28 bidang pada Desa Ciherang dan Mekarjaya belum dilaksanakan eksekusi pengosongan lahan oleh Pengadilan Negeri Sumedang. Koordinasi pun telah dilakukan untuk mempercepat proses eksekusi.
”Persoalan lain, yaitu pembebasan lahan 323 bidang pada Desa Sinarmulya, Mulyasari, dan Margamukti yang meski telah dimusyawarahkan, masih belum menyatakan setuju dengan nilai uang ganti kerugian. Pejabat pembuat komitmen lahan telah meminta kepada Badan Pertanahan Nasional untuk melaksanakan konsinyasi,” kata Yusrizal.
Sebagai tindak lanjut, pemerintah mendorong BPN agar melakukan konsinyasi dalam waktu dekat. Selain itu, memastikan kesiapan dana talangan oleh BUJT.
Sementara untuk Seksi 3, Direktur Teknik Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Citra Karya Jabar Tol Bagus Medi menyampaikan, tidak ada masalah yang dihadapi. Targetnya, pada akhir Oktober 2019, proses konstruksi telah selesai sehingga dapat mulai beroperasi pada 2020.
Perkembangan pembebasan lahan untuk Seksi 3 sudah mencapai 99,76 persen. Sementara untuk realisasi konstruksi mencapai 76,3 persen. Bagus memastikan persoalan pembangunan sudah diatasi, salah satunya lereng yang sudah diproteksi untuk mencegah terjadinya longsor.
Di sisi lain, Direktur SDM dan Lahan PT CKJT Ahmad Zaki menyampaikan, dana talangan yang dikeluarkan sudah mencapai Rp 1,5 triliun dari Rp 2,5 triliun yang disediakan. Sementara kebutuhan diperkirakan mencapai Rp 3,5 triliun untuk membebaskan lahan.
”Rata-rata warga menolak atau punya tawar-menawar untuk menaikkan harga. Khususnya di Seksi 4, 5, dan 6, kami masih harus melakukan pembebasan lahan di 11 desa,” kata Ahmad.
Untuk Seksi 4 dan 5, perkembangan, baik pembebasan lahan maupun konstruksi, masih 0 persen. Sementara untuk Seksi 6, pembebasan lahan baru 16,34 persen.
Atas masih banyaknya kendala yang dihadapi, Yusrizal ragu Jalan Tol Cisumdawu dapat beroperasi seluruhnya pada 2020. Pada 2020, kemungkinan baru Seksi 1 hingga 3 yang tuntas pembangunannya dan bisa dioperasikan.
Namun, Danang Parikesit tetap optimistis Cisumdawu dapat beroperasi seluruhnya pada 2020. ”Kami optimistis Tol Cisumdawu dapat beroperasi pada tahun depan,” ujarnya.