Revitalisasi saluran air, pembuatan embung, serta bendungan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kekeringan yang terjadi rutin setiap tahun di Jawa Tengah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Kekeringan masih melanda sejumlah wilayah Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Purbalingga. Bantuan pengiriman air bersih menggunakan tangki air pun belum optimal. Revitalisasi saluran air, pembuatan embung, serta bendungan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kekeringan yang terjadi rutin setiap tahun.
”Pertama kita membuat bendungan-bendungan di Jawa Tengah. Kita mencari sumber-sumber (air). Kita itu sebenarnya punya (sumber air), tetapi tidak terawat. Perawatannya kurang sehingga air itu lost (hilang) langsung ke muara,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, di Purbalingga, Kamis (5/9/2019), di sela-sela acara pemberian bantuan air bersih kepada warga Desa Banjarsari, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga.
Menurut Yasin, sungai-sungai yang dibendung nantinya bisa menyimpan cadangan air sehingga dapat dipergunakan saat kemarau panjang. ”Untuk di pesisir, kami sedang mencoba mencari investor bagaimana menyuling air laut jadi air tawar. Kami sedang menjajaki pihak mana yang mau bekerja sama dengan kami,” paparnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Purbalingga Umar Faozi menyampaikan, di Kabupaten Purbalingga, terdapat dua titik bendungan sungai di Kecamatan Bobotsari dan Kaligondang yang perlu direvitalisasi. ”Ada beberapa kebocoran dan perlu penambalan di sejumlah titik. Kami berencana mengajak masyarakat bergotong-royong memperbaikinya,” tutur Umar.
Kebocoran bendungan pada sungai itu, lanjut Umar, membuat pengairan bagi sekitar 12.000 hektar sawah di Purbalingga kurang optimal. Apalagi, kemarau pada 2019 ini diprediksi terjadi hingga Oktober mendatang. ”Musim kemarau ini lebih panjang dan kekeringan relatif lebih parah,” ujarnya.
Tahun lalu jumlah air bersih yang didistribusikan hanya sekitar 6 juta liter.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga, kata Umar, BPBD pada tahun ini sudah mendistribusikan 7,65 juta liter air untuk warga 69 desa di 15 kecamatan. ”Tahun lalu jumlah air bersih yang didistribusikan hanya sekitar 6 juta liter,” katanya.
Ke depannya, selain revitalisasi bendungan, pemerintah daerah juga menyiapkan pembangunan sumur bor. Untuk itu, dibutuhkan kajian mencari sumber air yang baik.
Wakirah (48), warga Desa Banjarsari, menyampaikan, kekeringan melanda desanya sejak April lalu. Warga pun kesulitan mendapatkan air bersih dan bergantung pada kiriman air bersih dari pemerintah, terutama untuk mandi dan mencuci. ”Air di sumur sudah surut, paling hanya bisa dipakai untuk memasak,” katanya.
Selain mengandalkan bantuan pemerintah, Wakirah juga berusaha mencari air dari Sungai Klawing dan tuk atau mata air yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumahnya. ”Mengambil airnya pakai jeriken dan diangkut pakai motor,” katanya.
Hal serupa disampaikan Mahiti (47), warga lain. Mahiti sering kesulitan mendapatkan air bersih untuk memasak dan mencuci piring serta peralatan memasaknya. Dia sehari-hari membuat makanan ringan untuk dijual. ”Kami berharap ada program pemipaan sehingga air bisa masuk sampai rumah kami,” tuturnya.