Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka akan membuka rute Palembang pada Oktober 2019 yang dilayani maskapai Lion Air.
Oleh
Sharon Patricia
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka akan membuka rute Palembang pada Oktober 2019 yang dilayani maskapai Lion Air. Selain itu, ada pula penambahan jadwal penerbangan ke Batam menjadi tiga kali sehari yang juga dilayani Lion Air.
”Saat ini jumlah penerbangan masih 12 penerbangan, yaitu 10 dari Lion Air dan 2 AirAsia. Pada Oktober 2019 nanti, akan ditambah 5 penerbangan dari Lion Air untuk tujuan Batam dan yang baru itu Palembang,” ujar Pelaksana Tugas General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Kertajati Mohammad Arifin di Majalengka, Kamis (5/9/2019).
Paparan ini disampaikan dalam rangka melihat kegiatan operasional Bandara Kertajati. Selain Arifin, hadir pula Direktur Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Praminto, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Heri Antasari, dan Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan Alois Wisnuhardana.
Rute penerbangan yang dilayani Bandara Kertajati menuju 12 kota, antara lain Denpasar, Surabaya, Medan, Palembang, Pekanbaru, Makassar, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, dan Lombok. Rute itu merupakan pengalihan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung.
Arifin menyampaikan, rute penerbangan yang paling diminati adalah ke Denpasar dengan Maskapai AirAsia dengan tingkat penumpang hampir penuh setiap hari. Sementara rute lain, tingkat penumpang hanya 70 persen.
Pada periode Juni 2019 hingga 4 September 2019, jumlah penerbangan di Bandara Kertajati 1.765 penerbangan dengan total penumpang mencapai 202.017 orang. Rata-rata per hari, jumlah penumpang yang dilayani di bandara ini 2.800 hingga 3.200 orang.
Seperti yang diketahui, Citilink sudah menghentikan seluruh penerbangan di Bandara Kertajati mulai 14 Agustus 2019. Begitupun dengan Garuda yang juga menghentikan seluruh penerbangannya mulai 31 Juli 2019.
Untuk itu, Arifin mengatakan akan mencoba kembali merayu maskapai yang menutup semua rute penerbangan, yaitu Garuda dan Citilink. Khusus untuk Garuda, akan dicoba untuk diajak membuka rute internasional.
”Ke depan insya Allah untuk rute internasional kami coba buka kerannya melalui penerbangan umrah yang dilayani Garuda sebanyak dua kali seminggu. Bulan Oktober ini akan kami coba diskusikan lagi,” kata Arifin.
Upaya optimalisasi
Praminto menyampaikan bahwa koordinasi baik dengan pemerintah pusat dan daerah terus diupayakan untuk mengoptimalkan operasional dari Bandara Kertajati. Salah satu yang diharapkan dapat cepat selesai adalah pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu.
Sebab, akses menuju Bandara Kertajati masih cukup memakan waktu. Beberapa rute, yakni dari Cirebon (64 km) 1 jam 14 menit, Bandung (155 km) mencapai 2 jam 30 menit, Indramayu (50 km) 1 jam 14 menit, Sumedang (51 km) 1 jam 30 menit, Purwakarta (82 km) 1 jam, Subang (53 km) membutuhkan 50 menit, dan Kuningan (67 km) 1 jam 30 menit.
Heri Antasari mengatakan, tol yang menyambungkan ke Cipali, kuncinya adalah menyambungkannya dengan Tol Cisumdawu. Jika sudah efektif, perjalanan dari Bandung ke Bandara Kertajati bisa dipangkas menjadi 45 menit.
”Bandung sebagai captive market yang terbesar dari Kertajati, kan, masih Bandung Raya. Mudah-mudahan tahun depan pembangunan Tol Cisumdawu selesai sehingga komparasi waktu perjalanan dengan bandara lain, khususnya dengan Husein Sastranegaa atau Soekarno-Hatta, bisa lebih kompetitif,” ujar Heri.
Sejauh ini, pembangunan Jalan Tol Cisumdawu masih menghadapi sejumlah tantangan, khususnya pembebasan lahan. Dari jalan tol sepanjang 60,47 km yang terbagi menjadi enam seksi, pengerjaan tol belum ada yang selesai 100 persen.
Realisasi pembangunan seksi 1 mencapai 39,34 persen. Sementara seksi 2 fase I sudah selesai dibangun. Namun, untuk seksi 2 fase II realisasi pembangunan baru 72,19 persen dari rencana 94,55 persen.
Untuk seksi 3, realisasi konstruksi sudah mencapai 76,3 persen. Sementara seksi 4 dan 5, perkembangan, baik pembebasan lahan maupun konstruksi, masih 0 persen. Seksi 6, pembebasan lahan baru 16,34 persen.
Meski demikian, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit optimistis Jalan Tol Cisumdawu selesai pada akhir 2020. ”Sekarang sebagian sudah mulai bisa beroperasi, kami harapkan 2020 sudah bisa beroperasi semua,” ujarnya.