Persiapan Kini demi Selamat Semua
Mitigasi kecelakaan lalu lintas sering luput dari perhatian, terputus motif ekonomi hingga keinginan memburu waktu. Padahal, persiapan kemarin adalah jaminan selamat kemudian.
Yadi (45) tidak dapat menyembunyikan rasa bangga saat Selasa (3/9/2019), bercerita pernah menjadi pengemudi teladan Bhinneka Shuttle 2017, salah satu perusahaan transportasi di Cirebon, Jawa Barat. Dia mendapat piagam dan sejumlah uang atas prestasinya karena dianggap tidak ugal-ugalan saat membawa penumpang.
Akan tetapi, bagi Yadi, penghargaan terbesar bukan uang dan piagam. Lebih dari itu, penghargaan tersebut telah mengapresiasi pengemudi sebagai bagian penting dalam perusahaan. Bukan sekadar ”kuli” pengantar penumpang.
Pengemudi rute Bandung-Kuningan itu bisa fokus mengemudi karena tidak dipusingkan dengan uang setoran. Ia dan sekitar 150 pengemudi Bhinneka Shuttle telah memiliki jadwal kerja, empat hari kerja dan dua hari libur dalam sepekan.
Supervisor Operational dan Maintenance Bhinneka Shuttle Tjetje Suherlan mengatakan, selain apresiasi lewat penghargaan, pengemudi juga hanya berkendara maksimal tiga kali perjalanan dalam sehari. Mereka juga diberi waktu istirahat 30 menit hingga 1 jam sebelum berangkat lagi. ”Pengemudi tidak boleh menambah jumlah perjalanan,” ujarnya.
Sistem keamanan kendaraan juga diperhatikan. Di setiap bagian dasbor mobil terpampang kertas kecil berisi panduan jadwal servis mobil. Informasi itu menjadi panduan pengemudi agar memeriksa modanya jika mencapai 10.000 kilometer dan kelipatannya. Mesin, ban, hingga oli diperiksa. Servis berkala hanya dilakukan di bengkel resmi tempat mobil dikeluarkan.
”Kami membuat MOU (nota kesepahaman) sehingga kendaraan tidak bisa diperiksa di bengkel lain. Ini agar armada kami dipegang ahlinya,” ujar Solehudin, Kepala Bhinneka Shuttle Cirebon. Tjetje mengakui, berbagai upaya menjaga keselamatan penumpang itu membutuhkan biaya investasi besar.
”Awalnya berat karena berapa pun penumpangnya, kami tetap jalan. Sopir tidak kejar setoran. Namun, ini investasi kepercayaan. Buktinya, dari satu armada pada 2016, akhir tahun ini kami targetkan punya 150 armada,” katanya.
Alpa
Akan tetapi, tidak semuanya punya standar ketat seperti itu. Kecelakaan lalu lintas di Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi di Km 91, Senin (2/9/2019), menjadi bukti. Sebanyak 20 kendaraan terlibat kecelakaan yang menewaskan delapan orang. Diduga pemicunya, dua truk pengangkut tanah asal Cianjur yang kelebihan muatan melaju dalam kecepatan tinggi dan remnya blong.
Ditemui di ruang IGD RS Thamrin Purwakarta, Subana (40), salah satu pengemudi truk naas itu, terbaring lemah di tempat tidur dengan perban yang melekat di kepala. Wajahnya memerah, nada suaranya lirih saat mengingat peristiwa maut itu.
”Saya panik saat ditelepon Dedi Hidayat (rekannya, pengemudi truk) yang mengatakan bahwa remnya juga blong. Padahal, kecepatan truknya sedang tinggi. Apalagi Dedi baru empat bulan bawa truk,” katanya. Kekhawatirannya benar. Selepas jalan menurun di sekitar Km 91, truk Dedi terguling. Truk itu menghalangi badan jalan dan memicu antrean lima kendaraan. Dedi tewas dalam kejadian itu.
Kecemasan yang berujung fatal. Memacu kencang kendaraannya hendak menyusul Dedi, Subana tak mengindahkan kondisi truknya sendiri. Rem truknya ternyata juga bermasalah. Polda Jabar menduga hal itu dipicu muatan berlebih. Dari kapasitas maksimal 24 ton, truknya mengangkut 37 ton tanah. Meski sudah dua tahun mengemudikan truk, Subana tak tahu pasti kondisi truknya sebelum berkendara.
Akibatnya, Subana tidak bisa mengendalikan kendaraannya, lalu menabrak kendaraan yang tidak bisa bergerak terhalang truk milik Dedi. Kejadian inilah yang memicu tabrakan beruntun melibatkan 13 kendaraan di belakangnya.
Celah alpa seperti itu yang coba dihindari pihak Pahala Express, perusahaan ekspedisi nasional. Perusahaan ini punya mekanisme menjaga keselamatan berlalu lintas dengan menerapkan sistem pemosisi global (GPS) yang dikendalikan bagian monitoring armada di kantor pusat di Jakarta.
Kepala Cabang Pahala Express Bandung Dadan Sandi Hermansah mengatakan, sistem ini juga jadi panduan bagi pengemudi agar tak melanggar batas kecepatan yang ditetapkan pemerintah sesuai kondisi jalan yang dilintasi. Jika dilanggar, bagian monitoring akan menegur dengan langsung menelepon pengemudi. ”Mesinnya bisa dimatikan dari pusat apabila pengemudi tetap membandel,” katanya.
Uji KIR rutin tiap bulan juga menjadi bagian dari mitigasi pada kendaraan pengangkut. Selain itu, muatan juga dikurangi dari kapasitas maksimal kendaraan. ”Semua dilakukan untuk keselamatan semua pihak.
Dengan persiapan matang, potensi hal buruk di kemudian hari bisa dicegah sejak dini,” kata Dadan. Semuanya kembali menjadi pelajaran. Tak seharusnya nyawa dipertaruhkan demi uang dan alasan lain di luar keselamatan. (IKI/SEM/MEL)