Kaltim Siapkan Strategi Pengembangan Pertanian di Ibu Kota Baru
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyiapkan strategi pengembangan pertanian penyangga pangan untuk masyarakat dan aparatur sipil negara di calon ibu kota negara yang baru.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyiapkan strategi pengembangan pertanian penyangga pangan untuk masyarakat dan aparatur sipil negara di calon ibu kota negara yang baru. Pemerintah daerah menyiapkan skema pengoptimalan dan perluasan lahan di bidang pertanian dan peternakan.
Saat ini, kebutuhan pangan di Kaltim disediakan untuk 3,57 juta penduduk di 10 kabupaten dan kota. Jika seluruh aparatur sipil negara (ASN) dipindahkan ke ibu kota negara yang baru, yakni Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, dan Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, kebutuhan pangan diperkirakan meningkat, yakni untuk 5,58 juta orang.
Pemerintah pusat saat ini tengah menyiapkan payung hukum berupa undang-undang yang ditargetkan selesai pada 2020, di antaranya soal pembentukan badan otorita penyiapan ibu kota baru. Setelah itu, tahap konstruksi dimulai. Tahun 2024, ditargetkan 1,5 juta ASN siap dipindahkan ke Kaltim.
Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kaltim mencatat, ketersediaan beras lokal tahun 2018 sebanyak 288.353 ton, sedangkan kebutuhan beras tahun itu 328.423 ton. Kekurangan beras sekitar 12 persen itu disuplai dari luar pulau.
Kepala Bulog Divisi Regional Kaltim dan Kaltara Arwakhudin Widiarso mengatakan, rata-rata defisit kebutuhan beras di Kaltim 270.000 ton per tahun. ”Pemenuhan kekurangan beras di Kaltim berasal dari Sulawesi Selatan 50 persen, Jawa Timur 40 persen, dan daerah lain 10 persen,” ujarnya, Rabu (4/9/2019).
Pemenuhan kekurangan beras di Kaltim berasal dari Sulawesi Selatan 50 persen, Jawa Timur 40 persen, dan daerah lain 10 persen.
Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Muhammad Alimuddin mengatakan, ketersediaan pangan di Kaltim akan ditingkatkan mulai tahun ini. Peningkatan kebutuhan pangan dihitung dari estimasi penambahan penduduk ke Kaltim 184.000 orang per tahun hingga 2023.
”Dengan estimasi itu, rata-rata peningkatan kebutuhan beras 3,8 persen setiap tahun hingga 2024. Ketersediaan beras lokal akan kami tingkatkan dengan target tahun 2023 Kaltim sudah swasembada beras,” ucap Alimuddin.
Kementerian Pertanian menghitung, kebutuhan lahan pangan untuk beras, jagung, bawang merah, cabai, dan tebu bagi 5,58 juta jiwa di Kaltim adalah 96.000 hektar. Kebutuhan lahan paling besar adalah untuk kebutuhan padi, yakni 60.000 hektar. Berdasarkan pemetaan awal, Kaltim masih kekurangan 14.607 hektar.
Optimalisasi lahan pertanian dan normalisasi irigasi akan dilakukan Pemprov Kaltim untuk menyiasati kekurangan itu. Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk membuat jaringan irigasi di sekitar daerah pertanian.
Saat ini, pertanian padi Kaltim adalah tadah hujan. Panen hanya bisa satu kali dalam setahun karena mengandalkan air hujan. Jika saluran irigasi dimaksimalkan ke sekitar lahan pertanian, ditargetkan padi bisa panen dua kali dalam setahun.
Selain itu, perluasan lahan juga akan dilakukan untuk menaikkan produksi padi. Alimuddin mengatakan, program perluasan lahan padi gunung akan dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan komoditas perkebunan dan kehutanan.
”Target tumpang sari tahun ini 3.500 hektar di Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, Samarinda, dan Mahakam Ulu,” ujarnya.
Untuk kebutuhan daging, Kementerian Pertanian memproyeksikan kebutuhan daging ruminansia hampir 37.000 ton untuk 5,58 juta penduduk. Pemerintah akan mengoptimalkan integrasi peternakan dan perkebunan sawit untuk memenuhi kebutuhan itu.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Dadang Sudarya mengatakan, delapan perusahaan sawit dan batubara sudah melakukan nota kesepahaman dengan Pemprov Kaltim untuk integrasi usaha sawit-sapi potong.
”Target kami, 3.211 sapi dari 108 perusahaan yang berkomitmen. Saat ini baru terealisasi 68 ekor di lima perusahaan,” ucap Dadang.
Potensi ternak sapi dengan pola integrasi sawit-sapi ini cukup besar. Luas perkebunan sawit di Kaltim hampir 1,2 juta hektar. Jika diasumsikan daya tampung 1 hektar untuk seekor sapi, maka 1,2 juta sapi bisa kembangkan di Kaltim.