logo Kompas.id
UtamaMenyingkap Ironi Burung
Iklan

Menyingkap Ironi Burung

Manusia sibuk mencari kenikmatan, yakni mengurung dan menyuruh burung berkicau. Padahal, burung jugalah yang menyemai pepohonan, membantu pertumbuhan hutan.

Oleh
Brigitta Isworo Laksmi
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/MWN_0bDF4eyyqe21rA0blAkakIg=/1024x704/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F11%2FD31E09AA-E14F-41E2-6D793E1E5C97F030_1541140451-6.jpg
ANTARA/MOHAMAD HAMZAH

Burung rangkong bertengger mencari makan di kawasan Pegunungan Kebun Kopi, Sulawesi Tengah, Jumat (30/12/3017). Rangkong atau lebih dikenal dengan sebutan ”burung alo” oleh masyarakat Sulawesi Tengah itu merupakan salah satu satwa endemik Sulawesi dan dilindungi oleh pemerintah. Namun, kini, burung tersebut sudah sangat sulit ditemui dihabitat aslinya, bahkan terancam punah karena maraknya perburuan dan perambahan hutan.

Negara yang memiliki lambang mirip dengan Indonesia yang paling menonjol adalah Amerika Serikat. Negara yang dibentuk para imigran Eropa tersebut menggunakan elang botak (Haliaeetus leucocephalus).

Secara serius, Amerika Serikat pada 1940 menerbitkan Bald Eagle Protection Act (Undang-Undang Perlindungan Elang Botak). Pada 1963, burung berbobot maksimal lebih dari 6 kilogram dan bentangan sayap maksimal 2,6 meter ini tinggal 417 pasang, antara lain karena penggunaan pengendali populasi serangga dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT).

Editor:
evyrachmawati
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000