Unjuk rasa kembali terjadi di Manokwari, Papua Barat, Selasa (3/9/2019). Dari pantauan ”Kompas”, aksi berlangsung di dua titik di Kelurahan Amban, Distrik Manokwari Timur.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS — Unjuk rasa kembali terjadi di Manokwari, Papua Barat, Selasa (3/9/2019). Aksi yang dipelopori mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di ibu kota provinsi itu masih terkait kecaman atas ujaran kebencian bernada rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur, pertengahan Agustus lalu.
Dari pantauan Kompas, aksi berlangsung di dua titik di Kelurahan Amban, Distrik Manokwari Timur. Peserta aksi di setiap titik berjumlah 100 hingga 200 orang. Aksi mulai berlangsung sekitar pukul 08.30 WIT. Dalam orasinya, pendemo meminta agar proses hukum terhadap pelaku rasisme dilakukan secara cepat dan terbuka. Massa juga membawa atribut berupa cetakan gambar bendera bintang kejora.
Cukup demo di sini. Jangan masuk ke kota. Kami khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Massa dari dua titik itu berusaha masuk ke pusat kota Manokwari yang berjarak sekitar 2 kilometer. Massa yang berjalan kaki itu langsung dihadang aparat keamanan. Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat Komisaris Besar Tatang tampak berada di lapangan untuk memberikan dukungan moril kepada anggotanya.
Perwakilan demonstran yang tidak puas dengan penghadangan itu berteriak meminta blokade dibuka. Kepala Bagian Operasional Polres Manokwari Komisaris Wiranadi bernegosiasi dengan mereka. ”Cukup demo di sini. Jangan masuk ke kota. Kami khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Wiranadi.
Perwakilan demonstran yang tidak puas pun berdebat keras dengan Wiranadi. ”Jangan halangi hak demokrasi kami. Kami menjamin, demo ini akan berjalan dengan damai. Sekali lagi kami menjamin itu,” kata seorang demonstran kepada Wiranadi.
Negosiasi gagal, perwakilan demonstran kembali ke barisan massa dan menyampaikan orasi. Hingga pukul 11.30 WIT, aksi masih berjalan. Tidak ada tindakan kekerasan, baik dari massa maupun aparat keamanan.
Pada aksi serupa 19 Agustus lalu, massa masuk ke tengah kota. Mereka merusak dan membakar sejumlah gedung serta kendaraan. Beberapa toko elektronik juga dijarah. Sejumlah mesin anjungan tunai mandiri dibobol.
Aktivitas terganggu
Akibat aksi pada Selasa ini, aktivitas di sejumlah sekolah diliburkan. Pantauan di SD Negeri Amban, para orangtua datang menjemput anak-anak mereka. ”Kami takut jangan sampai rusuh lagi seperti 19 Agustus lalu. Kondisi ini tidak bagus,” kata Merry, orangtua murid.
Pantauan di pusat kota, sejumlah toko ditutup. Beberapa toko hanya membuka sedikit pintunya. Jika ada pergerakan massa ke arah jalanan dekat toko, mereka segera menutupnya. Informasi yang dihimpun, banyak pedagang di pasar tradisional juga menutup tempat jualan.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey mengingatkan massa aksi agar tidak anarkistis. ”Polisi tidak segan-segan memproses hukum kalau terjadi tindak pidana. Akan kami proses hukum,” katanya.
Terkait kerusuhan pada 19 Agustus lalu di Manokwari, polisi telah menetapkan 10 tersangka. Polisi pun masih berupaya mengusut dalang di balik peristiwa tersebut.