Liga Spanyol Dekatkan Diri pada Penggemar Indonesia
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Sejak dua tahun lalu, Liga Spanyol telah bergerak langsung untuk mendekatkan diri kepada penggemar sepak bola di Indonesia. Mereka mengembangkan pemain lokal agar mereka dapat memiliki kemampuan setara dengan pemain internasional yang berlaga di Spanyol.
Pengembangan pemain lokal itu dilakukan Liga Spanyol dalam format kerja sama dengan liga dan klub sepak bola Indonesia, yang merupakan salah satu pasar terbesar sepak bola dunia. Dari hasi survei LaLiga, 74 persen masyarakat Indonesia menyukai sepak bola.
Delegate of LaLiga Global Network Indonesia, Rodrigo Gallego, mengatakan hal itu dalam jumper per pembukaan Liga Spanyol musim 2019/2020 di Jakarta, Selasa (3/9/2019). "Ada 29,9 juta penduduk Indonesia menyukai Liga Spanyol," ujarnya.
Melihat besarnya jumlah penggemar Liga Spanyol di Indonesia, mereka pun bekerjasa sama dengan Liga Indonesia untuk mengembangkan atlet lokal. Mereka mendirikan Akademi LaLiga sejak 2017.
Para pemain yang dididik dalam akademi tersebut diberikan pengetahuan sepak bola sesuai dengan pola pembelajaran di Spanyol. Selain membuat akademi, Liga Spanyol juga membuat pelatihan singkat di beberapa kota di Indonesia.
Kurang efektif
Namun, menurut Gallego, pelatihan tersebut kurang efektif sebab peserta hanya diberikan waktu latihan selama beberapa minggu. Setelah itu mereka tidak mendapatkan pendampingan lagi.
"Untuk menghasilkan atlet profesional perlu pendampingan sejak usia dini secara berjenjang dan berkelanjutan," ujarnya.
Gallego menyayangkan bakat besar yang dimiliki anak-anak Indonesia dan antusiasme tinggi masyarakat pada sepak bola yang kurang dikelola baik.
Dalam beberapa kerja sama dengan klub Indonesia, seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, dan PSS Sleman, Gallego terkejut dengan semangat tinggi para suporter Indonesia dalam mendukung tim kesayangannya.
Menurut Gallego, PSS Sleman adalah salah satu klub yang ia lihat paling profesional mulai dari pengelolaan klub hingga suporter. Ia mengaku sangat kagum dengan kreativitas Slemania ketika mendukung di stadion.
Melihat antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola yang terus meningkat, ia optimis Liga Spanyol akan semakin diminati. Agar tidak kalah dengan liga lain seperti Inggris dan Italia, Liga Spanyol mengubah waktu pertandingan.
Mereka memajukan waktu laga pada beberapa pertandingan sehingga penggemar di Asia tidak terlalu larut malam untuk menyaksikan di televisi. Mereka juga meningkatkan kualitas penyiaran televisi dengan menggunakan teknologi modern.
Kamera aerial yang canggih dioperasikan di sebelas stadion. Delapan diantaranya menggunakan teknologi yang mampu menampilkan tayangan ulang 360 derajat.
Pada musim lalu, Liga Spanyol ditonton oleh 2,7 miliar penonton sehingga mereka berinovasi dengan meningkatkan kualitas siaran yang lebih sinematik.
Liga Spanyol kembali menggunakan teknologi video wasit (VAR). Teknologi ini dipandang efektif karena pada musim lalu tingkat kesuksesan dan akurasi pengambilan keputusan meningkat dari 91,5 persen menjadi 96,92 persen.
Pada musim ini, La Liga berusaha meningkatkan pasar di Indonesia melalui pendekatan budaya yakni dengan menggunakan elemen batik bermotif parang sebagai tema utama acara peresmian musim 2019/2020 di Jakarta. Gallego mengatakan, batik tersebut menjadi cara untuk menjangkau para penggemar Liga Spanyol sesuai dengan kebudayaan lokal.
Duta Batik Indonesia Twinda Rarasati mengatakan, motif parang memiliki makna sebagai sebuah semangat pantang menyerah. Nilai tersebut menggambarkan seorang pesepakbola yang memiliki jiwa ksatria yang pantang menyerah. “Saya senang ketika batik dapat menjadi bagian dari Liga Spanyol,” kata Twinda.